Analisis Aspek Finansial Analisis Sistem Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

keterampilan nelayan lokal masih dianggap kurang untuk melaut dibandingkan nelayan andon. Namun keinginan untuk melaut nelayan cukup besar. Nelayan cukup aktif di dalam kegiatan kelompok nelayan di tiap daerah. Hal ini lebih memudahkan nelayan untuk menjalankan operasi penangkapan dan dapat bersosialisasi dengan nelayan lainnya. Selain itu, koperasi Swamitra Mina yang merupakan koperasi unit simpan pinjam memberikan keuntungan bagi nelayan, karena dapat memberikan pinjaman modal. Pendapatan nelayan bottom gillnet di Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp 44.505.000 per tahun atau Rp 3.708.750,00 per bulan. Berdasarkan upah minimum regional di Provinsi DIY pada tahun 2009 KEP-20MEN2000 yang sebesar Rp 700.000,00 per bulan, upah nelayan Kabupaten Kulon Progo jauh lebih besar daripada UMR. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa nelayan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik.

5.9 Analisis Aspek Finansial

Analisis finansial digunakan untuk menghitung seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari kegiatan operasi penangkapan. Berdasarkan Lampiran 7, investasi yang digunakan berupa kapal sebesar Rp 10.000.000,00, alat tangkap yang terbagi menjadi 2, yaitu alat tangkap lobster Panulirus sp. dan bawal putih Pampus argentus. Masing-masing alat tangkap memiliki harga sebesar Rp 2.730.000,00 dan Rp 3.380.000,00. Mesin memiliki harga sebesar Rp 15.000.000,00. Nilai investasi yang digunakan sebesar Rp 31.110.000,00. Pendapatan usaha dari dua musim, yaitu musim hasil tangkapan melimpah dan musim hasil tangkapan sedikit. Musim hasil tangkapan melimpah terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret sedangkan musim hasil tangkapan sedikit terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September. Nelayan melakukan 90 trip pada musim hasil tangkapan melimpah dan 60 trip ketika musim hasil tangkapan sedikit. Pendapatan kotor yang diterima oleh sebesar Rp 303.750.000,00 per tahun. Biaya tetap yang dihasilkan sebesar Rp 8.475.000,00 yang dipergunakan untuk biaya penyusutan dan perawatan unit penangkapan, sedangkan biaya tidak tetap yang digunakan sebesar Rp 12.420.000,00 untuk bensin, oli, dan perbekalan per tahun. Setiap unit penangkapan ikan memiliki penyusutan sebesar 10 dari unit penangkapan setiap tahunnya. Retribusi yang dipungut sebesar 8 karena di Kabupaten Kulon Progo masih menggunakan tenaga pendorong untuk melaut, sehingga pembagian retribusi yaitu: 5 untuk pihak TPI dan 3 untuk tenaga pendorong. Upah ABK sebesar 50 setelah dipotong dengan biaya operasional dan retribusi. Total biaya yang ada sebesar Rp 178.710.000,00 per tahun. Keuntungan yang diterima sebesar Rp 125.040.000,00 setelah dikurangi dengan total biaya. Sedangkan revenue per cost yang didapatkan dari nilai perbandingan total penerimaan dengan total biaya sebesar 1,70 yang menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan sebesar 0,70 rupiah sehingga usaha perikanan layak untuk dijalankan karena RC 1 maka usaha menguntungkan dan mendapatkan pengembalian modal dalam jangka waktu 0,25 tahun.

5.10 Analisis Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap