Formulasi Masalah Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap Analisis Produktivitas Usaha

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kebutuhan

Pihak-pihak yang tekait dalam sistem perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Kulon Progo, antara lain Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan, para nelayan, petugas TPI, pedagang, pemilik kapal, dan koperasi. Adapun kebutuhan dari tiap-tiap sistem yang berkaitan dalam usaha perikanan tangkap ini terangkum ke dalam Tabel 15. Tabel 15 Kebutuhan pihak-pihak yang terkait dalam sistem perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo No. Pihak-pihak terkait Kebutuhan 1. Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan - Data akurat - Pembangunan PPI yang terselesaikan - Menjaga potensi sumberdaya laut - Mengadakan pelatihan kegiatan penangkapan ikan 2. Pihak TPI - Penggunaan TPI yang optimal - Fasilitas lelang yang memadai - Perbaikan prasarana 3. Nelayan - Kelengkapan jenis alat tangkap sesuai musim - Bantuan modal untuk menjalankan operasi penangkapan ikan - Kolam pelabuhan dapat digunakan untuk tambat labuh 4. Pedagang - Modal untuk berdagang - Fasilitas berdagang - Ketersediaan ikan yang kontinyu - Konsumen tetap - Mutu ikan yang baik 5. Koperasi Swamitra Mina - Sumber modal - Pelayanan kredit untuk nelayan - Fasilitator pengadaan kapal 6. Pemilik kapal - Modal - Penyediaan alat tangkap - Penyediaan kapal

5.2 Formulasi Masalah

Formulasi masalah mencakup beberapa kendala yang terdapat di Kulon Progo. Berikut merupakan masalah yang berhubungan dengan sistem usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo, antara lain: 1 Kondisi alam yang tidak mendukung nelayan beroperasi setiap waktu. 2 Nelayan memiliki keterbatasan alat tangkap yang digunakan. 3 Kurangnya keterampilan nelayan lokal dalam melaut. Daya Dukung Lingkungan Koefisien Pertumbuhan Kematian Alami Sumberdaya ikan Identifikasi komoditas dan produktivitas Identifikasi unit penangkapan ikan Analisis teknis, sosial, finansial Strategi pengembangan Pendapatan nelayan Teknologi 4 Sistem pendataan belum baik. 5 Sub bidang perikanan baru disatukan dengan Dinas Peternakan pada bulan Januari 2009 yang sebelumnya digabung dengan Departemen Pertanian. 6 PPI Karangwuni belum dapat berjalan dengan baik karena pembangunan breakwater yang belum selesai. 7 Proses pelelangan di TPI Karangwuni tidak berjalan karena masih sedikit nelayan yang melaut dari PPI Karangwuni. 8 Pada TPI yang ada di Kabupaten Kulon Progo seperti TPI Congot, TPI Glagah, TPI Bugel, dan TPI Trisik memiliki fasilitas yang terbatas. 9 Keengganan nelayan Glagah untuk mendaratkan ikannya di PPI Karangwuni, bertolak belakang dengan keinginan pemerintah untuk memusatkan kegiatan perikanan PPI Karangwuni. 10 Akses transportasi yang sulit. 11 Adanya perencanaan penambangan pasir besi.

5.3 Identifikasi Sistem

5.3.1 Struktur sistem

Keterkaitan antar elemen dalam suatu usaha perikanan tangkap dapat memberikan solusi pengembangan perikanan tangkap yang ada di Kulon Progo. Struktur sistem usaha perikanan tangkap Kabupaten Kulon Progo terlihat pada Gambar 5. Gambar 5 Struktur sistem usaha perikanan Kabupaten Kulon Progo. Ketersediaan sumberdaya perikanan dan unit penangkapan ikan saling terkait dalam menganalisis usaha perikanan tangkap yang menguntungkan bagi nelayan. Ketersediaan SDI dan unit penangkapan dapat dikaji dengan pendekatan jenis ikan unggulan, daya dukung lingkungan, koefisien pertumbuhan, jenis teknologi, nelayan, kelayakan teknis, dan kelayakan finansial. Hasil dari kajian mengenai ketersediaan SDI dan unit penangkapan diharapkan dapat memberikan strategi pengembangan perikanan tangkap.

5.3.2 Diagram lingkar sebab akibat

Diagram lingkar sebab akibat memperlihatkan keterkaitan antar elemen yang memegang peranan penting dalam sistem usaha perikanan. Penyusunan diagram lingkar sebab akibat terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi sistem tersebut. Pada faktor yang memberikan dampak positif maka diberi tanda positif + dan faktor yang memberikan tanda negatif akan diberi tanda negatif -. Diagram lingkar sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan diagram lingkar sebab akibat, sumberdaya ikan yang ada memiliki potensi yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan oleh teknologi penangkapan ikan. Namun, teknologi yang tidak terkontrol dapat memberikan Gambar 6 Diagram lingkar sebab akibat usaha perikanan Kabupaten Kulon Progo. - + + + + + + + + + + + + + + + - TPI Pedagang H arga SDI Strategi perikanan tangkap Pemerintah Pemilik kapal- nelayan Teknologi Hasil tangkapan RetribusiPAD Kesejahteraan nelayan Peraturan perikanan pengaruh yang negatif untuk sumberdaya ikan karena terlalu dieksploitasi. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang positif kepada hasil tangkapan dimana sumberdaya ikan yang ditangkap dalam jumlah yang cukup besar. Perlu adanya peraturan perikanan yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada. Namun, peraturan perikanan dapat membatasi penggunaan teknologi penangkapan yang ada. Hasil tangkapan yang besar mempengaruhi adanya pelelangan ikan di TPI dan pedagang membeli hasil tangkapan di TPI. Harga yang diberikan untuk hasil tangkapan ditentukan oleh pihak TPI dan memberikan pengaruh kepada pemilik kapal atau nelayan yang dapat memberikan pengaruh pada kesejahteraan nelayan. Tempat pelelangan ikan memberikan retribusi untuk pemerintah. Pemerintah membentuk strategi perikanan tangkap. untuk mengelola sumberdaya ikan, teknologi, dan memberikan pengaruh positif untuk pedagang ikan. Strategi perikanan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan.

5.3.3 Diagram input-output

Diagram input-output memberikan penjelasan mengenai informasi yang berkaitan dengan input yang ada sehingga menghasilkan output yang telah ditentukan dengan kontrol dari lingkungan. Input berasal dari dalam maupun luar sistem. Input dapat berupa input terkontrol dan tidak terkontrol sehingga menghasilkan output yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Input yang ada terbagi menjadi 3, yaitu input lingkungan, input tidak terkendali, dan input terkendali. Output yang ada berupa output dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki. Input lingkungan merupakan input yang berasal dari luar sistem perikanan yang ada di Kabupaten Kulon Progo, berupa kebijakan yang berasal dari pemerintah melalui UU Perikanan no. 31 tahun 2004. Input terkendali berupa teknologi penangkapan yang terdiri dari kapal, alat tangkap, dan mesin. Selain itu, input yang lainnya yaitu modal yang diberikan oleh pemerintah melalui DAK Dana Alokasi Khusus untuk melaksanakan operasi penangkapan. Juragan kapal turut membantu dalam penyediaan unit penangkapan untuk nelayan yang melaut dan koperasi yang menyediakan pinjaman modal bagi nelayan. Keterampilan nelayan merupakan salah satu input terkontrol, karena pada setiap pelatihan mengenai pengoperasian dan teknologi alat tangkap, para nelayan mempunyai keinginan yang besar untuk mengikutinya. Input tersebut dikategorikan terkendali karena dalam pelaksanaannya input yang ada masih dapat dikontrol jumlahnya. Diagram input-output dapat dilihat pada Gambar 7. Input tidak terkendali berupa kondisi alam, potensi SDI, harga ikan, dan musim penangkapan. Keempat faktor tersebut termasuk ke dalam kategori input tak terkendali, karena tidak dapat dipastikan secara tepat dan tidak bisa dikontrol keberadaannya. Dalam hal ini, input tak terkendali merupakan faktor yang berasal dari luar sistem, namun mendukung agar usaha dapat berjalan sesuai sistem. Output dikehendaki terdiri dari proses pelelangan berjalan dengan baik, ketersediaan sarana dan prasarana, kualitas ikan, dan keuntungan usaha penangkapan. Keempat output yang terkehendaki tersebut merupakan hasil akhir yang dibutuhkan dalam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo. Output tidak dikehendaki berupa SDI menurun, hasil tangkapan menurun, biaya operasional meningkat, harga turun, dan kerugian usaha penangkapan yang merupakan hasil akhir lainnya dari output yang tidak dapat dielakkan. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen usaha perikanan yang dapat meminimalisir output tidak dikehendaki. Gambar 7 Diagram input-output. Input terkendali • Teknologi penangkapan • Modal • Keterampilan nelayan Input tidak terkendali • Kondisi alam • Potensi SDI • Harga ikan • Musim penangkapan Input Lingkungan: UU Perikanan No. 31 tahun 2004 Manajemen usaha perikanan Output dikehendaki • Proses pelelangan berjalan dengan baik • Ketersediaan sarana dan prasarana • Kualitas ikan • Keuntungan usaha penangkapan Usaha Perikanan Kabupaten Kulon Progo Output tidak dikehendaki • SDI menurun • Hasil tangkapan menurun • Biaya operasional meningkat • Harga turun • Kerugian usaha penangkapan

5.4 Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap

Usaha perikanan tangkap mencakup seluruh elemen yang terkait di dalam sistem perikanan tersebut. Dalam hal ini, elemen-elemen dari sistem yang saling terhubung dapat dilihat melalui diagram alir pada Gambar 8. Analisis yang dipakai memiliki sub analisis yang terdiri dari sub analisis jenis ikan unggulan, sub analisis produktivitas, sub analisis teknis, sub analisis sosial, dan sub analisis usaha yang terangkum di dalam diagram alir.

5.5 Analisis Penetapan Jenis Ikan Unggulan

Penetapan jenis ikan unggulan dapat ditentukan melalui kontinyuitas produksi KP, rata-rata jumlah produksi RJP, harga komoditas HK, dan rata- rata hasil tangkapan RNP dalam kurun waktu 2004 sampai dengan 2008. Gambar 8 Diagram alir analisis sistem usaha perikanan tangkap. Tida k Tida k Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Mulai Selesai Jenis Ikan Unggulan Produktivitas Teknis Sosial Usaha Usaha Perikanan Strategi usaha perikanan • Modal • Keuntung an • Biaya operasio nal • Pendapat an nelayan • Kondisi nelayan • Unit penangka pan • Metode operasion al • SDI • Upaya penangka pan • Kontinyuit as • Jumlah produksi • Harga • Nilai produksi Layak Laya k Sesuai Laya k Sesua i

5.5.1 Kontinyuitas produksi KP

Kontinyuitas produksi dapat dilihat dari keberadaan ikan per triwulan pada kurun waktu 2004 sampai dengan 2008, yang di didaratkan di tiap TPI yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Kontinyuitas produksi dapat dinilai berdasarkan ketersediaan ikan per triwulan selama 5 tahun terakhir dengan adanya pemberian skor yang telah ditetapkan dari triwulan yang ada pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai kontinyuitas produksi per jenis ikan per triwulan periode 2004- 2008 No. Jenis ikan Rata-rata 1. Manyung 4 2. Kacangan 3 3. Ekor kuning 3 4. Kuwe 3 5. Layang 3 6. Talang-talang 2 7. Kakap 2 8. Gerot-gerot 4 9. Peperek 4 10. Belanak 4 11. Kuniran 4 12. Tiga waja 4 13. Kembung 4 14. Banjar 3 15. Tenggiri 4 16. Bawal putih 4 17. Layur 4 18. Cucut 4 19. Pari 4 20. Lobster 4 Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008. Keterangan nilai: 1 = Tidak kontinyu 2 = Kurang kontinyu 3 = Cukup kontinyu 4 = Kontinyu Keterangan: Triwulan I = Januari, Februari, Maret Triwulan II = April, Mei, Juni Triwulan III = Juli, Agustus, September Triwulan IV = Oktober, November, Desember Berdasarkan Tabel 16, jenis ikan yang memiliki kategori kontinyu yaitu manyung Arius thalassinus, gerot-gerot Pomadasys maculatum, peperek Leiognathus sp., belanak Mugil sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, tigawaja Johnius dussumieri, kembung Rastrelliger kanagurta, tenggiri Scomberomerus sp., bawal putih Pampus argentus, layur Trichiurus sp., cucut Charcharinus sp., pari Trigon sephen, dan lobster Panulirus sp.. Pada kategori cukup kontinyu dimiliki oleh ikan kacangan Megalaspis cordyla, ekor kuning Caesio tricogaster, kuwe Carangoides malabaricus, layang Decapterus sp., dan banjar Rastrelliger sp.. Kategori kurang kontinyu dimiliki pada ikan talang-talang Chorinemus tala dan kakap Lutjanus sp.. Sebagian besar ikan di Kabupaten Kulon Progo memiliki kekontinyuan yang baik karena ikan selalu ada sepanjang waktu baik pada musim hasil tangkapan sedikit maupun musim hasil tangkapan banyak.

5.5.2 Rata-rata jumlah produksi RJP

Salah satu kriteria yang digunakan dalam menentukan komoditas unggulan perikanan laut yang ada di perairan Kabupaten Kulon Progo adalah menghitung rata-rata jumlah produksi dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah produksi dapat menentukan seberapa besar hasil tangkapan yang didapatkan di Kulon Progo. Rata-rata jumlah produksi per jenis ikan periode 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 17, rata-rata jumlah produksi pada jenis ikan tigawaja Johnius dussumieri dikategorikan sangat banyak dengan nilai rata-rata 35.993 kg per tahun. Pada jenis ikan manyung Arius thalassinus, ikan belanak Mugil sp., ikan kembung Rastrelliger kanagurta, ikan cucut Charcharinus sp., dan pari Trigon sephen dikategorikan banyak dengan rata-rata jumlah produksi 28.731 kg, 27.948 kg, 27.296 kg, 24.982 kg, 24.247 kg per tahun. Kategori sedang untuk jenis ikan peperek Leiognathus sp. dan layur Trichiurus sp., yang memiliki nilai rata-rata jumlah produksi 18.816 kg dan 22.397 kg per tahun. Jenis ikan banjar Rastrelliger sp. memiliki nilai rata-rata jumlah produksi sebesar 13.364 kg per tahun yang dikategorikan sedikit. Selain ikan banjar Rastrelliger sp. yang dikategorikan sedikit, adapula ikan kacangan Megalaspis cordyla, ikan layang Decapterus sp., ikan gerot-gerot Pomadasys maculatum, ikan kuniran Parupeneus cyclostomus, ikan tenggiri Scomberomerus sp., dan ikan bawal putih Pampus argentus. Pada jenis lobster Panulirus sp. dikategorikan sangat sedikit, dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 5.321 kg per tahun dan jenis ikan lain yang dikategorikan sangat sedikit, yaitu ikan ekor kuning Caesio tricogaster, ikan kuwe Carangoides malabaricus, ikan talang-talang Chorinemus tala, dan ikan kakap Lutjanus sp.. Perhitungan selang rata-rata jumlah produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 17 Penentuan nilai rata-rata jumlah produksi per jenis ikan periode 2004- 2008 No. Jenis ikan Rata-rata jumlah produksi kg per tahun Nilai Kategori 1. Manyung 28.731 4 Banyak 2. Kacangan 11.591 2 Sedikit 3. Ekor kuning 8.095 1 Sangat sedikit 4. Kuwe 5.519 1 Sangat sedikit 5. Layang 9.397 2 Sedikit 6. Talang-talang 4.401 1 Sangat sedikit 7. Kakap 2.087 1 Sangat sedikit 8. Gerot-gerot 11.303 2 Sedikit 9. Peperek 18.816 3 Sedang 10. Belanak 27.948 4 Banyak 11. Kuniran 10.395 2 Sedikit 12. Tiga waja 35.993 5 Sangat banyak 13. Kembung 27.296 4 Banyak 14. Banjar 13.364 2 Sedikit 15. Tenggiri 10.114 2 Sedikit 16. Bawal putih 10.490 2 Sedikit 17. Layur 22.397 3 Sedang 18. Cucut 24.982 4 Banyak 19. Pari 24.247 4 Banyak 20. Lobster 5.321 1 Sangat sedikit Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.

5.5.3 Harga komoditas HK

Ikan yang memiliki kualitas yang baik akan memberikan harga ikan yang tinggi. Penetapan nilai rata-rata harga komoditas per jenis ikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18, rata-rata harga komoditas jenis lobster Panulirus sp. sangat tinggi, dengan rata-rata harga sebesar Rp 80.000,00 per kg. Rata-rata harga komoditas jenis ikan bawal putih Pampus argentus memiliki kategori sedang, dengan rata-rata harga sebesar Rp 35.000,00. Jenis ikan tigawaja Johnius dussumieri memiliki rata-rata harga komoditas yang sangat rendah dengan harga rata-rata Rp 3.500,00. Ikan yang memiliki kategori rata-rata harga komoditas sangat rendah yaitu manyung Arius thalassinus, kacangan Megalaspis cordyla, ekor kuning Caesio tricogaster, kuwe Carangoides malabaricus, layang Decapterus sp., talang-talang Chorinemus tala, kakap Lutjanus sp., gerot- gerot Pomadasys maculatum, peperek Leiognathus sp., belanak Mugil sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, kembung Rastrelliger kanagurta, banjar Rastrelliger sp., tenggiri Scomberomerus sp., layur Trichiurus sp., cucut Charcharinus sp., dan pari Trigon sephen. Contoh perhitungan selang rata-rata harga komoditas dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 18 Penetapan nilai rata-rata harga komoditas per jenis ikan periode 2004- 2008 No. Jenis ikan Rata-rata harga komoditas Rpkg per tahun Nilai Kategori 1. Manyung 3.500,00 1 Sangat rendah 2. Kacangan 5.600,00 1 Sangat rendah 3. Ekor kuning 5.000,00 1 Sangat rendah 4. Kuwe 4.500,00 1 Sangat rendah 5. Layang 6.000,00 1 Sangat rendah 6. Talang-talang 4.000,00 1 Sangat rendah 7. Kakap 7.000,00 1 Sangat rendah 8. Gerot-gerot 3.000,00 1 Sangat rendah 9. Peperek 2.100,00 1 Sangat rendah 10. Belanak 7.000,00 1 Sangat rendah 11. Kuniran 6.100,00 1 Sangat rendah 12. Tiga waja 3.500,00 1 Sangat rendah 13. Kembung 7.000,00 1 Sangat rendah 14. Banjar 5.500,00 1 Sangat rendah 15. Tenggiri 14.200,00 1 Sangat rendah 16. Bawal putih 35.000,00 3 Sedang 17. Layur 3.760,00 1 Sangat rendah 18. Cucut 5.000,00 1 Sangat rendah 19. Pari 3.400,00 1 Sangat rendah 20. Lobster 80.000,00 5 Sangat tinggi Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.

5.5.4 Rata-rata nilai produksi RNP

Nilai produksi ditentukan melalui jumlah produksi dan harga komoditas yang telah ditetapkan. Penetapan rata-rata nilai produksi tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Penetapan nilai rata-rata nilai produksi per jenis ikan periode 2004-2008 No. Jenis ikan Rata-rata nilai produksi Rp per tahun Nilai Kategori 1. Manyung 100.557.800,00 2 Rendah 2. Kacangan 64.538.900,00 1 Sangat rendah 3. Ekor kuning 40.473.000,00 1 Sangat rendah 4. Kuwe 24.834.600,00 1 Sangat rendah 5. Layang 56.384.400,00 1 Sangat rendah 6. Talang-talang 17.604.800,00 1 Sangat rendah 7. Kakap 14.609.000,00 1 Sangat rendah 8. Gerot-gerot 33.908.400,00 1 Sangat rendah 9. Peperek 39.867.300,00 1 Sangat rendah 10. Belanak 195.633.200,00 3 Sedang 11. Kuniran 63.655.100,00 1 Sangat rendah 12. Tiga waja 125.975.500,00 2 Rendah 13. Kembung 191.074.800,00 3 Sedang 14. Banjar 73.502.000,00 1 Sangat rendah 15. Tenggiri 143.774.200,00 2 Rendah 16. Bawal putih 367.136.000,00 5 Sangat tinggi 17. Layur 84.097.920,00 1 Sangat rendah 18. Cucut 124.912.000,00 2 Rendah 19. Pari 86.390.800,00 1 Sangat rendah 20. Lobster 425.712.000,00 5 Sangat tinggi Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008. Pada Tabel 19, jenis hasil ikan dengan rata-rata nilai produksi yang memiliki kategori sangat tinggi adalah lobster Panulirus sp. dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 425.712.000,00 dan bawal putih Pampus argentus sebesar Rp 367.136.000,00. Jenis belanak Mugil sp. dan kembung Rastrelliger kanagurta memiliki kategori sedang, dengan rata-rata nilai produksi masing- masing sebesar Rp 195.633.200,00 dan Rp 191.074.800,00. Kategori rendah dimiliki pula oleh jenis tigawaja Johnius dussumieri, dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 125.975.500,00. Selain tigawaja Johnius dussumieri, jenis ikan yang memiliki rata-rata nilai produksi rendah yaitu manyung Arius thalassinus, tenggiri Scomberomerus sp. dan cucut Charcharinus sp.. Jenis ikan yang memiliki rata-rata nilai produksi yang sangat rendah yaitu pari dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 86.390.800,00. Selain jenis pari Trigon sephen, jenis ikan yang memiliki kategori sangat rendah yaitu layur Trichiurus sp., banjar Rastrelliger sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, peperek Leiognathus sp., gerot-gerot Pomadasys maculatum, kakap Lutjanus sp., talang-talang Chorinemus tala, layang Decapterus sp., kuwe Carangoides malabaricus, ekor kuning Caesio tricogaster, dan kacangan Megalaspis cordyla. Perhitungan selang rata-rata nilai produksi terlihat pada Lampiran 4.

5.5.5 Penetapan jenis ikan unggulan

Berdasarkan kriteria kontinyuitas produksi, rata-rata jumlah produksi, harga komoditas, rata-rata nilai produksi, dihasilkan skoring penetapan jenis ikan unggulan yang dapat dilihat pada Tabel 20. Kategori baik dimiliki lobster Panulirus sp. dan bawal putih Pampus argentus dengan jumlah masing-masing 15 dan 14. Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan jenis ikan unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo adalah lobster Panulirus sp. dan bawal putih Pampus argentus. Tabel 20 Jenis ikan unggulan No. Nama ikan Kriteria Jumlah Kategori 1 2 3 4 1. Lobster 4 1 5 5 15 Baik 2. Pari 4 4 1 1 10 Cukup baik 3. Cucut 4 4 1 2 11 Cukup baik 4. Layur 4 3 1 1 9 Cukup baik 5. Bawal Putih 4 2 3 5 14 Baik 6. Tenggiri 4 2 1 2 9 Cukup baik 7. Tigawaja 4 5 1 2 12 Cukup baik 8. Kembung 4 4 1 3 12 Cukup baik 9. Kuniran 4 2 1 1 8 Kurang baik 10. Belanak 4 4 1 3 12 Cukup baik 11. Manyung 4 4 1 2 11 Cukup baik 12. Kacangan 3 2 1 1 7 Kurang baik 13. Ekor kuning 3 1 1 1 6 Kurang baik 14. Kuwe 3 1 1 1 6 Kurang baik 15. Layang 3 2 1 1 7 Kurang baik 16. Talang-talang 2 1 1 1 5 Kurang baik 17. Kakap 2 1 1 1 5 Kurang baik 18. Gerot-gerot 4 2 1 1 8 Kurang baik 19. Peperek 4 3 1 1 9 Cukup baik 20. Banjar 3 2 1 1 7 Kurang baik Sumber: Data sekunder olahan 2009. Keterangan: Kriteria 1 = Kontinyuitas produksi Kriteria 2 = Rata-rata jumlah produksi Kriteria 3 = Harga komoditas Kriteria 4 = Rata-rata nilai produksi Tidak baik = 1-4 Kurang baik = 5-8 Cukup baik = 9-12 Baik = 13-16 Sangat baik = 17-20

5.6 Analisis Produktivitas Usaha

Analisis produktivitas dapat dilihat dari produksi yang didaratkan dengan unit penangkapan yang digunakan. Analisis produktivitas dapat dilihat pada Tabel 21, 22, 23, dan 24. Tabel 21 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per kapal per tahun 2004- 2007 No. Tahun Produktivitas kgunit per tahun 1. 2004 4.099,75 2. 2005 2.707,44 3. 2006 3.197,07 4. 2007 3.014,02 Rata-rata 3.254,57 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Berdasarkan Tabel 21, produktivitas yang tinggi dimiliki pada tahun 2004, dengan produktivitas yaitu 4.099,75 kg per unit kapal per tahun. Hal ini disebabkan kapal yang melaut memiliki jumlah yang cukup besar, yaitu 127 kapal dengan hasil tangkapan yang cukup besar pada tahun 2004 tersebut. Produktivitas yang paling kecil terjadi pada tahun 2005, dimana kapal yang digunakan melaut sedikit dan hasil tangkapan yang diterima pun sedikit. Produktivitas per nelayan per tahun terlihat pada Tabel 22. Tabel 22 Produktivitas per nelayan per tahun 2004-2008 No. Tahun Produktivitas kgnelayan per tahun 1. 2004 1.994,90 2. 2005 997,03 3. 2006 978,69 4. 2007 933,55 5. 2008 1.080,34 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Berdasarkan Tabel 22, produktivitas yang tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 1.994,90 kg per nelayan per tahun. Pada tahun tersebut, hasil tangkapan sedang dalam kondisi baik, namun nelayan yang beroperasi sedikit. Pada tahun 2007, produktivitasnya kecil dengan produktivitas senilai 933,55 kg per nelayan per tahun. Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2004 terlihat pada Tabel 23. Tabel 23 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2004 Triwulan Kecamatan Galur kgtrip Panjatan kgtrip Wates kgtrip Temon kgtrip Rata-rata kgtrip I 28,28 33,43 24,90 41,91 32,13 II 32,36 28,98 14,65 23,09 24,77 III 24,28 17,22 11,79 15,49 17,20 IV 28,54 31,10 20,27 31,72 27,91 Rata-rata 28,36 27,68 17,90 28,05 25,50 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Berdasarkan Tabel 23, rata-rata produktivitas hasil tangkapan per trip yang paling tinggi terjadi pada triwulan I Januari, Februari, dan Maret, dengan rata- rata produktivitas sebesar 32,13 kg per trip per tahun. Rata-rata produktivitas yang rendah terjadi pada saat triwulan III Juli, Agustus, dan September. Hal ini dikarenakan pada triwulan I merupakan bulan-bulan musim banyak ikan dan triwulan III merupakan bulan-bulan dengan musim sedikit ikan. Kisaran rata-rata produktivitas pada tahun 2004 yaitu antara 17,20 sampai dengan 32,13 kg per trip per tahun. Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2006 terlihat pada Tabel 24. Tabel 24 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2006 Triwulan Kecamatan Galur kgtrip Panjatan kgtrip Wates kgtrip Temon kgtrip Rata-rata kgtrip I 33,98 30,28 32,01 33,01 32,32 II 29,00 23,01 27,97 21,31 25,32 III 25,16 22,04 21,98 21,69 22,72 IV 23,00 22,00 33,49 17,25 23,94 Rata-rata 27,79 24,33 28,87 23,31 26,07 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Pada Tabel 24, rata-rata produktivitas paling besar terjadi pada saat triwulan I yaitu 32,32 kg per trip per tahun. Pada triwulan III, produktivitas rendah yaitu 22,72 kg per trip per tahun. Hal ini serupa dengan yang dialami pada tahun 2004. Pada musim pancaroba yaitu triwulan III Juli, Agustus, dan September, nelayan 5 10 15 20 25 30 35 40 GALUR PANJATAN WATES TEMON Kecam atan P ro d u kt ivi tas kg t ri p triw ulan 1 triw ulan 2 triw ulan 3 triw ulan 4 enggan untuk melaut karena kondisi alam yang kurang mendukung. Kisaran rata- rata produktivitas pada tahun 2006 yaitu antara 22,72 sampai dengan 32,32 kg per trip per tahun. Produktivitas rata-rata hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun 2004 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 25. Rata-rata produktivitas yang paling tinggi dimiliki pada triwulan I sebesar 32,22 kg per trip per tahun sedangkan yang paling rendah pada triwulan III yaitu sebesar 19,96 kg per trip per tahun. Kisaran rata- rata produktivitas yang dimiliki antara 19,96 sampai dengan 32,22 kg per trip per tahun. Tabel 25 Rata-rata produktivitas hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun 2004 dan 2006 Triwulan Kecamatan Galur kgtrip Panjatan kgtrip Wates kgtrip Temon kgtrip Rata-rata kgtrip I 31,13 31,85 28,46 37,46 32,22 II 30,68 25,99 21,31 22,20 25,05 III 24,72 19,63 16,88 18,59 19,96 IV 25,77 26,55 26,88 24,49 25,92 Rata-rata 28,08 26,01 23,38 25,68 25,79 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009. Grafik produktivitas hasil tangkapan per trip tahun 2004 dan 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.

5.7 Analisis Aspek Teknis