Tabel 9  Persentase tinggi dan arah gelombang di Samudera Hindia
Tinggi gelombang H m
Persentase kejadian Tenggara
Selatan Barat daya
0-1 4,67
3,02 2,54
1-2 9,89
20,27 7,79
2-3 4,48
7,54 5,07
3 0,56
1,89 1,13
∑ 19,60
32,87 16,53
Sumber: Kamiso et al 2000.
4.1.4 Demografi
Kabupaten Kulon Progo memiliki penduduk dengan jumlah 374.445 jiwa pada tahun 2007,  penduduk laki-laki 183.396 jiwa 49,25 dan penduduk
perempuan sebesar 190.049 jiwa 50,75. Pada Tabel 10,  pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kulon Progo sebesar 0,64,  dengan tingkat kepadatan
penduduk 639 jiwa per km². Tabel  10    Rata-rata jumlah penduduk  pada 4 Kecamatan di Kabupaten Kulon
Progo tahun 2007
No. Kecamatan
Luas kecamatan Jumlah penduduk
Rata-rata penduduk per km²
1. Temon
36,30 22.788
628 2.
Wates 32,00
40.978 1.281
3. Panjatan
44,59 31.439
705 4.
Galur 32,91
27.948 849
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo 2008.
4.2 Keadaan Perikanan Tangkap Kabupaten Kulon Progo
4.2.1 Tempat Pendaratan Ikan
Kabupaten Kulon Progo memiliki satu Pangkalan Pendaratan Ikan PPI, yaitu PPI Karangwuni yang terletak disebelah obyek wisata Pantai Glagah, hanya
sekitar 1 km selatan Jalan Negara Jawa Selatan yang sudah ada selama ini atau sekitar 400 m selatan JJLS jalur jalan lintas selatan yang sedang dalam proses
pembangunan.  Pelabuhan ini memiliki kolam parkir seluas 5 ha, dengan alur kedalaman  lalu  lintas masuk 2,5 hingga 4 meter. Pelabuhan dilengkapi tiga
pemecah gelombang, sehingga gangguan ombak samudera tidak merepotkan masuknya kapal.   Selama ini,  penangkapan ikan hanya dilakukan menggunakan
perahu jukung fiberglass oleh nelayan lokal, yang rata-rata sebanyak 400 nelayan dengan  menggunakan  kurang lebih  100 perahu.  PPI Karangwuni belum dapat
berjalan dengan lancar,  karena pembangunan pemecah gelombang belum dapat terselesaikan.  Selain itu, investor dari pihak asing sudah berencana untuk
membangun pabrik pengolahan ikan dan kebutuhan melaut untuk nelayan di PPI Karangwuni.
Kabupaten Kulon Progo memiliki TPI sebanyak 4 unit,  yaitu  TPI Congot, TPI Glagah, TPI Bugel, dan TPI Trisik.  Letak TPI tersebut agak berjauhan.  TPI
Congot berada di Kecamatan Temon, TPI Glagah  berada di Kecamatan Wates, TPI Bugel berada di Kecamatan Panjatan, dan TPI Trisik berada di Kecamatan
Galur. Mulai dari awal tahun 2009 ini, TPI Glagah akan diarahkan menjadi tempat wisata, sehingga TPI Glagah disatukan dengan TPI yang ada di PPI Karangwuni.
4.2.2 Unit penangkapan ikan
1 Kapal
Kapal yang digunakan terbuat dari bahan fiberglass. Tenaga penggerak berupa mesin tempel bermerek Suzuki atau Daihatsu dengan ukuran 15 PK.
Kapal yang beroperasi di Kabupaten Kulon Progo sebagian berasal dari bantuan pemerintah daerah melalui Dana Alokasi Khusus DAK. Nelayan andon
pendatang dari Cilacap yang melaut di wilayah perairan Kulon Progo membawa kapalnya sendiri.
Jumlah  kapal motor tempel di pantai Kulon Progo pada tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 11. Dilihat dari Tabel 11, pada tahun 2004 jumlah kapal
mengalami peningkatan, namun mengalami penurunan pada tahun 2005 dan tetap sampai tahun 2007.  Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 jumlah kapal cenderung
tetap, karena bantuan kapal dari pemerintah daerah sudah berkurang. Tabel 11  Jumlah kapal motor tempel di Pantai Kulon Progo tahun 2003-2007
No. Tahun
Lokal kapal Andon kapal
Jumlah kapal
1. 2003
110 13
123 2.
2004 114
13 127
3. 2005
105 11
116 4.
2006 105
- 105
5. 2007
105 -
105 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo 2008.
2 Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan bermacam-macam jenisnya. Alat tersebut seperti  jaring sirang  gillnet  yang  memiliki mata jaring
antara 2-6  inchi,  jodang bubu, pancing,  serta  pancing senggol. Jaring sirang memiliki  ukuran mata jaring  yang bermacam-macam,  tergantung  dengan  musim
ikan yang ada. Mata jaring berukuran 2 inchi  digunakan  untuk menangkap lisongtongkol, ukuran 4 inchi untuk menangkap ikan sejenis manyung dan bawal,
dan ukuran 5 inchi untuk menangkap lobster.  Bubu digunakan untuk menangkap keong,  pancing untuk menangkap layur,  dan pancing senggol untuk menangkap
ikan pari.  Jumlah dan jenis alat tangkap di Kulon Progo terlihat pada Tabel 12. Tabel 12  Jumlah dan jenis alat tangkap pada tahun 2003-2007
No. Jenis alat tangkap
Tahun 2003
2004 2005
2006 2007
1. Jaring
197 296
210 239
267 2.
Pancing 85
110 113
139 168
3. Pukat pantai
25 39
40 68
72 Jumlah
307 445
363 446
507 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo 2008.
Jumlah alat tangkap jaring mengalami fluktuasi,  sedangkan pancing mengalami peningkatan. Pada alat tangkap pukat pantai, yang biasanya digunakan
oleh nelayan pesisir, juga mengalami peningkatan. Dapat terjadi demikian karena masih terbatasnya pengetahuan nelayan mengenai alat tangkap dan kurangnya
keterampilan  nelayan  dalam mengoperasikan alat tangkap.  Hal ini dapat disebabkan  latar belakang nelayan Kulon Progo yang  pada awalnya  bermata
pencaharian bertani dan beternak.
3 Nelayan
Mayoritas  nelayan Kabupaten Kulon Progo merupakan nelayan lokal dan sebagian adalah nelayan pendatang dari Cilacap.  Nelayan tersebut terbagi 2, yaitu
nelayan juragan dan nelayan ABK atau buruh. Nelayan juragan merupakan pemilik kapal beserta alat-alat  yang digunakan dalam upaya  penangkapan  ikan,
sedangkan nelayan buruh merupakan orang  yang mengoperasikan kapal untuk menangkap ikan di laut.
Nelayan Kulon Progo memiliki kegiatan kelompok yang  dilakukan  secara rutin  setiap bulan.    Mereka tergabung ke dalam kelompok nelayan di daerahnya
masing-masing. Nelayan Kulon Progo merupakan nelayan sambilan utama, bukan nelayan penuh. Pekerjaan mereka sebagai petani padi, cabai, dan semangka, serta
peternak.  Pada setiap kapal terdiri dari 2-3 nelayan.  Kapal dan alat tangkap yang sebagian  digunakan untuk melaut,  berasal dari pemerintah daerah. Data  jumlah
nelayan di Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13  Jumlah nelayan laut di Kulon Progo tahun 2004-2008
No. Tahun
Jumlah orang
1. 2004
261 2.
2005 315
3. 2006
343 4.
2007 339
5. 2008
474 Sumber: Dinas Kelautan,Perikanan, dan Peternakan 2009.
Dilihat dari tabel di atas, jumlah nelayan dari tahun 2004 sampai dengan 2006 semakin meningkat. Hal ini  karena sebagian besar masyarakat memiliki
keinginan untuk melaut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.  Pada tahun 2007,  jumlah  nelayan  mengalami penurunan.  Pada tahun 2008, jumlah  nelayan
kembali mengalami peningkatan.
4.2.3 Koperasi dan Kelompok Nelayan