Teknik Budidaya Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat)

64 Tabel 20. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Sukasari per Hektar per Musim Tanam pada Tahun 2010 No Proses Budidaya Varietas Sumenep Varietas Balikaret TKDK TKLK TKDK TKLK HKP HKW HKP HKW HKP HKW HKP HKW 1. Persiapan bibit 5,41 13,07 1,88 7,61 6,28 18,30 0,00 11,00 2. Pengolahan lahan 32,97 0,00 217,11 0,00 15,06 0,00 255,34 0,00 3. Penanaman 12,23 52,79 23,61 158,03 14,70 18,43 1,00 100,83 4. Penyulaman 0,36 0,00 20,49 18,67 0,68 0,00 24,10 23,55 5. Pengendalian HPT 54,12 0,00 0,00 0,00 34,26 0,00 0,00 0,00 6. Penyiangan 20,70 28,02 1,80 38,71 11,04 22,28 0,00 67,63 7. Pemupukan 29,36 10,67 0,00 0,00 23,70 16,23 5,19 0,00 8. Penyiraman 140,40 2,71 0,00 0,00 116,62 7,49 0,00 0,00 9. Pemanenan 20,49 18,67 19,77 65,02 24,01 23,55 30,43 82,66 10. Kegiatan pasca panen meres 0,00 0,00 0,00 108,02 0,00 0,00 0,00 204,82 11. Pengangkutan 0,00 0,00 23,04 0,00 0,00 0,00 9,42 0,00 Total 316,05 125,93 307,70 396,07 246,36 106,28 325,40 490,49 7 Permodalan Modal yang digunakan petani responden seluruhnya berasal dari modal pribadi. Petani tidak berani untuk meminjam modal kepada pihak lain dikarenakan risiko dari usahatani bawang merah tinggi. Kalau pun terpaksa harus meminjam, maka petani hanya berani meminjam kepada kerabat. Petani responden tidak berani meminjam kepada pihak lain seperti bank, tengkulak atau kelompok tani, karena menurut mereka membuat hati merasa tidak tenang. Pada umumnya, ketika petani responden mengalami kekurangan modal maka mereka lebih memilih untuk mengurangi penggunaan input produksi untuk tanaman bawang merahnya dari penggunaan biasanya daripada harus meminjam modal kepada pihak lain.

6.3. Teknik Budidaya

Teknik budidaya merupakan hal penting dalam usahatani karena dapat menentukan jumlah output yang dihasilkan. Perlakuan atau teknik budidaya bawang merah di Desa Sukasari Kaler terdiri dari persiapan bibit, pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, pemupukan, penyemprotan, pengairan, panen dan kegiatan pasca panen. 65 1 Persiapan Bibit Kualitas bibit merupakan salah satu faktor penentu hasil tanaman. Bawang merah yang digunakan sebagai bibit harus cukup tua. Umur bibit yang paling bagus yaitu bibit yang telah disimpan selama 30-40 hari. Petani responden umumnya menggunakan bibit yang dibeli dari pasar. Kegiatan persiapan bibit biasanya dilakukan sehari sebelum tanam, yaitu pada malam hari sebelum keesokan paginya bibit ditanam. Persiapan bibit meliputi kegiatan pembersihan dan pengirisan ujung umbi bawang merah. Pengirisan ujung umbi bawang merah ini dilakukan dengan tujuan agar umbi cepat tumbuh dan memiliki anakan yang banyak, sehingga akan diperoleh hasil yang optimal. Kegiatan persiapan bibit ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Apabila jumlah bibit yang akan digunakan banyak, maka persiapan bibit dilakukan beberapa hari sebelumnya dengan cara mencicilnya. 2 Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dilakukan untuk menciptakan kondisi tanah seperti yang diinginkan tanaman bawang merah, yaitu tanah yang gembur dan subur untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bawang merah. Pengolahan lahan dilakukan melalui empat tahapan, yaitu: penaikkan tanah, pembalikan tanah, pembuatan bedengan dan parit, serta penggemburan. Gambar 8 merupakan lahan yang sudah mengalami proses pengolahan dan siap untuk ditanami tanaman bawang merah. Gambar 8. Lahan yang Sudah Diolah dan Siap untuk Ditanami Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler 2011 66 3 Penanaman Penanaman biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita, sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya bertugas membawa bibit ke lahan yang akan ditanami. Penanaman di Desa Sukasari Kaler dilakukan dengan terlebih dahulu membuat lubang dengan menggunakan cangkul kecil kored yang dikenal dengan istilah mencogek. Kemudian dibuat lubang tanam yang terlebih dahulu diberi pupuk dasar. Pupuk dasar ini biasanya terdiri dari pupuk kandang dan pupuk TSP. Setelah diberi pupuk dasar kemudian tanah didiamkan dulu selama ± satu hari setelah itu baru ditanami. Jarak tanam yang digunakan di lokasi penelitian adalah 15 x 20 cm dan 20 x 20 cm dengan lebar bedengan 110-120 cm dan ketinggian bedengan 50-60 cm. Apabila kondisi tanah terlalu berair maka bedengan dibuat lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kondisi tanah agar tidak terlalu basah karena apabila tanah terlalu basah maka tanaman bawang merah akan rentan terkena busuk umbi. Teknik penanaman bawang merah di lokasi penelitian dilakukan dengan membenamkan bawang merah ke dalam lubang yang sebelumnya telah dibuat dengan kored. Bawang merah dibenamkan sampai ujungnya rata dengan permukaan tanah. 4 Penyulaman Penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur ± 15 HST hari setelah tanam. Pada umur tersebut biasanya sudah terlihat bibit yang tumbuh atau tidak, sehingga untuk bibit yang tidak tumbuh dapat diganti dengan bibit baru. Pada umumnya petani responden memperoleh bibit dengan hasil membeli di pasar, dimana umur bibit tersebut berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan bibit yang tidak tumbuh relatif lebih banyak, sehingga memerlukan adanya proses penyulaman. 5 Penyiangan Proses penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari gulma-gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman bawang merah, karena terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara. Penyiangan pada umumnya hanya 67 dilakukan satu kali selama satu musim tanam yaitu ketika tanaman berumur 30 hari. Hal tersebut karena ketika bibit berumur tiga hari atau sebelum bibit ditanam dilakukan penyemprotan dengan obat rumput, sehingga sampai umur 30 hari gulma-gulma tidak tumbuh. Gambar 9 memperlihatkan tanaman bawang merah yang telah berumur ± 40 HST, dimana diantara barisan tanaman telah ditumbuhi oleh gulma-gulma yang akan menghambat pertumbuhan tanaman bawang merah apabila tidak segera dilakukan penyiangan. Proses penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mancabuti gulma-gulma yang tumbuh Gambar 9. Gambar 9. Tanaman Bawang Merah Umur ± 40 HST dan Kegiatan Penyiangan di Desa Sukasari Kaler 2011 6 Penyiraman Tanaman bawang merah tidak memerlukan banyak air karena umbi bawang merah mudah busuk, akan tetapi selama pertumbuhannya tanaman bawang merah membutuhkan air yang cukup. Oleh karena itu, tanaman bawang merah memerlukan penyiraman secara intensif apalagi karena penanaman bawang merah terletak di lahan bekas padi. Kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman bawang merah tumbuh. Hal tersebut karena pada musim kemarau tanaman bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup. Setelah tanaman tumbuh, frekuensi penyiraman dikurangi hingga dua hari sekali atau tiga hari sekali dan menjelang panen frekuensi penyiraman semakin dikurangi. Hal tersebut bertujuan agar tanaman umbi bawang merah yang dihasilkan tidak terlalu berair, karena akan menyebabkan cepat busuk. Selain itu, pengurangan frekuensi penyiraman juga bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan selama penjemuran. 68 7 Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan dalam usahatani yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat hara bagi tanaman yang kurang tersedia di dalam tanah. Petani responden melakukan pemupukan sebanyak 3-4 kali selama satu musim tanam. Apabila melihat kondisi di lapang bagus, tak jarang petani melakukan pemupukan lebih dari empat kali dengan tujuan agar memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut yang menyebabkan penggunaan pupuk di Desa Sukasari Kaler termasuk tinggi. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman bawang merah mencapai umur 15 hari setelah tanam. Pemupukan kedua dilakukan pada saat 30 hari setelah tanam. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat umur 45 hari setelah tanam dan pemupukan keempat dilakukan pada saat umur 60 hari setelah tanam. Cara pemupukan dilakukan dengan mencampurkan setiap kombinasi berbagai jenis pupuk kemudian pupuk ditaburkan diantara barisan bawang merah. 8 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman HPT Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah di Desa Sukasari Kaler dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat adanya serangan hama dan penyakit. Aktivitas ini disesuaikan dengan kondisi hama dan penyakit yang menyerang lahan pertanian. Pengendalian hama dan penyakit di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia Gambar 10. Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain ulat bawang ulat grayak yang ditandai dengan bercak putih transparan pada daun, ulat tanah petani mengenalnya dengan nama ulat hitam karena ulat ini berwarna coklat- hitam, hama trip yang ditandai dengan adanya bercak putih beralur pada daun, hama cikrak memanjangnya daun sehingga umbi kecil dan busuk daun. Gambar 10 merupakan proses pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh para petani di Desa Sukasari Kaler yaitu dengan menggunakan sprayer alat penyemprot. Proses pengendalian hama penyakit dan tanaman ini biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, karena waktu tersebut merupakan waktu yang tepat untuk proses pengendalian HPT. Proses pengendalian hama dan penyakit ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. 69 Gambar 10. Kegiatan Pengendalian HPT dan Beberapa Jenis Obat-obatan yang Digunakan di Desa Sukasari Kaler 2011 9 Panen Kegiatan pemanenan meliputi aktivitas pencabutan, pembersihan umbi mutik, dan pengangkutan hasil dari lahan ke rumah pemilik. Kegiatan pencabutan dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki dan pembersihan umbi mutik dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Selain melakukan kegiatan pencabutan, tenaga kerja laki-laki juga mengangkut hasil panen ke rumah pemilik. Panen dilakukan setelah umbi berukuran besar dan siap dipanen, yaitu pada umur tanaman 75-80 hari untuk bawang merah varietas Balikaret dan 90-100 hari untuk bawang merah varietas Sumenep. Rata-rata produksi total usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler yaitu 12.885,18 kg untuk varietas Sumenep dan 24.604,02 kg untuk varietas Balikaret. Jumlah tersebut sudah termasuk jumlah produksi untuk dijual, konsumsi, cadangan bibit dan untuk pembayaran panen catu. 10 Kegiatan Pasca Panen Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah penjemuran, pengikatan bawang yang telah kering dan pemotongan daun-daun yang terdapat pada bawang meres. Kegiatan penjemuran biasanya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Usahatani bawang merah di lokasi penelitian dilakukan pada musim kemarau, sehingga kegiatan penjemuran dilakukan di bawah terik matahari selama ± satu minggu. 70 VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

7.1. Analisis Fungsi Produksi

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Merah( Studi Kasus: Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara)

21 143 103

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var capitata L.). studi kasus di desa Argalingga kecamatan Argapura kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 18 126

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

10 79 93

Analisis Efisiensi Usahatani Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 5 122

this PDF file Analisis dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka | Sudrajat | Majalah Geografi Indonesia 1 PB

0 1 14

Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

0 1 10

PERILAKU PETANI DALAM MENGELOLA LAHAN TERASERING DI DESA SUKASARI KALER KECAMATAN ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA

0 2 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17