Pola Tanam Penggunaan Input

60 VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI BAWANG MERAH Keragaan usahatani dikaji untuk menggambarkan kondisi aktual usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler sehingga pendapatan usahatani yang dianalisis sesuai dengan kenyataan. Analisis keragaan usahatani dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut meliputi : pola tanam, penggunaan input, teknik budidaya dan output yang dihasilkan pada usahatani bawang merah.

6.1. Pola Tanam

Bawang merah merupakan tanaman utama yang dibudidayakan di Desa Sukasari Kaler. Waktu yang dibutuhkan untuk proses budidaya bawang merah berkisar antara 75-90 hari, tergantung pada varietas yang dibudidayakan. Pada lahan sawah, tanaman bawang merah hanya dibudidayakan sekali dalam setahun yaitu pada musim kemarau, karena pada musim hujan akan menyebabkan tanaman bawang mudah mengalami busuk umbi akibat pengairan yang terlalu berlebih tidak bisa diatur. Pada musim kemarau merupakan kondisi yang cocok untuk budidaya bawang merah untuk tumbuh secara optimal. Pola tanam yang digunakan yaitu padi - bawang merah - bawang daunubi jalar.

6.2. Penggunaan Input

Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usahatani. Sarana produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler umumnya terdiri dari lahan, bibit, pupuk, pestisida, peralatan usahatani, tenaga kerja dan permodalan. 1 Penggunaan Lahan Lahan yang digunakan oleh petani responden di Desa Sukasari Kaler untuk usahatani bawang merah salah satunya yaitu lahan sawah. Luas lahan yang digunakan untuk usahatani bawang merah rata-rata 0,08 hektar. Petani pemilik berkewajiban untuk membayar pajak sebesar Rp 36.676,41 per hektar per musim tanam varietas Sumenep dan Rp 26.284,87 per hektar per musim tanam varietas Balikaret. Satu musim tanam bawang merah yaitu empat bulan untuk varietas Sumenep dan tiga bulan untuk bawang merah varietas Balikaret. Pajak yang 61 dibayar petani tersebut tergantung dari nilai lahan yang dimiliki. Selain dari kepemilikan pribadi, lahan yang diusahakan untuk usahatani bawang merah di lokasi penelitian diperoleh melalui sewa. Sistem sewa di Desa Sukasari Kaler diperoleh penyewa dengan membayar kepada petani pemilik lahan sebesar Rp 3.872.674,52 varietas Sumenep dan Rp 2.904.505,89 varietas Balikaret per hektar per musim tanam. Nilai sewa lahan yang digunakan oleh petani responden tergolong tinggi. Hal tersebut terkait dengan kondisi tanah dan kemudahan jangkauan terhadap sumber sarana produksi dan pemasaran, dimana kondisi tanah termasuk tanah yang subur, kemudahan jangkaun terhadap sumber sarana produksi dan pemasaran relatif lebih dekat. Selain membayar sewa, petani penyewa juga membayar pajak senilai lahan yang disewanya. 2 Penggunaan Bibit Bibit yang digunakan petani responden pada umumnya diperoleh dengan membeli dari pedagang bibit. Varietas bibit yang digunakan di Desa Sukasari Kaler yaitu varietas Balikaret dan Sumenep. Baik varietas Balikaret maupun varietas Sumenep, keduanya merupakan varietas lokal yang telah lama dikembangkan di lokasi penelitian. Bawang merah varietas Sumenep berasal dari daerah Madura, sedangkan varietas Balikaret berasal dari daerah Jawa Timur. Varietas Balikaret dan varietas Sumenep masing-masing memiliki keunggulan. Keunggulan varietas Balikaret yaitu umur genjah, cocok ditanam di dataran tinggi, tahan terhadap musim hujan, dan memiliki penampilan yang menarik. Adapun keunggulan varietas Sumenep yaitu memiliki harga jual yang tinggi mahal dibandingkan varietas Balikaret, cocok untuk dijadikan bawang goreng, dan merupakan komoditas ekspor. Di daerah penelitian, bawang merah varietas Sumenep telah diekspor ke luar negeri dengan negara tujuan Taiwan. Rata-rata penggunaan bibit dari varietas Balikaret lebih banyak daripada bibit varietas Sumenep. Rata-rata penggunaan bibit varietas Balikaret yang digunakan petani responden per hektar per musim tanam adalah 3.359,46 kg, sedangkan penggunaan bibit varietas Sumenep hanya 1.242,25 kg per hektar per musim tanam. Hal tersebut karena varietas Balikaret memiliki ukuran dan bobot 62 yang lebih besar dibandingkan varietas Sumenep, sehingga kebutuhan bibit varietas Balikaret lebih banyak dibandingkan varietas Sumenep. 3 Penggunaan Pupuk Mayoritas pupuk yang digunakan oleh petani di Desa Sukasari Kaler adalah pupuk urea, ZA, TSP, Phonska dan KCl. Selain itu, mereka juga menggunakan pupuk kandang. Rata-rata penggunaan pupuk per hektar per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 19. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani diperoleh dari toko-toko atau kios pertanian yang terdapat di sekitar tempat tinggal petani. Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Pupuk di Desa Sukasari Kaler per Hektar per Musim Tanam pada Tahun 2010 No. Jenis Pupuk Varietas Sumenep Kg Varietas Balikaret Kg 1. Urea 390,00 488,76 2. ZA 251,67 337,06 3. TSP 174,31 254,27 4. Phonska 215,08 277,32 5. KCl 61,70 95,84 6. Pupuk Kandang 7054,01 7776,66 4 Penggunaan Pestisida Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani di Desa Sukasari Kaler adalah dengan menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia di Desa Sukasari Kaler memiliki intensitas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa Desa Sukasari Kaler sering menjadi sasaran penyuluhan dari perusahaan-perusahaan pestisida untuk mempromosikan produknya. Pestisida yang digunakan petani responden berbentuk cair dan padat. Akan tetapi, dalam proses penggunaannya pestisida padat dicairkan terlebih dahulu. Penggunaan pestisida kimia tersebut diberikan kepada tanaman bawang merah dengan mengkombinasikan beberapa jenis pestisida. Rata-rata penggunaan pestisida kimia yang dilakukan oleh petani responden per hektar per musim tanam adalah 25,31 liter pestisida berbentuk cair dan 16,70 kilogram pestisida berbentuk padat pada usahatani bawang merah varietas Sumenep, sedangkan pada usahatani 63 bawang merah varietas Balikaret penggunaan pestisida cair yaitu 37,91 liter pestisida berbentuk cair dan 20,43 kiligram pestisida berbentuk padat. 5 Penggunaan Peralatan Peralatan yang digunakan dalam proses usahatani bawang merah di daerah penelitian yaitu cangkul, garpu, kored, pisau, tangki obat, terpal, parang, ember dan dingkul. Cangkul dan garpu digunakan untuk pengolahan lahan. Kored digunakan untuk pembuatan lubang tanam. Untuk memotong bagian ujung bawang merah digunakan pisau. Dingkul digunakan untuk tempat menyimpan pupuk. Pemberian pestisida menggunakan tangki obat sprayer. Alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan yaitu parang untuk membersihkan bagian samping bedengan dari gulma-gulma dan ember untuk menyiram. Terpal digunakan untuk kegiatan pasca panen yaitu penjemuran. Perhitungan nilai penyusutan peralatan menggunakan metode garis lurus antara nilai beli dan umur teknis peralatan. Nilai penyusutan rata-rata alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden sebesar Rp 67.781,22 untuk usahatani bawang merah varietas Sumenep dan Rp 70.821,33 untuk usahatani bawang merah varietas Balikaret Lampiran 3. 6 Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja menjadi suatu hal yang sangat penting karena tenaga kerja inilah yang melakukan keseluruhan kegiatan usahatani. Penggunaan tenaga kerja dalam analisis usahatani di Desa Sukasari Kaler menggunakan satuan tenaga kerja hari kerja pria HKP dan hari kerja wanita HKW dalam hal upah. Upah yang diterima oleh tenaga kerja dalam satu hari jam 06.30-13.00 dimana setengah jam diasumsikan digunakan sebagai waktu istirahat, sehingga satu HOK di lahan sawah setara dengan enam jam adalah Rp 30.500,00 per HKP dan Rp 18.032,20 per HKW. Sistem upah tenaga kerja di Desa Sukasari Kaler terdapat dua bagian, yaitu upah harian dan upah borongan. Sistem upah harian menggunakan prinsip perhitungan HKP dan HKW. Sementara itu, sistem upah borongan digunakan hanya pada kegiatan pengolahan lahan dengan borongan tenaga kerja. Jumlah penggunaan tenaga kerja dalam proses budidaya bawang merah di Desa Sukasari Kaler dapat dilihat pada Tabel 20. 64 Tabel 20. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Sukasari per Hektar per Musim Tanam pada Tahun 2010 No Proses Budidaya Varietas Sumenep Varietas Balikaret TKDK TKLK TKDK TKLK HKP HKW HKP HKW HKP HKW HKP HKW 1. Persiapan bibit 5,41 13,07 1,88 7,61 6,28 18,30 0,00 11,00 2. Pengolahan lahan 32,97 0,00 217,11 0,00 15,06 0,00 255,34 0,00 3. Penanaman 12,23 52,79 23,61 158,03 14,70 18,43 1,00 100,83 4. Penyulaman 0,36 0,00 20,49 18,67 0,68 0,00 24,10 23,55 5. Pengendalian HPT 54,12 0,00 0,00 0,00 34,26 0,00 0,00 0,00 6. Penyiangan 20,70 28,02 1,80 38,71 11,04 22,28 0,00 67,63 7. Pemupukan 29,36 10,67 0,00 0,00 23,70 16,23 5,19 0,00 8. Penyiraman 140,40 2,71 0,00 0,00 116,62 7,49 0,00 0,00 9. Pemanenan 20,49 18,67 19,77 65,02 24,01 23,55 30,43 82,66 10. Kegiatan pasca panen meres 0,00 0,00 0,00 108,02 0,00 0,00 0,00 204,82 11. Pengangkutan 0,00 0,00 23,04 0,00 0,00 0,00 9,42 0,00 Total 316,05 125,93 307,70 396,07 246,36 106,28 325,40 490,49 7 Permodalan Modal yang digunakan petani responden seluruhnya berasal dari modal pribadi. Petani tidak berani untuk meminjam modal kepada pihak lain dikarenakan risiko dari usahatani bawang merah tinggi. Kalau pun terpaksa harus meminjam, maka petani hanya berani meminjam kepada kerabat. Petani responden tidak berani meminjam kepada pihak lain seperti bank, tengkulak atau kelompok tani, karena menurut mereka membuat hati merasa tidak tenang. Pada umumnya, ketika petani responden mengalami kekurangan modal maka mereka lebih memilih untuk mengurangi penggunaan input produksi untuk tanaman bawang merahnya dari penggunaan biasanya daripada harus meminjam modal kepada pihak lain.

6.3. Teknik Budidaya

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Merah( Studi Kasus: Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara)

21 143 103

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var capitata L.). studi kasus di desa Argalingga kecamatan Argapura kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 18 126

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

10 79 93

Analisis Efisiensi Usahatani Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 5 122

this PDF file Analisis dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka | Sudrajat | Majalah Geografi Indonesia 1 PB

0 1 14

Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

0 1 10

PERILAKU PETANI DALAM MENGELOLA LAHAN TERASERING DI DESA SUKASARI KALER KECAMATAN ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA

0 2 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17