Perkembangan Penelitian Bawang Merah Terkait Produksi

15

2.2. Perkembangan Penelitian Bawang Merah Terkait Produksi

Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang telah banyak diteliti dari berbagai disiplin ilmu. Penelitian-penelitian terdahulu mengenai bawang merah terkait produksi telah dikaji oleh beberapa peneliti yaitu Rosantiningrum dan Hamid 2004, Kurniawan 2007 serta Damanah 2008. Rosantiningrum 2004 meneliti tentang produksi dan pemasaran usahatani di Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fungsi produksi bawang merah di tempat penelitian berada pada kondisi constant return to scale artinya pada kondisi tersebut apabila semua input dinaikkan sebesar 10 persen maka tingkat produksi naik sebesar proporsi yang sama yaitu 10 persen. Nilai koefisien regresi faktor produksi luas lahan X 1 , jumlah bibit X 2 , jumlah tenaga kerja X 3 , pupuk N X 4 , pupuk P X 5 , pupuk K 6 , dan nilai pestisida X 7 bernilai lebih dari nol dan kurang dari satu, karena koefisien regresi menunjukkan elastisitas produksi, maka dapat disimpulkan bahwa produksi berada si daerah rasional daerah II artinya secara teknis faktor produksi tersebut masih dapat ditambah penggunaannya karena setiap penambahan input akan meningkatkan output. Pada pemasaran usahatani, terbentuk tiga pola saluran pemasaran yang berasal dari 30 petani responden. Dilihat dari efisiensi teknis, pemasaran bawang merah di tempat penelitian belum efisien. Hal tersebut terlihat dari nilai marjin pemasaran yang tinggi yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat keuntungan pedagang besar dan besarnya penyusutan. Berdasarkan analisis keterpanduan pasar ditingkat petani di Kecamatan Brebes dengan Pasar Induk Kramat jati adalah koefisien b 2 sebesar 1,06. Hal ini menunjukkan adanya keterpaduan pasar jangka panjang yang kuat antara tingkat petani dengan konsumen. Nilai tersebut berarti setiap perubahan harga lag satu bulan di pasar acuan sebesar Rp 100 akan segera diteruskan ke pasar petani sebesar Rp 106,- sedangkan nilai Indeks Keterpaduan Pasar IMC yang merupakan rasio antara peubah harga pasar setempat b 1 dengan peubah harga pasar acuan pada waktu lalu b 3 adalah sebesar 0,08 nilai ini menunjukkan terdapatnya keterpaduan pasar dalam jangka pendek antara kedua pasar. 16 Penelitian Damanah 2008 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani menunjukkan bahwa dari tujuh varibel yang diduga berpengaruh terhadap produksi yaitu luas lahan X 1 , tenaga kerja pria X 2 , tenaga kerja wanita X 3 , bibit X 4 , pupuk buatan X 5 , pupuk kandang X 6 dan obat-obatan X 7 ternyata hanya lima variabel yang dapat dijelaskan oleh fungsi produksi yang diperoleh yakni luas lahan, tenaga kerja pria, bibit, pupuk buatan dan obat-obatan. Hasil pendugaan model fungsi produksi Cobb-Douglas, maka diperoleh faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi adalah luas lahan, bibit dan pupuk buatan, sedangkan tenaga kerja wanita dan obat- obatan tidak berpengaruh. Hasil analisis pendapatan usahatani berdasarkan strata luas lahan, baik usahatani pada lahan luas, sedang maupun lahan sempit, ketiganya memberikan keuntungan karena nilai RC rasio lebih dari satu. RC rasio atas biaya total pada lahan luas sebesar 1,88, lahan sedang sebesar 1,97 dan pada lahan sempit sebesar 1,65. Berdasarkan nilai RC rasio atas biaya total tersebut, maka usahatani bawang merah pada lahan sedang relatif lebih efisien jika dibandingkan dengan usahatani bawang merah pada lahan sempit dan lahan luas. Penelitian Hamid 2004 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani bawang merah di Kecamatan Wanasari, menduga bahwa ada tiga belas faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani. Faktor-faktor tersebut yaitu jumlah bibit, lama penyimpanan bibit, luas lahan garapan, biaya untuk obat-obatan, biaya untuk pupuk secara keseluruhan yang meliputi Urea, ZA, KCl, DAP dan pupuk jenis lain yang digunakan petani, jumlah tenaga kerja luar keluarga, jumlah tenaga kerja keluarga untuk usahatani bawang merah, umur tanaman, lama pengalaman bertani bawang merah, usia petani, tingkat pendidikan formal, pendapatan di luar usahatani merah dan modal yang digunakan untuk bertani bawang merah. Berdasarkan Metode Ordinary Least Square OLS diperoleh bahwa 13 faktor tersebut secara keseluruhan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani bawang merah. Faktor-faktor tersebut ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif. Hampir seluruh faktor- faktor yang diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani bawang merah kecuali faktor pendidikan formal petani. 17

2.3. Fungsi Produksi Menggunakan Pendekatan

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Merah( Studi Kasus: Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara)

21 143 103

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var capitata L.). studi kasus di desa Argalingga kecamatan Argapura kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 18 126

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

10 79 93

Analisis Efisiensi Usahatani Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 5 122

this PDF file Analisis dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka | Sudrajat | Majalah Geografi Indonesia 1 PB

0 1 14

Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

0 1 10

PERILAKU PETANI DALAM MENGELOLA LAHAN TERASERING DI DESA SUKASARI KALER KECAMATAN ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA

0 2 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17