12
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah
Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang merah adalah bibit. Penggunaan bibit atau varietas unggul akan mampu
memberikan hasiltingkat produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas tidak unggul. Penggunaan bibit unggul untuk tanaman bawang merah tidak hanya
diarahkan untuk peningkatan hasil produksi saja, melainkan juga diarahkan untuk peningkatan kualitasmutu dari produksi yang dihasilkan.
Varietas bawang merah untuk meningkatkan produksi dan kualitas telah banyak dikembangkan di Indonesia. Varietas yang telah dilepas oleh pemerintah
maupun yang berkembang di lapangan memiliki keunggulan tertentu. Tipe bawang merah yang ideal adalah bawang merah yang memiliki sifat-sifat unggul,
antara lain tahan terhadap penyakit, memiliki tipe pertumbuhan dan jumlah anakan sedang, umur tanaman genjah, ukuran umbi besar, warna umbi merah tua,
dan bentuk umbi bulat sesuai dengan preferensi konsumen Setijo 2003. Berikut deskripsi beberapa varietas bawang merah :
1 Varietas Bima
Varietas Bima Brebes berasal dari Brebes dan cocok ditanam di daerah dataran rendah. Umbi berbentuk lonjong, bercincin kecil pada leher cakram,
berwarna merah muda. Produksi mencapai 9,9 ton per hektar, dengan susut bobot dari umbi basah menjadi umbi kering 21,5 persen.
2 Varietas Medan
Bawang varietas Medan berasal dari daerah Samosir, cocok ditanam di daerah rendah maupun dataran tinggi. Umbi berbentuk bulat dengan ujung
runcing dan berwarna merah. Produksi umbi kering dapat mencapai 7,4 ton per hektar, dengan susut umbi basah menjadi umbi kering sekitar 24,7 persen.
3 Varietas Keling
Varietas Keling berasal dari lokal Maja, cocok untuk diusahakan di daerah dataran rendah. Umbi berbentuk bulat dan berwarna merah muda. Produksi umbi
kering mencapai 7,9 ton per hektar, dengan susut bobot umbi basah menjadi umbi kering sekitar 14,9 persen.
13 4
Varietas Maja Panas Varietas Maja Panas berasal dari lokal Cipanas, cocok untuk ditanam di
daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Umbi berbentuk bulat dan berwarna merah tua. Produksi umbi kering mencapai 10,9 ton per hektar, dan susut bobot
dari umbi basah menjadi umbi kering sekitar 24,9 persen. 5
Varietas Sumenep Varietas Sumenep merupakan kultivar lokal yang diperkirakan berasal dari
daerah Sumenep, Madura. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran medium ataupun dataran tinggi. Umbi tanaman berbentuk lonjong
memanjang dan berwarna merah pucat. Produksi umbi basah mencapai 19,3 ton per hektar dan dapat menghasilkan umbi kering sekitar 10,1 ton per hektar.
6 Varietas Kuning
Bawang merah varietas Kuning telah lama dibudidayakan oleh petani di daerah Brebes, Jawa Tengah, sebagai varietas lokal setempat. Kultivar ini baik
untuk diusahakan di daerah dataran rendah sampai dataran medium pada musim kemarau. Varietas ini memiliki umbi berwarna gelap. Produksi umbi antara 14,4-
20,1 ton per hektar, dengan susut bobot umbi dari umbi basah menjadi umbi kering sekitar 21,5-22,0 persen.
7 Varietas Kuning Gombong
Bawang merah varietas Kuning Gombong berasal dari daerah Sidapurna, Brebes, Jawa Tengah, dan cocok ditanam pada musim kemarau di dataran rendah.
Umbi berbentuk bulat lonjong dengan bagian leher agak besar dan berwarna merah muda. Produksi umbi kering mencapai 11,2-17,3 ton per hektar, dengan
susut bobot umbi basah menjadi umbi kering sekitar 22,5 persen. 8
Varietas Bangkok Varietas Bangkok berasal dari Thailand dan pada umumnya ditanam di
daerah sentra produksi bawang merah, misalnya di daerah Brebes, Cirebon dan Tegal. Umbi berbentuk bulat dan berwarna merah tua. Produksi umbi berkisar
antara 17,6-22,3 ton per hektar, dengan susut bobot umbi basah menjadi umbi kering 21,5-22,0 persen.
14 Setiap varietas tanaman bawang memiliki ketahanan dan kepekaan yang
berbeda-beda terhadap penyakit, misalnya umbi varietas Bima Brebes, varietas Medan, varietas Keling dan umbi varietas Maja Panas yang merupakan umbi
bawang merah yang cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi Botrytis alli, namun peka terhadap penyakit busuk ujung daun Phytophtora porri. Sedangkan
varietas Kuning dan varietas Kuning Gombong merupakan varietas umbi yang cukup tahan terhadap busuk umbi Botrytis alli, namun peka terhadap penyakit
bercak ungu Alternaria porri maupun antraknosa Colletotrichum sp.. Berbeda halnya dengan varietas Sumenep yang tahan terhadap penyakit fusarium, bercak
ungu Alternaria porri, dan antraknosa Colletotrichum sp., varietas Bangkok justru sangat peka terhadap penyakit bercak ungu Alternaria porri, dan
antraknosa Colletotrichum sp.. Selain menggunakan umbi sebagai bahan tanam, sekarang telah
dikembangkan dengan menggunakan biji botaninya atau dikenal True Shallots Seed. True Shallots Seed atau yang biasa disebut TSS merupakan bahan
perbanyakan generatif bawang merah yang berbentuk biji. Dibandingkan dengan umbi, penggunaan TSS sebagai bahan tanam memiliki beberapa keunggulan yaitu
1 kebutuhan benih hanya sedikit, yaitu sekitar 7,5 kgha dibanding umbi sekitar 1,5 tonha; 2 bebas virus dan penyakit tular benih; 3 menghasilkan tanaman
yang lebih sehat; 4 daya hasil lebih tinggi dibanding umbi, dan 5 hemat biaya Sopha 2010. Selain itu, hasil bawang merah asal biji memiliki ukuran umbi yang
lebih besar dan lebih bulat dibandingkan bawang asal dari umbi. Varietas bawang merah yang biasa digunakan oleh petani di tempat
penelitian yaitu varietas Maja Panas, Sumenep, Balikaret, Bima Curut dan varietas impor seperti varietas Ilokos dari Philipina. Varietas-varietas tersebut merupakan
varietas yang cocok ditanam di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Akan tetapi, beberapa tahun ini varietas yang sering dibudidayakan hanya dua
jenis yaitu varietas Balikaret dan Sumenep. Varietas Balikaret umumya ditanam pada lahan tegalan dan varietas Sumenep pada lahan sawah. Bibit yang digunakan
petani di lahan tegalan pada umumnya masih menggunakan umbi yang disimpan sendiri sebagai bahan tanam, sedangkan petani di lahan sawah menggunakan bibit
yang berasal dari pasar.
15
2.2. Perkembangan Penelitian Bawang Merah Terkait Produksi