Efisiensi Teknis Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus : Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat)

19 Penelitian Tanjung 2003 mengenai efisiensi teknis dan ekonomis petani kentang di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat menggunakan dua model fungsi produksi stochastic frontier. Dua model tersebut yaitu model A yang memiliki sebelas variabel penjelas dan model B yang memiliki empat variabel penjelas. Variabel yang diduga berpengaruh pada model fungsi produksi stochastic frontier model A yaitu benih, luas lahan, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk SS, pestisida padat, pestisida cair dan jenis benih dummy. Variabel yang nyata berpengaruh terhadap produksi yaitu benih, luas lahan, pupuk SP-36, pupuk NPK, pupuk SS, pestisida padat dan jenis benih dummy. Pada model fungsi produksi stochastic frontier model B, variabel yang diduga berpengaruh yaitu luas lahan, tenaga kerja, modal yang dinormalkan dengan harga output dan jenis benih dummy. Dari keempat variabel tersebut, variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi hanya dua variabel yaitu variabel luas lahan dan variabel modal yang dinormalkan dengan harga output. Adhiana 2005 melakukan penelitian mengenai efisiensi ekonomi usahatani lidah buaya Aloe vera di Kabupaten Bogor. Variabel yang diduga berpengaruh terhadap produksi yaitu luas lahan, jumlah tanaman, pupuk kandang, pupuk anorganik, tenaga kerja, dan umur tanaman. Dari keenam variabel dugaan, empat diantaranya berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi yaitu variabel luas lahan, jumlah tanaman, tenaga kerja dan umur tanaman. Variabel pupuk kandang dan pupuk anorganik berpengaruh positif tetapi tidak nyata.

2.4. Efisiensi Teknis

Penelitian tentang efisiensi teknis usahatani bawang merah belum pernah dilakukan sebelumnya. Tinjauan empiris berikut merupakan hasil penelitian efisiensi teknis serta tingkat pendapatan usahatani dengan komoditas berbeda. Hasil penelitian Khotimah 2010 menyimpulkan bahwa tingkat efisiensi teknis petani ubi jalar berada pada range 0,52 sampai 0,99 dan rata-rata tingkat efisiensi teknis petani ubi jalar di Kecamatan Cilimus adalah 0,75 atau 75 persen dari produksi maksimum. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus telah cukup efisien dan masih terdapat peluang meningkatkan produksi sebesar 25 persen untuk mencapai produksi maksimum. 20 Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dianalisis dengan model efek inefisiensi teknis dengan variabel umur, pengalaman, pendidikan, lama kerja petani di luar usahatani, pendapatam di luar usahatani, status kepemilikan lahan dan penyuluhan. Hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata dan positif terhadap inefisiensi teknis produksi, yaitu pengalaman, lama kerja petani di luar usahatani, dan status kepemilikan lahan. Variabel lainnya seperti umur, pendidikan, pendapatan di luar usahatani, dan penyuluhan berpengaruh negatif terhadap inefisiesi teknis akan tetapi tidak berpengaruh nyata. Podesta 2009 menyimpulkan bahwa usahatani padi Pandan Wangi benih bersertifikat maupun non sertifikat telah efisien secara teknis. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai efisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat maupun non sertifikat masing-masing adalah 0,967 dan 0,713. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi meliputi usia, pendidikan formal, pengalaman, umur bibit dan dummy status usahatani serta dummy pendidikan non formal. Faktor dummy pendidikan non formal saja yang berpengaruh bagi usahatani padi Pandan Wangi benih non sertifikat. Sementara itu, tidak ada faktor yang nyata berpengaruh bagi usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat. Hal ini dikarenakan tingkat efisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat sudah sangat tinggi yakni 0,967 sehingga nilai inefisiensi teknis usahatani padi Pandan Wangi benih sertifikat hanya sebesar 0,033. Berbeda halnya dengan usahatani Pandan Wangi benih non sertifikat dimana nilai inefisiensi teknis sebesar 0,287. Hasil penelitian Maryono 2008 menunjukkan angka rata-rata tingkat efisiensi teknis pada masa tanam I sebesar 0,966 dengan nilai terendah 0,805 dan nilai tertinggi adalah 0,994. Sedangkan pada masa tanam II nilai rata-rata efisiensi teknis 0,899 dengan nilai terendah 0,732 dan nilai tertinggi 0,990. Pada masa tanam II terjadi penurunan tingkat efisiensi teknis dilihat dari angka rata-rata tingkat efisiensi teknis pada masa tanam II yang lebih kecil daripada masa tanam I. Berdasarkan angka efisiensi teknis tersebut juga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program benih bersertifikat ini justru menurunkan efisiensi teknis rata-rata sebesar 6,935 persen. Hasil pendugaan efek inefisiensi teknis menunjukkan bahwa pada masa tanam I variabel yang berpengaruh nyata terhadap 21 efisiensi teknis adalah dummy bahan organik dan dummy legowo. Sementara itu, pada masa tanam II faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi petani responden adalah pengalaman, pendidikan dan rasio urea-TSP. Penelitian Tanjung 2003 menggunakan model efek inefisiensi teknis dari fungsi produksi stochastic frontier model A menunjukkan angka rata-rata tingkat efisiensi teknis petani responden sebesar 0,742 dengan nilai terendah 0,392 dan nilai tertinggi 1,014. Faktor-faktor yang nyata berpengaruh dalam menjelaskan inefisiensi teknis di dalam proses produksi petani responden pada α = 5 dan α = 10 adalah umur, pengalaman, keanggotaan kelompok tani, dan jenis benih. Pendidikan, rasio tenaga kerja sewaan terhadap tenaga kerja total, rasio luas lahan untuk tanaman kentang terhadap total luas lahan yang diusahakan petani dan keikutsertaan petani dalam kelompok tani dan status kepemilikan lahan, tidak nyata berpengaruh terhadap tingkat inefisiensi tek nis petani responden pada α = 10. Namun, variabel rasio luas lahan terhadap total luas lahan yang diusahakan dan status kepemilikan lahan pada taraf α = 15 berpengaruh nyata. Hasil penelitian Adhiana 2005 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis petani lidah buaya di lokasi penelitian adalah sebesar 0,813 dengan nilai terendah 0,324 dan nilai tertinggi 0,982. Variabel-variabel yang menjadi sumber inefisiensi teknis petani responden yang berpengaruh nyata yaitu umur α = 1, pendidikan α = 5 dan pengalaman α = 15. Sementara variabel manajemen dan pendapatan di luar usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis. Ketiga variabel yang menjadi sumber inefisiensi teknis tersebut berpengaruh negatif, sehingga apabila ketiga variabel tersebut semakin bertambah maka usahatani lidah buaya yang dilakukan akan semakin efisien secara teknis. Variabel pendidikan dan pengalaman hasilnya yang diperoleh sesuai dengan dugaan awal, sedangkan variabel umur hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan dugaan. Hal tersebut terjadi karena semakin bertambah umurnya maka pengalaman dan keterampilan juga semakin meningkat, tetapi mereka semakin lemah dalam berusaha. Petani yang lebih muda mungkin kurang berpengalaman dan memiliki keterampilan yang rendah, tetapi mereka pada umumnya lebih tertarik pada inovasi baru. 22 Berdasarkan penelitian-penelitian mengenai efisiensi teknis maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya petani masih memiliki potensi maksimum yang seharusnya dicapai. Hal tersebut terlihat dari nilai efisiensi teknis petani yang belum optimal dan masih memungkinkan ditingkatkan agar memperoleh hasil yang optimal. Belum optimalnya potensi maksimum yang dapat dicapai oleh petani, salah satunya karena adanya inefisiensi. Inefisiensi ini dipengaruhi oleh peranan stokastik. Variabel-variabel yang umumnya mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani diantaranya yaitu umur, pendidikan formal, pengalaman, dummy status lahan dan dummy penyuluhan.

2.5. Pendapatan Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Merah( Studi Kasus: Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara)

21 143 103

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var capitata L.). studi kasus di desa Argalingga kecamatan Argapura kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 18 126

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

10 79 93

Analisis Efisiensi Usahatani Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 5 122

this PDF file Analisis dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka | Sudrajat | Majalah Geografi Indonesia 1 PB

0 1 14

Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

0 1 10

PERILAKU PETANI DALAM MENGELOLA LAHAN TERASERING DI DESA SUKASARI KALER KECAMATAN ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA

0 2 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17