Penerimaan Usahatani Bawang Merah

82 VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah

Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan bawang merahnya. Penerimaan non tunai merupakan penerimaan yang diperoleh petani tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk seperti konsumsi atau stock bibit. Penelitian ini membedakan masing-masing pendapatan usahatani bawang merah berdasarkan varietas yang digunakan yaitu varietas Sumenep 19 petani dan varietas Balikaret 11 petani. Penerimaan usahatani bawang merah dapat dihitung dari hasil perkalian antara jumlah hasil produksi bawang merah dengan harga. Penerimaan tunai yang diperoleh petani berasal dari penjualan bawang merah, sedangkan penerimaan non tunai yang diterima petani berasal dari konsumsi, cadangan bibit dan catu bawang merah yang diberikan untuk upah panen. Penerimaan total dari usahatani bawang merah varietas Sumenep per hektar per musim tanam adalah Rp 138.007.131,77 dengan rata-rata produksi 12.885,19 kg per hektar dan harga rata-rata Rp 10.710,53. Penerimaan dari usahatani bawang merah varietas Balikaret adalah Rp 151.650.269,19 per hektar per musim tanam dengan rata-rata produksi 24.604,03 kg per hektar dan harga rata-rata Rp 6.163,64. Dapat terlihat bahwa tingginya penerimaan petani responden yang menggunakan varietas Sumenep adalah karena tingginya harga, sedangkan penerimaan petani responden yang menggunakan varietas Balikaret adalah karena tingginya jumlah produksi. Penerimaan tunai yang diperoleh petani responden yang menggunakan varietas Sumenep yaitu Rp 133.662.357,65 dan penerimaan petani responden yang menggunakan varietas Balikaret yaitu Rp 147.397.729,54. Penerimaan non tunai petani yang menggunakan varietas Sumenep dan varietas Balikaret yang berasal dari konsumsi yaitu Rp 609.904,97 dan Rp 420.247,93. Penerimaan non tunai dari cadangan bibit berturut-turut yaitu Rp 782.933,21 dan Rp 2.116.120,24. Penerimaan non tunai dari catu pembayaran panen yaitu Rp 2.951.935,58 dan 83 Rp 1.716.171,46. Penerimaan usahatani bawang merah dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 25. Tabel 25. Penerimaan Usahatani Bawang Merah per Hektar per Musim Tanam di Desa Sukasari Kaler Tahun 2010 Keterangan Varietas Sumenep Balikaret Nilai Rp Nilai Rp Penerimaan Tunai Bawang merah 133.662.357,65 147.397.729,54 Penerimaan Non Tunai Konsumsi 609.904,97 420.247,93 Cadangan bibit 782.933,21 2.116.120,24 Catu pembayaran panen 2.951.935,58 1.716.171,46 Total Penerimaan 138.007.131,41 151.650.269,19 8.2. Biaya Usahatani Bawang Merah Biaya usahatani bawang merah terdiri dari dua bagian yaitu, biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani meliputi biaya bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, obat-obatan, biaya tenaga kerja luar keluarga dan pajak lahan. Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani yaitu tenaga kerja dalam keluarga, pembayaran panen dengan hasil panen catu, biaya sewa lahan milik, biaya irigasi dan penyusutan. Biaya usahatani bawang merah dapat dilihat pada Tabel 26 . 84 Tabel 26. Biaya Usahatani Bawang Merah per Hektar per Musim Tanam di Desa Sukasari Kaler Tahun 2010 Keterangan Varietas Sumenep Balikaret Nilai Rp Atas Biaya Nilai Rp Atas Biaya Biaya Tunai Bibit 20.529.888,27 36,36 38.481.055,31 51,47 Pupuk Kandang 2.772.102,19 4,91 2.969.268,50 3,97 Pupuk Urea 650.684,21 1,15 893.099,69 1,19 Pupuk ZA 358.962,10 0,64 413.668,15 0,55 Pupuk TSP 378.896,58 0,67 386.020,64 0,52 Pupuk Phonska 430.158,73 0,76 390.772,86 0,52 Pupuk KCl 108.779,62 0,19 230.897,28 0,31 Pestisida cair 2.205.074,07 3,90 3.916.633,69 5,24 Pestisida padat 751.674,54 1,33 1.040.115,76 1,39 TKLK laki-laki 7.081.893,92 12,88 7.364.281,59 9,85 TKLK wanita 5.257.951,79 9,31 6.844.251,95 9,16 Pajak lahan 36.676,41 0,06 26.284,87 0,04 Total Biaya Tunai 40.562.742,43 71,83 62.956.350,29 84,21 Biaya Diperhitungkan TKDK laki-laki 7.274.082,47 12,88 5.575.449,18 7,46 TKDK wanita 1.671.736,99 2,96 1.483.002,64 1,98 Pembayaran panen catu 2.951.935,58 5,23 1.716.171,46 2,30 Sewa lahan 3.872.674,52 6,86 2.904.505,89 3,89 Irigasi 68.571,43 0,12 51.428,57 0,09 Penyusutan 67.781,22 0,12 70.821,33 0,07 Total Biaya Diperhitungkan 15.906.782,22 28,17 11.801.379,07 15,79 Total Biaya 56.469.524,65 100,00 74.757.729,37 100,00 Berdasarkan Tabel 26, nilai biaya terbesar usahatani bawang merah varietas Sumenep maupun varietas Balikaret yaitu biaya tunai. Biaya tunai mencapai 71,83 persen varietas Sumenep dan 84,21 persen varietas Balikaret dari biaya total. Komponen terbesar dari biaya tunai yaitu kebutuhan bibit. Bibit menjadi komponen biaya tunai karena petani responden memperoleh bibit untuk 85 kegiatan usahatani dengan cara membeli. Nilai biaya tunai dari bibit pada usahatani varietas Sumenep sebesar Rp 20.529.888,27 atau 36,36 persen dari biaya total dan Rp 38.481.055,31 atau 51,47 persen dari biaya total pada usahatani varietas Balikaret. Biaya terbesar kedua baik pada usahatani bawang merah varietas Sumenep maupun varietas Balikaret adalah TKLK laki-laki. Biaya TKLK laki-laki adalah Rp 7.081.893,92 atau 12,88 persen untuk varietas Sumenep dan Rp 7.364.281,59 atau 9,85 persen untuk varietas Balikaret dari biaya total. Biaya tenaga kerja luar keluarga laki-laki yang besar dikarenakan mulai dari pengolahan sampai panen tenaga kerja laki-laki selalu terlibat dan kegiatan yang dikerjakan pun relatif lebih berat, sehingga memerlukan tenaga kerja lebih banyak. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga laki-laki menjadi pilihan alternatif untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja laki-laki karena apabila mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga saja maka akan memerlukan waktu yang lebih lama. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden 3-4 orang dan 1-2 diantaranya masih anak-anak, sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Biaya TKLK wanita juga merupakan komponen biaya tunai yang cukup besar. Komponen biaya TKLK wanita ini menempati posisi ketiga pada struktur biaya tunai. Biaya TKLK wanita pada usahatani varietas Sumenep dan varietas Balikaret, berturut-turut yaitu Rp 5.257.951,79 9,31 persen dan Rp 6.844.251,95 9,16 persen. Sama halnya seperti penggunaan TKLK laki-laki, penggunaan TKLK wanita pun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk membantu mengerjakan kegiatan usahatani yang dijalankan petani responden. Penggunaan pupuk kandang di daerah penelitian cukup tinggi sehingga biaya tunai yang dikeluarkan cukup besar. Penggunaan pupuk kandang tersebut bertujuan agar tanah menjadi lebih subur. Pupuk kandang dicampurkan dengan tanah bersamaan pengolahan lahan pada tahap penggemburan. Biaya tunai yang dikeluarkan untuk pupuk kandang pada usahatani varietas Sumenep yaitu Rp 2.772.102,19 4,91 persen, sedangkan pada usahatani varietas Balikaret yaitu Rp 2.969.268,50 3,97 persen. Komponen biaya pemupukan pada usahatani bawang merah baik varietas Sumenep maupun varietas Balikaret yaitu pupuk urea, ZA, TSP, phonska dan 86 KCl. Biaya pemupukan terbesar adalah biaya pupuk urea. Biaya pemupukan secara berturut-turut pada usahatani varietas Sumenep yaitu urea sebesar Rp 650.684,21 1,15 persen, ZA sebesar Rp 358.962,10 0,64 persen, TSP Rp 378.896,58 0,67 persen, phonska Rp 430.158,73 0,76 persen dan KCl Rp 108.779,62 0,19 persen. Penggunaan pupuk pada usahatani varietas Balikaret yaitu urea sebesar Rp 893.099,69 1,19 persen, ZA sebesar Rp 413.668,15 0,55 persen, TSP sebesar Rp 386.020,64 0,52 persen, phonska Rp 390.772,86 0,52 persen dan KCl Rp 230.897,28 0,31 persen. Komponen biaya tunai lainnya yaitu biaya pestisida cair dan pestisida padat. Penggunaan pestisida di lokasi penelitian cukup tinggi sehingga biaya tunai yang dikeluarkan untuk pestisida pun tinggi. Penggunaan pestisida yang cukup tinggi dikarenakan kekhawatiran petani terhadap kegagalan panen. Selain itu, ketika melihat tanamannya mengalami pertumbuhan yang bagus, maka petani pun tidak segan-segan untuk menambah dosis penggunaanya dengan harapan agar mendapat hasil yang optimal. Penggunaan pestisida cair dan pestisida padat pada usahatani varietas Sumenep yaitu Rp 2.205.074,07 3,90 persen dan Rp 751.674,54 1,33 persen, sedangkan pada usahatani varietas Balikaret yaitu Rp 3.916.633,69 5,24 persen dan Rp 1.040.115,76 1,39 persen. Besarnya biaya tunai untuk pestisida, selain karena penggunaan dosis yang berlebihan tetapi juga karena harga pestisida yang relatif mahal. Harga rata-rata pestisida cair sebesar Rp 87.125,00-Rp 300.602,94 per liter. Komponen terakhir yang termasuk ke dalam biaya tunai adalah pajak. Pajak lahan per musim tanam untuk lahan milik adalah Rp 36.676,41 0,06 persen pada usahatani varietas Sumenep dan Rp 26.284,87 0,04 persen pada usahatani varietas Balikaret. Pada komponen biaya diperhitungkan, biaya terbesar pada usahatani bawang merah adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga TKDK laki-laki. Biaya diperhitungkan TKDK laki-laki usahatani varietas Sumenep dan varietas Balikaret berturut-turut yaitu Rp 7.274.082,47 12,88 persen dan Rp 5.575.449,18 7,46 persen. Tingginya biaya diperhitungkan TKDK laki-laki karena hampir setiap kegiatan yang bersifat pemeliharaan dilakukan oleh TKDK laki-laki. 87 Biaya diperhitungkan selanjutnya yaitu tenaga kerja dalam keluarga TKDK wanita. Biaya diperhitungkan untuk TKDK wanita yaitu Rp 1.671.736,99 2,96 persen untuk usahatani varietas Sumenep dan Rp 1.483.002,64 1,98 persen untuk usahatani varietas Balikaret. Baik TKDK laki- laki maupun TKDK wanita, biasanya digunakan untuk jenis pekerjaan yang bersifat pemeliharaan, seperti pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit. Petani responden di lokasi penelitian pada umumnya biasa memberikan hasil panennya sebagai pembayaran saat panen yang dikenal dengan istilah catu, selain memberikan uang tunai. Hal tersebut menjadikan biaya pembayaran panen catu sebagai salah satu komponen biaya diperhitungkan pada kegiatan usahatani bawang merah yang dilakukan petani responden. Jumlah biaya diperhitungkan yang dikeluarkan yaitu Rp 2.951.935,58 5,23 persen pada usahatani varietas Sumenep dan Rp 1.716.171,46 2,30 persen pada usahatani varietas Balikaret. Biaya pembayaran panen pada usahatani varietas Sumenep lebih besar karena, harga jualnya lebih tinggi dibandingkan varietas Balikaret, sedangkan dalam jumlah yang diberikan hampir sama yaitu sekitar 2-3 kg per orang. Biaya sewa lahan di daerah penelitian termasuk biaya diperhitungkan karena pada umumnya petani responden memiliki lahan sendiri meskipun dalam luasan yang kecil. Biaya sewa yaitu Rp 3.872.674,52 6,86 persen untuk usahatani varietas Sumenep per hektar per musim tanam empat bulan dan Rp 2.904.505,89 3,89 persen per hektar per musim tanam tiga bulan untuk usahatani varietas Balikaret. Biaya sewa di lokasi penelitian tergolong tinggi. Hal tersebut terkait akses terhadap sumber sarana produksi yang dekat dan kondisi tanah subur, sehingga nilai lahan menjadi tinggi. Biaya diperhitungkan lainnya yaitu biaya irigasi. Petani responden sebenarnya tidak mengeluarkan biaya untuk membeli air karena ketersediaan mencukupi dan dikelola secara gotong royong oleh masyarakat. Biaya irigasi untuk satu musim tanam usahatani varietas Sumenep adalah Rp 68.571,43 0,12 persen dan Rp 51.428,57 0,07 persen untuk usahatani varietas Balikaret atas biaya total. 88 Komponen biaya diperhitungkan yang terakhir yaitu biaya penyusutan. Biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani varietas Sumenep yaitu Rp 67.781,22 0,12 persen dan petani yang mengusahakan varietas Balikaret mengeluarkan biaya penyusutan sebesar Rp 70.821,33 0,07 persen.

8.3. Pendapatan Usahatani Bawang Merah

Dokumen yang terkait

Analisis Usahatani Bawang Merah( Studi Kasus: Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara)

21 143 103

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis pendapatan usahatani dan efisiensi pemasaran kubis (Brassica oleracea L. var capitata L.). studi kasus di desa Argalingga kecamatan Argapura kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 18 126

Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 4 208

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Bayam Jepang (Horenso) Kelompok Tani Agro Segar Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat

10 79 93

Analisis Efisiensi Usahatani Komoditas Bawang Merah Di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat

0 5 122

this PDF file Analisis dalam Memanfaatkan Lahan Pertanian di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Majalengka | Sudrajat | Majalah Geografi Indonesia 1 PB

0 1 14

Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

0 1 10

PERILAKU PETANI DALAM MENGELOLA LAHAN TERASERING DI DESA SUKASARI KALER KECAMATAN ARGAPURA KABUPATEN MAJALENGKA

0 2 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURNAL

0 0 17