41 mengusahakan bawang merah. Selain itu, petani responden juga diambil dari
kelompok tani yang mayoritas masih mengusahakan bawang merah, sehingga terdapat perbedaan antara jumlah rencana dan realisasi. Tabel 6 menunjukkan
rencana dan realisasi jumlah petani sampel yang diambil dalam penelitian ini.
Tabel 6. Responden Petani Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler
No Nama Kelompok Tani
Rencana orang Realisasi orang
1 Pakuwon
9 7
2 Sukasari Utara
7 8
3 Cilayur
9 5
4 Mengger
4 7
5 Liang Julang
4 3
Jumlah 33
30
4.3. Data dan Instrumentasi
Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan, pembagian daftar
pertanyaan yang telah disiapkan dengan teknik wawancara langsung kepada petani responden. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara terstruktur.
Data primer pada penelitian mencakup penguasaan asset pertanian, pemasukan dan pengeluaran usahatani bawang merah serta informasi lainnya yang berguna
untuk menunjang penelitian ini. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh
dari sumber kedua atau literatur-literatur yang relevan. Data sekuder yang digunakan untuk mendukung data-data primer diperoleh dari instansi-instansi
terkait seperti Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K Kecamatan Argapura,
monografi Desa Sukasari Kaler. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui situs resmi Badan Pusat Statistik BPS dan Kementrian Pertanian Republik
Indonesia, buku serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian. Data sekunder
mencakup data produksi, produktivitas, luas areal tanam berbagai komoditas hortikultura serta informasi lainnya.
42
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini baik data primer maupun data sekunder adalah metode analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler. Analisis kuantitatif bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan usahatani bawang merah yang dilakukan para petani di
Desa Sukasari Kaler. Data yang dikumpulkan melalui proses verifikasi dan validasi data terlebih
dahulu. Selanjutnya data diolah menggunakan program Microsoft Excel, Minitab 14, dan Frontier 4.1. Microsoft Excel digunakan untuk proses input data dan
pendapatan usahatani. Minitab digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani dan program Frontier 4.1. digunakan untuk
mendapatkan estimasi nilai parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Program Frontier 4.1. terdiri dari tiga tahap :
1 Mengkalkulasikan nilai estimasi dari dan σ
s 2
menggunakan OLS Ordinary Least Square
semua nilai estimasi kecuali unbias.
2 Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk mengevaluasi
nilai dari yang nilainya berkisar antara 0 dan 1. 3
Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier SF
Bentuk fungsi produksi yang digunakan adalah Stochastic Frontier Cobb- Douglas. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat digunakan dalam bentuk
fungsi linear. Dugaan yang akan digunakan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam persamaan berikut :
Y = L
1
B
β
TK
γ
N
4
P
5
K
6
Pc
7
Pd
8
Pk
9
e
vi – ui
Untuk memudahkan pendugaan ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural dengan basis e log natural sebagai berikut :
Y = ln
+
1
ln L +
2
ln B +
3
ln TK +
4
ln N +
5
ln P +
6
ln K +
7
ln Pc +
8
ln Pd +
9
ln Pk + v
i
- u
i
43 Dimana :
Y = Produksi total bawang merah kg L = Luas lahan ha
B = Penggunaan bibit kg TK = Tenaga kerja HOK
N = Jumlah pupuk N kg P = Jumlah pupuk P kg
K = Jumlah pupuk K kg Pc = Pestisida cair lt
Pd = Pestisida padat kg Pk = Pupuk kandang kg
= Intersep
i
= Koefisien parameter penduga, dimana i = 1,β,γ,…1β
i
1 Diminishing return v
i
- u
i
= Error term u
i
= efek inefisiensi teknis dalam model Variabel sisa random shock v
i
merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal independent-identically distributed i.i.d
dengan rataan mathematical expectation u
i
bernilai nol dan ragamnya konstan, σ
y 2
N0, σ
v 2
, serta bebas dari u
i
. Variabel kesalahan residual solow u
i
adalah variabel yang menggambarkan efek inefisiensi di dalam produksi, diasumsikan
terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai v
i
. Variabel acak u
i
tidak boleh bernilai negatif dan distribusinya normal dengan nilai distibusi Nµ
i
, σ
u 2
Coelli dan Battese 1998.
4.4.2. Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis
Metode efek inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan
Coelli 1998. Variabel u
i
yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan Nµ
i
, σ
2
. Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis
petani bawang merah dalam penelitian ini adalah umur Z
1
, pengalaman Z
2
, pendidikan Z
3
, dummy status kepemilikan lahan Z
4
, dummy penyuluhan Z
5
, dan dummy varietas bibit Z
6
. Dengan demikian, parameter distribusi µ
i
efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini adalah :
µ
i
= δ
+ δ
1
Z
1
+ δ
2
Z
2
+ δ
3
Z
3
+ δ
4
Z
4
+ δ
5
Z
5
+ δ
6
Z
6
+ w
it
44 Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk model efek inefisiensi dalam
persamaan diatas adalah : 1
Semakin tua umur petani, diduga akan mempertinggi tingkat inefisiensi karena semakin tua petani maka kondisi fisiknya akan semakin lemah.
2 Semakin lama pengalaman petani mengusahakan usahatani bawang merah,
diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Pengalaman yang diperoleh petani dari usahatani sebelumnya akan menjadi pelajaran bagi
petani untuk pengelolaan berikutnya. 3
Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Tingginya tingkat pendidikan mengindikasikan
tingginya pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya. 4
Dengan mengikuti penyuluhan diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Penyuluhan mampu memberikan informasi yang dapat
membantu petani dalam mengelola usahataninya. 5
Status garapan dummy diduga akan mempengaruhi keseriusan petani dalam mengolah lahannya. Petani penyewa cenderung lebih baik daripada
petani non penyewa. 6
Varietas bibit yang digunakan dummy diduga berpengaruh terhadap inefisiensi teknis.
Seluruh parameter baik dalam fungsi stochastic frontier dan efek inefisiensi secara simultan dapat diperoleh melalui program Frontier 4.1.
Pengujian efek inefisiensi dilakukan dengan metode statistik. Hasil pengujian Frontier 4.1. akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter dalam
bentuk parameterisasi berikut ini : σ
s 2
= σ
v 2
+ σ
u 2
dan = σ
u 2
σ
s 2
Nilai parameter gamma berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan hipotesis nol diuraikan dalam bagian uji hipotesis atau ditentukan
oleh nilai kritis. Efisiensi teknis petani ke-i adalah nilai harapan dari -u
i
yang dinyatakan dalam rasio berikut ini :
TE
i
=
45 Dimana TE
i
adalah efisiensi teknis petani ke-i, dan y
i
adalah fungsi output deterministic tanpa error term. Nilai efisiensi teknis tersebut berbanding terbalik
dengan efek inefisiensi teknis di atas yang juga bernilai diantara nol dan satu. Nilai efisiensi teknis dalam persamaan di atas digunakan hanya untuk fungsi yang
memiliki jumlah output dan input tertentu cross section data dan tidak untuk input yang bersifat logaritmik panel data Coelli dan Battese 1998.
4.4.3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model
menggunakan nilai LR test galat satu, sedangkan untuk masing-masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-
masing parameter bebas δ
i
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas µ
i
dengan menggunakan t-hitung.
Hipotesis pertama :
H : = δ
= δ
1
= δ
2
= δ
3
= δ
4
= ………. δ
10
= 0 H
1
: = δ = δ
1
= δ
2
= δ
3
= δ
4
= ………. δ
10
Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data
empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. LR = -2 {ln[LH
LH
1
]} Dimana LH
dan LH
1
adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesis H dan H
1
. Kriteria uji :
LR galat satu sisi χ
2 restriksi
tabel Kodde dan Palm maka tolak H LR galat satu sisi χ
2 restriksi
tabel Kodde dan Palm maka terima H Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound dari nilai
kritis untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi.
Hipotesis Kedua :
H : δ
1
= 0 H
1
: δ
1
≠ 0
46 Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam
model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing- masing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh
terhadap tingkat inefisiensi dalam proses produksi. Uji statistik yang digunakan: t-hitung
= t-tabel
=
t
α, n-k-1
Kriteria uji : │t-hitung│ t-tabel t
α, n-k-1
: tolak H │t-hitung│ t-tabel t
α, n-k-1
: terima H Dimana : k
= jumlah variabel bebas n
= jumlah pengamatan responden S δ
i
= simpangan baku koefisien efek inefisiensi
4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani
Profitabilitas usahatani bawang merah dapat dikaji dengan dua indikator yaitu pendapatan usahatani dan RC rasio. Pendapatan usahatani dibedakan
menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani, sedangkan pendapatan atas
biaya total adalah semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya Soekartawi et al. 1985.
Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan
Soekartawi et al. 1985 adalah : TR
= P x Q TC
= biaya tunai + biaya diperhitungkan atas biaya tunai
= TR – biaya tunai
atas biaya total = TR
– TC Dimana :
TR : Total penerimaan usahatani Rp
TC : Total biaya usahatani Rp
P : Harga output RpKg
Q : Jumlah output Kg
: Pendapatan atau keuntungan Rp
47 Penerimaan total usahatani total farm revenue merupakan nilai produk
dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Penerimaan atau revenue dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan
penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan
harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai produksi usahatani baik yang dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan
persediaan. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang
dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Biaya atau cost juga dibagi menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai di
dalam usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kebutuhan usahatani. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung
berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya total adalah keseluruhan nilai yang
dikeluarkan bagi usahatani, baik tunai maupun tidak tunai. Analisis RC adalah salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap
rupiah yang dikeluarkan revenue cost rasio yang menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui
kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. RC rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total.
Rasio RC atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio RC atas
biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis RC rasio dan biaya usahatani
adalah sebagai berikut Soekartawi et al. 1985 : RC rasio atas biaya tunai
= TR biaya tunai RC rasio atas biaya total
= TR TC Dimana :
TR = Total penerimaan usahatani Rp
TC = Total biaya usahatani Rp
48 Secara teoritis RC menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai RC. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai RC rasio
lebih besar dari satu RC 1, makin tinggi nilai RC menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai RC lebih kecil
dari satu RC 1, usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Tabel 7 memperlihatkan contoh perhitungan pendapatan
usahatani.
Tabel 7. Perhitungan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio per Hektar per Tahun
Tanaman Tahunan
No Keterangan
Jumlah Harga per
Satuan Rp Total
Rp A
Penerimaan B
Biaya Tunai
1 Bibit
2 Pupuk Kimia
3 Pupuk Kandang
4 Obat-obatan
5 Tenaga Kerja Luar Keluarga
Total Biaya Tunai
C Biaya yang Diperhitungkan
1 Penyusutan
2 Sewa Lahan
3 Tenaga Kerja Keluarga
Total Biaya yang Diperhitungkan
D Total Biaya B+C
E Pendapatan Atas Biaya Tunai A-B
F Pendapatan Atas Biaya Total A-D
G RC Atas Biaya Tunai AB
H RC Atas Biaya Total AD
Sumber : Soekartawi 1985
Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya
modal pakai. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan
diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu :
49 Biaya Penyusutan =
Dimana : Nb
: Nilai pembelian Rp Ns
: Tafsiran nilai sisa Rp N
: Umur ekonomis tahun
4.5. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahatani yang diusahakan oleh petani bawang
merah. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini :
1 Produksi bawang merah Y adalah hasil produksi fisik berupa bawang
merah yang dihasilkan dalam satu musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram kg.
2 Luas lahan L adalah luas lahan yang digunakan untuk berusahatani bawang
merah dengan satuan pengukuran adalah hektar ha. 3
Bibit bawang merah B adalah jumlah bibit bawang merah yang digunakan petani untuk satu kali musim tanam dengan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kilogram kg. 4
Tenaga kerja TK adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam proses produksi untuk berbagai kegiatan usahatani selama satu musim
tanam. Tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Orang Kerja HOK dan mengabaikan jenis tenaga kerja yang digunakan apakah dari dalam keluarga
atau luar kelurga. 5
Pupuk N N adalah jumlah kandungan pupuk N yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam,
meliputi pupuk urea, ZA, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram kg.
6 Pupuk P P adalah jumlah kandungan pupuk P yang digunakan petani untuk
memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam, meliputi TSP, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram
kg.
50 7
Pupuk K K adalah jumlah kandungan pupuk K yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu musim tanam, meliputi
pupuk phonska, NPK dan KCL. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram kg.
8 Pestisida cair Pc adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk
pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah liter lt.
9 Pestisida padat Pd adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk
pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah dan kilogram kg.
10 Pupuk kandang Pk adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani
untuk memupuk lahan bawang merah selama satu kali musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram kg.
11 Umur petani Z
1
adalah usia petani saat musim tanam bawang merah yang diukur dalam tahun.
12 Pengalaman berusahatani Z
2
adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani bawang merah yang diukur dalam tahun.
13 Pendidikan Z
3
adalah lamanya pendidikan formal yang diperoleh petani yang diukur dalam tahun.
14 Penyuluhan Z
4
dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang mengikuti penyuluhan dan nol untuk petani yang tidak mengikuti penyuluhan.
15 Status kepemilikan lahan Z
5
dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang memiliki lahan garap sendiri, HGP, dan sakap dan nol untuk sewa.
16 Varietas bibit Z
6
dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menggunakan varietas Sumenep dan nol untuk petani yang menggunakan
varietas Balikaret. 17
Bata adalah satuan luas setara dengan 14 m
2
, 1 Ha = 700 Bata.
90
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan