7 Salah satu sentra bawang merah di Jawa Barat adalah Kabupaten
Majalengka. Daerah penghasil bawang merah di Kabupaten Majalengka tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Dawuan, Jatitujuh, Kertajati dan
Kecamatan Argapura. Kabupaten Majalengka memiliki kondisi alam yang subur dan topografi yang sesuai dengan kondisi untuk budidaya bawang merah. Akan
tetapi, dari tingkat produktivitas Kabupaten Majalengka juga mengalami penurunan.
1.2. Perumusan Masalah
Kecamatan Argapura merupakan sentra produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka. Kontribusi Kecamatan Argapura terhadap jumlah
produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka setiap tahunnya merupakan jumlah terbesar diantara kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Majalengka.
Tahun 2008, Kecamatan Argapura menyumbang sebesar 39,01 persen dari produksi total bawang merah di Kabupaten Majalengka. Meskipun dari jumlah
produksi merupakan penghasil terbesar di Kabupaten Majalengka, akan tetapi dari tingkat produktivitasnya sangat rendah dibandingkan kecamatan-kecamatan
lainnya. Perkembangan luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Kecamatan Argapura dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di
Kecamatan Argapura Tahun 2006-2010
No Kecamatan
Tanam ha Panen ha
Produktivitaskwha Produksi ton
2009 2010
2009 2010
2009 2010
2009 2010
1 Kadipaten
140 135
142 135
113,53 160,76
1.612 2.170
2 Dawuan
344 180
344 186
119,94 122,13
4.126 2.271
3 Jatitujuh
322 148
322 148
160,66 137,51
5.173 2.032
4 Argapura
1.111 1.116
822 1.045
94,88 66,73
7.799 6.973
5 Kertajati
351 278
351 273
161,94 100,26
5.684 2.737
Total Kabupaten 3.046
2.541 2.722
2.504 116,38
91,37 31.678
22.878 Tahun 2008
3.028 3.379
97,71 33.015
Tahun 2007 2.904
2.995 90,34
27.058 Tahun 2006
3.882 3.512
99,98 35.112
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kab. Majalengka 2011, diolah
8 Salah satu sentra bawang merah di Kecamatan Argapura yaitu Desa
Sukasari Kaler. Desa Sukasari Kaler memiliki potensi sumberdaya alam yang besar. Luas wilayah pertanian mencapai 204,746 hektar yang terdiri dari 53,77
hektar lahan sawah, 119,576 hektar tegalan tadah hujan dan 31,4 hektar berupa perkebunan rakyat Profil Desa Sukasari Kaler 2010. Tahun 2008 luas tanam
yang digunakan untuk usahatani bawang merah seluas 305 hektar dengan tiga kali musim tanam selama satu tahun. Luas tanam tersebut berasal dari lahan sawah
maupun tegalan tadah hujan Profil Desa Sukasari Kaler 2010. Mengkaji persoalan tentang produktivitas sebenarnya adalah mengkaji
masalah efisiensi teknis. Hal ini dikarenakan ukuran produktivitas pada hakekatnya mempengaruhi tingkat efisiensi teknis budidaya yang dilakukan oleh
petani yang menunjukkan pada seberapa besar keluaran output maksimum yang dapat dihasilkan per unit masukan input yang tersedia. Tingkat efisiensi teknis
budidaya akan terlihat dari kapabilitas manajerial dalam aspek budidaya yang tercermin dalam aplikasi teknologi usaha budidaya dan pasca panen, serta
kemampuan petani bawang merah mengakumulasikan dan mengolah informasi yang relevan dengan usaha budidayanya sehingga pengambilan keputusan yang
dilakukan tepat Sumaryanto et al. 2003. Rendahnya produktivitas yang terjadi di lokasi penelitian diduga terjadi
karena penggunaan faktor-faktor produksi yang belum efisien, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas bawang merah yang dibudidayakan.
Selain itu, teknik budidaya dan penggunaan faktor-faktor produksi antara satu petani dengan petani lainnya pun berbeda. Adanya perbedaan tersebut diduga
akan berpengaruh terhadap produksi bawang merah yang dihasilkan. Petani yang dalam teknik budidayanya mampu mengelola penggunaan faktor-faktor produksi
input untuk mencapai hasil produksi output yang maksimum, maka dapat dikatakan efisien.
Permasalahan lain yang dihadapi petani yaitu pupuk. Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usahatani bawang merah. Harga
pupuk dari tahun ke tahun senantiasa terus meningkat. Hal tersebut karena adanya kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi pupuk. Kebijakan pemerintah
untuk mengurangi subsidi pupuk mengakibatkan petani menerima harga pupuk
9 yang tinggi. Kebijakan kenaikan Harga Eceran Tertinggi HET berdasarkan SK
Menteri Pertanian No. 32PermentanSR.13042010 ini berlaku mulai 8 April 2010. Pupuk urea misalnya, dari harga Rp 1.200 per kg dinaikkan menjadi Rp
1.600 per kg, pupuk ZA dari harga Rp 1.050 dinaikkan menjadi Rp 1.400 per kg, pupuk SP dari harga Rp 1.550 dinaikkan menjadi Rp 2.000 per kg dan pupuk
NPK dari harga Rp 1.800 per kg dinaikkan menjadi Rp 2.300 per kg. Pupuk Urea, ZA, SP dan NPK merupakan pupuk yang digunakan para
petani di Desa Sukasari Kaler dalam usahatani bawang merah. Kondisi tersebut semakin menyulitkan bagi petani karena harga pupuk yang diterima petani di
lapangan lebih tinggi dari harga dasar HET yang ditetapkan pemerintah. Biaya produksi untuk usahatani semakin besar yang berakibat pada berkurangnya
pendapatan yang diterima petani dari usahataninya, apalagi kenaikan biaya tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan harga produk.
Selain itu, penggunaan varietas bibit di daerah penelitian juga diduga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani bawang merah. Terdapat dua jenis
varietas bibit yang digunakan di Desa Sukasari Kaler yaitu varietas Sumenep dan varietas Balikaret. Kedua varietas ini memiliki karakteristik yang cukup berbeda
dari sisi harga. Harga bawang merah varietas Sumenep biasanya lebih tinggi dibandingkan harga bawang merah varietas Balikaret. Selain itu, produktivitas
kedua varietas ini pun berbeda. Produktivitas yang rendah yang terjadi akibat penggunaan faktor-faktor
produksi yang belum efisien diduga dapat berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis petani, sedangkan biaya pupuk yang tinggi akibat adanya kenaikan harga
dan penggunaan varietas yang berbeda diduga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh petani. Hal tersebut mengakibatkan petani harus
berusaha untuk mengefisienkan kegiatan usahatani bawang merah yang dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah : 1
Bagaimana keragaan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupten Majalengka ?
10 2
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten
Majalengka ? 3
Bagaimana tingkat pendapatan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka ?
1.3. Tujuan Penelitian