Analisis Aspek Sosial Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

badan jaring, dan pemberat pada bagian akhir. Setelah itu, jaring yang telah diturunkan diikatkan dengan tali selambar yang terhubung dengan tali ris atas pada haluan kapal lalu mesin dimatikan. Lama drifting sekitar 1-2 jam. Pada saat penarikan jaring hauling, jaring ditarik oleh nelayan mulai dari pelampung, pelampung tanda, badan jaring, kemudian pemberat. Ikan yang tertangkap dilepas dari jaring kemudian diletakkan ke dalam blong besar yang telah disediakan. Setting dan hauling dalam sekali trip dapat dilakukan sebanyak 3 kali. Setelah hauling selesai, jaring dirapikan kembali dan mesin pun dinyalakan untuk kembali ke TPI. Pada penangkapan jenis lobster Panulirus sp., jaring dipasang pada pagi atau malam hari dan diambil pada keesokan harinya.

5.8 Analisis Aspek Sosial

Analisis aspek sosial memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan nelayan. Nelayan yang berada di Kabupaten Kulon Progo terbagi menjadi 2, yaitu nelayan lokal dan nelayan andon. Nelayan lokal merupakan nelayan yang berasal dari daerah Kulon Progo sedangkan nelayan andon merupakan nelayan pendatang yang asalnya dari Cilacap. Nelayan andon memilih melaut ke perairan Kulon Progo karena SDI yang berada di daerah tersebut masih banyak dibandingkan dengan daerah asal mereka. Selain itu, nelayan andon memiliki keterampilan lebih maju dibandingkan nelayan lokal sehingga nelayan lokal belajar dari nelayan andon untuk melaut. Nelayan andon paling banyak berada di daerah Karangwuni sedangkan di Trisik tidak ada nelayan andon sama sekali. Pemerintah berkeinginan untuk memusatkan kegiatan perikanan di Karangwuni dan memfokuskan daerah Glagah menjadi daerah pariwisata. Pemerintah menghimbau kepada nelayan Glagah agar melakukan kegiatan penangkapan di Karangwuni, namun nelayan Glagah masih enggan untuk pindah ke Karangwuni. Kondisi ini mempengaruhi pendataan dan produktivitas hasil tangkapan di Kulon Progo. Nelayan memiliki keterbatasan alat tangkap sehingga pada saat tidak musim ikan, nelayan lokal melakukan pekerjaannya sebagai petani dan peternak dan nelayan andon ada yang tetap melaut di perairan Kulon Progo dan ada yang kembali ke daerahnya untuk bertemu dengan keluarganya. Selain itu, keterampilan nelayan lokal masih dianggap kurang untuk melaut dibandingkan nelayan andon. Namun keinginan untuk melaut nelayan cukup besar. Nelayan cukup aktif di dalam kegiatan kelompok nelayan di tiap daerah. Hal ini lebih memudahkan nelayan untuk menjalankan operasi penangkapan dan dapat bersosialisasi dengan nelayan lainnya. Selain itu, koperasi Swamitra Mina yang merupakan koperasi unit simpan pinjam memberikan keuntungan bagi nelayan, karena dapat memberikan pinjaman modal. Pendapatan nelayan bottom gillnet di Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp 44.505.000 per tahun atau Rp 3.708.750,00 per bulan. Berdasarkan upah minimum regional di Provinsi DIY pada tahun 2009 KEP-20MEN2000 yang sebesar Rp 700.000,00 per bulan, upah nelayan Kabupaten Kulon Progo jauh lebih besar daripada UMR. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa nelayan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik.

5.9 Analisis Aspek Finansial