5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Kebutuhan
Pihak-pihak yang tekait dalam sistem perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Kulon Progo, antara lain Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan,
para nelayan, petugas TPI, pedagang, pemilik kapal, dan koperasi. Adapun kebutuhan dari tiap-tiap sistem yang berkaitan dalam usaha perikanan tangkap ini
terangkum ke dalam Tabel 15. Tabel 15 Kebutuhan pihak-pihak yang terkait dalam sistem perikanan tangkap di
Kabupaten Kulon Progo
No. Pihak-pihak terkait
Kebutuhan
1. Dinas Kelautan,
Perikanan, dan Peternakan
- Data akurat
- Pembangunan PPI yang terselesaikan
- Menjaga potensi sumberdaya laut
- Mengadakan pelatihan kegiatan penangkapan ikan
2. Pihak TPI
- Penggunaan TPI yang optimal
- Fasilitas lelang yang memadai
- Perbaikan prasarana
3. Nelayan
- Kelengkapan jenis alat tangkap sesuai musim
- Bantuan modal untuk menjalankan operasi penangkapan
ikan -
Kolam pelabuhan dapat digunakan untuk tambat labuh 4.
Pedagang -
Modal untuk berdagang -
Fasilitas berdagang -
Ketersediaan ikan yang kontinyu -
Konsumen tetap -
Mutu ikan yang baik 5.
Koperasi Swamitra Mina
- Sumber modal
- Pelayanan kredit untuk nelayan
- Fasilitator pengadaan kapal
6. Pemilik kapal
- Modal
- Penyediaan alat tangkap
- Penyediaan kapal
5.2 Formulasi Masalah
Formulasi masalah mencakup beberapa kendala yang terdapat di Kulon Progo. Berikut merupakan masalah yang berhubungan dengan sistem usaha
perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo, antara lain: 1 Kondisi alam yang tidak mendukung nelayan beroperasi setiap waktu.
2 Nelayan memiliki keterbatasan alat tangkap yang digunakan. 3 Kurangnya keterampilan nelayan lokal dalam melaut.
Daya Dukung Lingkungan
Koefisien Pertumbuhan
Kematian Alami
Sumberdaya ikan
Identifikasi komoditas dan produktivitas
Identifikasi unit penangkapan ikan
Analisis teknis, sosial, finansial
Strategi pengembangan
Pendapatan nelayan
Teknologi
4 Sistem pendataan belum baik. 5 Sub bidang perikanan baru disatukan dengan Dinas Peternakan pada bulan
Januari 2009 yang sebelumnya digabung dengan Departemen Pertanian. 6 PPI Karangwuni belum dapat berjalan dengan baik karena pembangunan
breakwater yang belum selesai. 7 Proses pelelangan di TPI Karangwuni tidak berjalan karena masih sedikit
nelayan yang melaut dari PPI Karangwuni. 8 Pada TPI yang ada di Kabupaten Kulon Progo seperti TPI Congot, TPI
Glagah, TPI Bugel, dan TPI Trisik memiliki fasilitas yang terbatas. 9 Keengganan nelayan Glagah untuk mendaratkan ikannya di PPI Karangwuni,
bertolak belakang dengan keinginan pemerintah untuk memusatkan kegiatan perikanan PPI Karangwuni.
10 Akses transportasi yang sulit. 11 Adanya perencanaan penambangan pasir besi.
5.3 Identifikasi Sistem
5.3.1 Struktur sistem
Keterkaitan antar elemen dalam suatu usaha perikanan tangkap dapat memberikan solusi pengembangan perikanan tangkap yang ada di Kulon Progo.
Struktur sistem usaha perikanan tangkap Kabupaten Kulon Progo terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Struktur sistem usaha perikanan Kabupaten Kulon Progo.
Ketersediaan sumberdaya perikanan dan unit penangkapan ikan saling terkait dalam menganalisis usaha perikanan tangkap yang menguntungkan bagi
nelayan. Ketersediaan SDI dan unit penangkapan dapat dikaji dengan pendekatan
jenis ikan unggulan, daya dukung lingkungan, koefisien pertumbuhan, jenis teknologi, nelayan, kelayakan teknis, dan kelayakan finansial. Hasil dari kajian
mengenai ketersediaan SDI dan unit penangkapan diharapkan dapat memberikan strategi pengembangan perikanan tangkap.
5.3.2 Diagram lingkar sebab akibat
Diagram lingkar sebab akibat memperlihatkan keterkaitan antar elemen yang memegang peranan penting dalam sistem usaha perikanan. Penyusunan
diagram lingkar sebab akibat terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi sistem tersebut. Pada faktor yang memberikan dampak positif maka diberi tanda positif
+ dan faktor yang memberikan tanda negatif akan diberi tanda negatif -. Diagram lingkar sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan diagram lingkar sebab akibat, sumberdaya ikan yang ada memiliki potensi yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan oleh teknologi
penangkapan ikan. Namun, teknologi yang tidak terkontrol dapat memberikan Gambar 6 Diagram lingkar sebab akibat usaha perikanan Kabupaten Kulon Progo.
-
+ +
+
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+ -
TPI Pedagang
H
arga SDI
Strategi perikanan tangkap
Pemerintah
Pemilik kapal- nelayan
Teknologi
Hasil tangkapan
RetribusiPAD Kesejahteraan
nelayan
Peraturan perikanan
pengaruh yang negatif untuk sumberdaya ikan karena terlalu dieksploitasi. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh yang positif kepada hasil
tangkapan dimana sumberdaya ikan yang ditangkap dalam jumlah yang cukup besar. Perlu adanya peraturan perikanan yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang ada. Namun, peraturan perikanan dapat membatasi penggunaan teknologi penangkapan yang ada. Hasil tangkapan yang besar
mempengaruhi adanya pelelangan ikan di TPI dan pedagang membeli hasil tangkapan di TPI. Harga yang diberikan untuk hasil tangkapan ditentukan oleh
pihak TPI dan memberikan pengaruh kepada pemilik kapal atau nelayan yang dapat memberikan pengaruh pada kesejahteraan nelayan. Tempat pelelangan ikan
memberikan retribusi untuk pemerintah. Pemerintah membentuk strategi perikanan tangkap. untuk mengelola sumberdaya ikan, teknologi, dan memberikan
pengaruh positif untuk pedagang ikan. Strategi perikanan digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan.
5.3.3 Diagram input-output
Diagram input-output memberikan penjelasan mengenai informasi yang berkaitan dengan input yang ada sehingga menghasilkan output yang telah
ditentukan dengan kontrol dari lingkungan. Input berasal dari dalam maupun luar sistem. Input dapat berupa input terkontrol dan tidak terkontrol sehingga
menghasilkan output yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Input yang ada terbagi menjadi 3, yaitu input lingkungan, input tidak
terkendali, dan input terkendali. Output yang ada berupa output dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki. Input lingkungan merupakan input yang berasal
dari luar sistem perikanan yang ada di Kabupaten Kulon Progo, berupa kebijakan yang berasal dari pemerintah melalui UU Perikanan no. 31 tahun 2004.
Input terkendali berupa teknologi penangkapan yang terdiri dari kapal, alat tangkap, dan mesin. Selain itu, input yang lainnya yaitu modal yang diberikan
oleh pemerintah melalui DAK Dana Alokasi Khusus untuk melaksanakan operasi penangkapan. Juragan kapal turut membantu dalam penyediaan unit
penangkapan untuk nelayan yang melaut dan koperasi yang menyediakan pinjaman modal bagi nelayan. Keterampilan nelayan merupakan salah satu input
terkontrol, karena pada setiap pelatihan mengenai pengoperasian dan teknologi
alat tangkap, para nelayan mempunyai keinginan yang besar untuk mengikutinya. Input tersebut dikategorikan terkendali karena dalam pelaksanaannya input yang
ada masih dapat dikontrol jumlahnya. Diagram input-output dapat dilihat pada Gambar 7.
Input tidak terkendali berupa kondisi alam, potensi SDI, harga ikan, dan musim penangkapan. Keempat faktor tersebut termasuk ke dalam kategori input
tak terkendali, karena tidak dapat dipastikan secara tepat dan tidak bisa dikontrol keberadaannya. Dalam hal ini, input tak terkendali merupakan faktor yang berasal
dari luar sistem, namun mendukung agar usaha dapat berjalan sesuai sistem. Output dikehendaki terdiri dari proses pelelangan berjalan dengan baik,
ketersediaan sarana dan prasarana, kualitas ikan, dan keuntungan usaha penangkapan. Keempat output yang terkehendaki tersebut merupakan hasil akhir
yang dibutuhkan dalam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo. Output tidak dikehendaki berupa SDI menurun, hasil tangkapan menurun,
biaya operasional meningkat, harga turun, dan kerugian usaha penangkapan yang merupakan hasil akhir lainnya dari output yang tidak dapat dielakkan. Oleh karena
itu, perlu adanya manajemen usaha perikanan yang dapat meminimalisir output tidak dikehendaki.
Gambar 7 Diagram input-output.
Input terkendali • Teknologi penangkapan
• Modal • Keterampilan nelayan
Input tidak terkendali • Kondisi alam
• Potensi SDI • Harga ikan
• Musim penangkapan Input Lingkungan:
UU Perikanan No. 31 tahun 2004
Manajemen usaha perikanan
Output dikehendaki • Proses pelelangan berjalan dengan baik
• Ketersediaan sarana dan prasarana • Kualitas ikan
• Keuntungan usaha penangkapan
Usaha Perikanan Kabupaten Kulon Progo
Output tidak dikehendaki • SDI menurun
• Hasil tangkapan menurun • Biaya operasional meningkat
• Harga turun • Kerugian usaha penangkapan
5.4 Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap
Usaha perikanan tangkap mencakup seluruh elemen yang terkait di dalam sistem perikanan tersebut. Dalam hal ini, elemen-elemen dari sistem yang saling
terhubung dapat dilihat melalui diagram alir pada Gambar 8. Analisis yang dipakai memiliki sub analisis yang terdiri dari sub analisis jenis ikan unggulan,
sub analisis produktivitas, sub analisis teknis, sub analisis sosial, dan sub analisis usaha yang terangkum di dalam diagram alir.
5.5 Analisis Penetapan Jenis Ikan Unggulan
Penetapan jenis ikan unggulan dapat ditentukan melalui kontinyuitas produksi KP, rata-rata jumlah produksi RJP, harga komoditas HK, dan rata-
rata hasil tangkapan RNP dalam kurun waktu 2004 sampai dengan 2008. Gambar 8 Diagram alir analisis sistem usaha perikanan tangkap.
Tida
k
Tida
k
Tidak Tidak
Ya Ya
Ya Ya
Ya Tidak
Mulai
Selesai
Jenis Ikan Unggulan
Produktivitas Teknis
Sosial Usaha
Usaha Perikanan
Strategi usaha perikanan
• Modal • Keuntung
an
•
Biaya operasio
nal • Pendapat
an nelayan
•
Kondisi nelayan
• Unit penangka
pan
•
Metode operasion
al • SDI
• Upaya penangka
pan • Kontinyuit
as • Jumlah
produksi • Harga
• Nilai produksi
Layak Laya
k
Sesuai Laya
k
Sesua
i
5.5.1 Kontinyuitas produksi KP
Kontinyuitas produksi dapat dilihat dari keberadaan ikan per triwulan pada kurun waktu 2004 sampai dengan 2008, yang di didaratkan di tiap TPI yang ada
di Kabupaten Kulon Progo. Kontinyuitas produksi dapat dinilai berdasarkan ketersediaan ikan per triwulan selama 5 tahun terakhir dengan adanya pemberian
skor yang telah ditetapkan dari triwulan yang ada pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai kontinyuitas produksi per jenis ikan per triwulan periode 2004-
2008
No. Jenis ikan
Rata-rata
1. Manyung
4 2.
Kacangan 3
3. Ekor kuning
3 4.
Kuwe 3
5. Layang
3 6.
Talang-talang 2
7. Kakap
2 8.
Gerot-gerot 4
9. Peperek
4 10.
Belanak 4
11. Kuniran
4 12.
Tiga waja 4
13. Kembung
4 14.
Banjar 3
15. Tenggiri
4 16.
Bawal putih 4
17. Layur
4 18.
Cucut 4
19. Pari
4 20.
Lobster 4
Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.
Keterangan nilai: 1 = Tidak kontinyu
2 = Kurang kontinyu 3 = Cukup kontinyu
4 = Kontinyu Keterangan:
Triwulan I
= Januari, Februari, Maret Triwulan II
= April, Mei, Juni Triwulan III = Juli, Agustus, September
Triwulan IV = Oktober, November, Desember
Berdasarkan Tabel 16, jenis ikan yang memiliki kategori kontinyu yaitu manyung Arius thalassinus, gerot-gerot Pomadasys maculatum, peperek
Leiognathus sp., belanak Mugil sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, tigawaja Johnius dussumieri, kembung Rastrelliger kanagurta, tenggiri
Scomberomerus sp., bawal putih Pampus argentus, layur Trichiurus sp., cucut Charcharinus sp., pari Trigon sephen, dan lobster Panulirus sp.. Pada
kategori cukup kontinyu dimiliki oleh ikan kacangan Megalaspis cordyla, ekor kuning Caesio tricogaster, kuwe Carangoides malabaricus, layang
Decapterus sp., dan banjar Rastrelliger sp.. Kategori kurang kontinyu dimiliki pada ikan talang-talang Chorinemus tala dan kakap Lutjanus sp.. Sebagian
besar ikan di Kabupaten Kulon Progo memiliki kekontinyuan yang baik karena ikan selalu ada sepanjang waktu baik pada musim hasil tangkapan sedikit maupun
musim hasil tangkapan banyak.
5.5.2 Rata-rata jumlah produksi RJP
Salah satu kriteria yang digunakan dalam menentukan komoditas unggulan perikanan laut yang ada di perairan Kabupaten Kulon Progo adalah menghitung
rata-rata jumlah produksi dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah produksi dapat menentukan seberapa besar hasil
tangkapan yang didapatkan di Kulon Progo. Rata-rata jumlah produksi per jenis ikan periode 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 17.
Berdasarkan Tabel 17, rata-rata jumlah produksi pada jenis ikan tigawaja Johnius dussumieri dikategorikan sangat banyak dengan nilai rata-rata 35.993
kg per tahun. Pada jenis ikan manyung Arius thalassinus, ikan belanak Mugil sp., ikan kembung Rastrelliger kanagurta, ikan cucut Charcharinus sp., dan
pari Trigon sephen dikategorikan banyak dengan rata-rata jumlah produksi 28.731 kg, 27.948 kg, 27.296 kg, 24.982 kg, 24.247 kg per tahun. Kategori sedang
untuk jenis ikan peperek Leiognathus sp. dan layur Trichiurus sp., yang memiliki nilai rata-rata jumlah produksi 18.816 kg dan 22.397 kg per tahun. Jenis
ikan banjar Rastrelliger sp. memiliki nilai rata-rata jumlah produksi sebesar 13.364 kg per tahun yang dikategorikan sedikit. Selain ikan banjar Rastrelliger
sp. yang dikategorikan sedikit, adapula ikan kacangan Megalaspis cordyla, ikan layang Decapterus sp., ikan gerot-gerot Pomadasys maculatum, ikan kuniran
Parupeneus cyclostomus, ikan tenggiri Scomberomerus sp., dan ikan bawal putih Pampus argentus. Pada jenis lobster Panulirus sp. dikategorikan sangat
sedikit, dengan rata-rata jumlah produksi sebesar 5.321 kg per tahun dan jenis ikan lain yang dikategorikan sangat sedikit, yaitu ikan ekor kuning Caesio
tricogaster, ikan kuwe Carangoides malabaricus, ikan talang-talang Chorinemus tala, dan ikan kakap Lutjanus sp.. Perhitungan selang rata-rata
jumlah produksi dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 17 Penentuan nilai rata-rata jumlah produksi per jenis ikan periode 2004-
2008
No. Jenis ikan
Rata-rata jumlah produksi kg per tahun
Nilai Kategori
1. Manyung
28.731 4
Banyak 2.
Kacangan 11.591
2 Sedikit
3. Ekor kuning
8.095 1
Sangat sedikit 4.
Kuwe 5.519
1 Sangat sedikit
5. Layang
9.397 2
Sedikit 6.
Talang-talang 4.401
1 Sangat sedikit
7. Kakap
2.087 1
Sangat sedikit 8.
Gerot-gerot 11.303
2 Sedikit
9. Peperek
18.816 3
Sedang 10.
Belanak 27.948
4 Banyak
11. Kuniran
10.395 2
Sedikit 12.
Tiga waja 35.993
5 Sangat banyak
13. Kembung
27.296 4
Banyak 14.
Banjar 13.364
2 Sedikit
15. Tenggiri
10.114 2
Sedikit 16.
Bawal putih 10.490
2 Sedikit
17. Layur
22.397 3
Sedang 18.
Cucut 24.982
4 Banyak
19. Pari
24.247 4
Banyak 20.
Lobster 5.321
1 Sangat sedikit
Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.
5.5.3 Harga komoditas HK
Ikan yang memiliki kualitas yang baik akan memberikan harga ikan yang tinggi. Penetapan nilai rata-rata harga komoditas per jenis ikan dalam kurun waktu
5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18, rata-rata harga komoditas jenis lobster Panulirus
sp. sangat tinggi, dengan rata-rata harga sebesar Rp 80.000,00 per kg. Rata-rata harga komoditas jenis ikan bawal putih Pampus argentus memiliki kategori
sedang, dengan rata-rata harga sebesar Rp 35.000,00. Jenis ikan tigawaja Johnius dussumieri memiliki rata-rata harga komoditas yang sangat rendah dengan harga
rata-rata Rp 3.500,00. Ikan yang memiliki kategori rata-rata harga komoditas sangat rendah yaitu manyung Arius thalassinus, kacangan Megalaspis cordyla,
ekor kuning Caesio tricogaster, kuwe Carangoides malabaricus, layang Decapterus sp., talang-talang Chorinemus tala, kakap Lutjanus sp., gerot-
gerot Pomadasys maculatum, peperek Leiognathus sp., belanak Mugil sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, kembung Rastrelliger kanagurta, banjar
Rastrelliger sp., tenggiri Scomberomerus sp., layur Trichiurus sp., cucut Charcharinus sp., dan pari Trigon sephen. Contoh perhitungan selang rata-rata
harga komoditas dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 18 Penetapan nilai rata-rata harga komoditas per jenis ikan periode 2004-
2008
No. Jenis ikan
Rata-rata harga komoditas Rpkg per tahun
Nilai Kategori
1. Manyung
3.500,00 1
Sangat rendah 2.
Kacangan 5.600,00
1 Sangat rendah
3. Ekor kuning
5.000,00 1
Sangat rendah 4.
Kuwe 4.500,00
1 Sangat rendah
5. Layang
6.000,00 1
Sangat rendah 6.
Talang-talang 4.000,00
1 Sangat rendah
7. Kakap
7.000,00 1
Sangat rendah 8.
Gerot-gerot 3.000,00
1 Sangat rendah
9. Peperek
2.100,00 1
Sangat rendah 10.
Belanak 7.000,00
1 Sangat rendah
11. Kuniran
6.100,00 1
Sangat rendah 12.
Tiga waja 3.500,00
1 Sangat rendah
13. Kembung
7.000,00 1
Sangat rendah 14.
Banjar 5.500,00
1 Sangat rendah
15. Tenggiri
14.200,00 1
Sangat rendah 16.
Bawal putih 35.000,00
3 Sedang
17. Layur
3.760,00 1
Sangat rendah 18.
Cucut 5.000,00
1 Sangat rendah
19. Pari
3.400,00 1
Sangat rendah 20.
Lobster 80.000,00
5 Sangat tinggi
Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.
5.5.4 Rata-rata nilai produksi RNP
Nilai produksi ditentukan melalui jumlah produksi dan harga komoditas yang telah ditetapkan. Penetapan rata-rata nilai produksi tahun 2004-2008 dapat
dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Penetapan nilai rata-rata nilai produksi per jenis ikan periode 2004-2008
No. Jenis ikan
Rata-rata nilai produksi Rp per tahun
Nilai Kategori
1. Manyung
100.557.800,00 2
Rendah 2.
Kacangan 64.538.900,00
1 Sangat rendah
3. Ekor kuning
40.473.000,00 1
Sangat rendah 4.
Kuwe 24.834.600,00
1 Sangat rendah
5. Layang
56.384.400,00 1
Sangat rendah 6.
Talang-talang 17.604.800,00
1 Sangat rendah
7. Kakap
14.609.000,00 1
Sangat rendah 8.
Gerot-gerot 33.908.400,00
1 Sangat rendah
9. Peperek
39.867.300,00 1
Sangat rendah 10.
Belanak 195.633.200,00
3 Sedang
11. Kuniran
63.655.100,00 1
Sangat rendah 12.
Tiga waja 125.975.500,00
2 Rendah
13. Kembung
191.074.800,00 3
Sedang 14.
Banjar 73.502.000,00
1 Sangat rendah
15. Tenggiri
143.774.200,00 2
Rendah 16.
Bawal putih 367.136.000,00
5 Sangat tinggi
17. Layur
84.097.920,00 1
Sangat rendah 18.
Cucut 124.912.000,00
2 Rendah
19. Pari
86.390.800,00 1
Sangat rendah 20.
Lobster 425.712.000,00
5 Sangat tinggi
Sumber: Data diolah dari data statistika DKPP Kabupaten Kulon Progo 2004-2008.
Pada Tabel 19, jenis hasil ikan dengan rata-rata nilai produksi yang memiliki kategori sangat tinggi adalah lobster Panulirus sp. dengan rata-rata
nilai produksi sebesar Rp 425.712.000,00 dan bawal putih Pampus argentus sebesar Rp 367.136.000,00. Jenis belanak Mugil sp. dan kembung Rastrelliger
kanagurta memiliki kategori sedang, dengan rata-rata nilai produksi masing- masing sebesar Rp 195.633.200,00 dan Rp 191.074.800,00. Kategori rendah
dimiliki pula oleh jenis tigawaja Johnius dussumieri, dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 125.975.500,00. Selain tigawaja Johnius dussumieri, jenis
ikan yang memiliki rata-rata nilai produksi rendah yaitu manyung Arius thalassinus, tenggiri Scomberomerus sp. dan cucut Charcharinus sp.. Jenis
ikan yang memiliki rata-rata nilai produksi yang sangat rendah yaitu pari dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 86.390.800,00. Selain jenis pari Trigon
sephen, jenis ikan yang memiliki kategori sangat rendah yaitu layur Trichiurus sp., banjar Rastrelliger sp., kuniran Parupeneus cyclostomus, peperek
Leiognathus sp., gerot-gerot Pomadasys maculatum, kakap Lutjanus sp., talang-talang Chorinemus tala, layang Decapterus sp., kuwe Carangoides
malabaricus, ekor kuning Caesio tricogaster, dan kacangan Megalaspis cordyla. Perhitungan selang rata-rata nilai produksi terlihat pada Lampiran 4.
5.5.5 Penetapan jenis ikan unggulan
Berdasarkan kriteria kontinyuitas produksi, rata-rata jumlah produksi, harga komoditas, rata-rata nilai produksi, dihasilkan skoring penetapan jenis ikan
unggulan yang dapat dilihat pada Tabel 20. Kategori baik dimiliki lobster Panulirus sp. dan bawal putih Pampus argentus dengan jumlah masing-masing
15 dan 14. Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan jenis ikan unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo adalah lobster Panulirus sp.
dan bawal putih Pampus argentus. Tabel 20 Jenis ikan unggulan
No. Nama ikan
Kriteria Jumlah
Kategori 1
2 3
4
1. Lobster
4 1
5 5
15 Baik
2. Pari
4 4
1 1
10 Cukup baik
3. Cucut
4 4
1 2
11 Cukup baik
4. Layur
4 3
1 1
9 Cukup baik
5. Bawal Putih
4 2
3 5
14 Baik
6. Tenggiri
4 2
1 2
9 Cukup baik
7. Tigawaja
4 5
1 2
12 Cukup baik
8. Kembung
4 4
1 3
12 Cukup baik
9. Kuniran
4 2
1 1
8 Kurang baik
10. Belanak
4 4
1 3
12 Cukup baik
11. Manyung
4 4
1 2
11 Cukup baik
12. Kacangan
3 2
1 1
7 Kurang baik
13. Ekor kuning
3 1
1 1
6 Kurang baik
14. Kuwe
3 1
1 1
6 Kurang baik
15. Layang
3 2
1 1
7 Kurang baik
16. Talang-talang
2 1
1 1
5 Kurang baik
17. Kakap
2 1
1 1
5 Kurang baik
18. Gerot-gerot
4 2
1 1
8 Kurang baik
19. Peperek
4 3
1 1
9 Cukup baik
20. Banjar
3 2
1 1
7 Kurang baik
Sumber: Data sekunder olahan 2009.
Keterangan: Kriteria 1
= Kontinyuitas produksi Kriteria 2
= Rata-rata jumlah produksi Kriteria 3
= Harga komoditas Kriteria 4
= Rata-rata nilai produksi Tidak baik
= 1-4 Kurang baik = 5-8
Cukup baik = 9-12
Baik = 13-16
Sangat baik = 17-20
5.6 Analisis Produktivitas Usaha
Analisis produktivitas dapat dilihat dari produksi yang didaratkan dengan unit penangkapan yang digunakan. Analisis produktivitas dapat dilihat pada Tabel
21, 22, 23, dan 24. Tabel 21 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per kapal per tahun 2004-
2007
No. Tahun
Produktivitas kgunit per tahun
1. 2004
4.099,75 2.
2005 2.707,44
3. 2006
3.197,07 4.
2007 3.014,02
Rata-rata 3.254,57
Sumber: Data Sekunder Olahan 2009.
Berdasarkan Tabel 21, produktivitas yang tinggi dimiliki pada tahun 2004, dengan produktivitas yaitu 4.099,75 kg per unit kapal per tahun. Hal ini
disebabkan kapal yang melaut memiliki jumlah yang cukup besar, yaitu 127 kapal dengan hasil tangkapan yang cukup besar pada tahun 2004 tersebut. Produktivitas
yang paling kecil terjadi pada tahun 2005, dimana kapal yang digunakan melaut sedikit dan hasil tangkapan yang diterima pun sedikit. Produktivitas per nelayan
per tahun terlihat pada Tabel 22. Tabel 22 Produktivitas per nelayan per tahun 2004-2008
No. Tahun
Produktivitas kgnelayan per tahun
1. 2004
1.994,90 2.
2005 997,03
3. 2006
978,69 4.
2007 933,55
5. 2008
1.080,34 Sumber: Data Sekunder Olahan 2009.
Berdasarkan Tabel 22, produktivitas yang tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 1.994,90 kg per nelayan per tahun. Pada tahun tersebut, hasil tangkapan
sedang dalam kondisi baik, namun nelayan yang beroperasi sedikit. Pada tahun 2007, produktivitasnya kecil dengan produktivitas senilai 933,55 kg per nelayan
per tahun. Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2004 terlihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2004
Triwulan Kecamatan
Galur kgtrip
Panjatan kgtrip
Wates kgtrip
Temon kgtrip
Rata-rata kgtrip
I 28,28
33,43 24,90
41,91 32,13
II 32,36
28,98 14,65
23,09 24,77
III 24,28
17,22 11,79
15,49 17,20
IV 28,54
31,10 20,27
31,72 27,91
Rata-rata 28,36
27,68 17,90
28,05 25,50
Sumber: Data Sekunder Olahan 2009.
Berdasarkan Tabel 23, rata-rata produktivitas hasil tangkapan per trip yang paling tinggi terjadi pada triwulan I Januari, Februari, dan Maret, dengan rata-
rata produktivitas sebesar 32,13 kg per trip per tahun. Rata-rata produktivitas yang rendah terjadi pada saat triwulan III Juli, Agustus, dan September. Hal ini
dikarenakan pada triwulan I merupakan bulan-bulan musim banyak ikan dan triwulan III merupakan bulan-bulan dengan musim sedikit ikan. Kisaran rata-rata
produktivitas pada tahun 2004 yaitu antara 17,20 sampai dengan 32,13 kg per trip per tahun. Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2006 terlihat
pada Tabel 24. Tabel 24 Produktivitas berdasarkan hasil tangkapan per trip tahun 2006
Triwulan Kecamatan
Galur kgtrip
Panjatan kgtrip
Wates kgtrip
Temon kgtrip
Rata-rata kgtrip
I 33,98
30,28 32,01
33,01 32,32
II 29,00
23,01 27,97
21,31 25,32
III 25,16
22,04 21,98
21,69 22,72
IV 23,00
22,00 33,49
17,25 23,94
Rata-rata 27,79
24,33 28,87
23,31 26,07
Sumber: Data Sekunder Olahan 2009.
Pada Tabel 24, rata-rata produktivitas paling besar terjadi pada saat triwulan I yaitu 32,32 kg per trip per tahun. Pada triwulan III, produktivitas rendah yaitu
22,72 kg per trip per tahun. Hal ini serupa dengan yang dialami pada tahun 2004. Pada musim pancaroba yaitu triwulan III Juli, Agustus, dan September, nelayan
5 10
15 20
25 30
35 40
GALUR PANJATAN
WATES TEMON
Kecam atan P
ro d
u kt
ivi tas
kg t
ri p
triw ulan 1 triw ulan 2
triw ulan 3 triw ulan 4
enggan untuk melaut karena kondisi alam yang kurang mendukung. Kisaran rata- rata produktivitas pada tahun 2006 yaitu antara 22,72 sampai dengan 32,32 kg per
trip per tahun. Produktivitas rata-rata hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun 2004
dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 25. Rata-rata produktivitas yang paling tinggi dimiliki pada triwulan I sebesar 32,22 kg per trip per tahun sedangkan yang paling
rendah pada triwulan III yaitu sebesar 19,96 kg per trip per tahun. Kisaran rata- rata produktivitas yang dimiliki antara 19,96 sampai dengan 32,22 kg per trip per
tahun. Tabel 25 Rata-rata produktivitas hasil tangkapan berdasarkan per trip per tahun
2004 dan 2006
Triwulan Kecamatan
Galur kgtrip
Panjatan kgtrip
Wates kgtrip
Temon kgtrip
Rata-rata kgtrip
I 31,13
31,85 28,46
37,46 32,22
II 30,68
25,99 21,31
22,20 25,05
III 24,72
19,63 16,88
18,59 19,96
IV 25,77
26,55 26,88
24,49 25,92
Rata-rata 28,08
26,01 23,38
25,68 25,79
Sumber: Data Sekunder Olahan 2009.
Grafik produktivitas hasil tangkapan per trip tahun 2004 dan 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.
5.7 Analisis Aspek Teknis