Kejelasan Clarity Hasil Observasi Siswa

2.5 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika memberi salam saat

bertemu dengan IbuBapak Tanpa disadari sikap terbentuk saat individu berinteraksi dengan orang lain atau hanya dengan mengobservasi dari tingkah laku mereka. Pembelajaran tersebut terjadi melalui proses pembelajaran sosial. “Pembelajaran sosial adalah proses di mana kita mengadopsi informasi baru, bentuk tingkah laku, atau sikap dari orang lain. ” 14 Sikap siswa di homeschooling secara keseluruhan hampir sama, mereka ketika bertemu dengan tutor atau orang di lingkungan homeschooling biasa memberikan sapaan, karena di homeschooling tertanam sifat kekeluargaan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, sampai sesama guru juga demikian. Hal ini tentunya tidak seperti di sekolah formal pada umumnya hubungan antara guru dengan siswa terjalin seperti ada tembok batasan yang menghalangi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu M.F yang lebih di akrab dengan panggilan Kak M selaku wali kelas dari kelas IX dan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut kutipan hasil wawancara: “Kalau anak-anak di sini sebenarnya kalau memang bertemu dengan kita itu lebih banyak say hi seperti biasa. Kalau misalkan guru-guru lain, guru-guru sekolah formal dengan anak muridnya mungkin agak malu-malu atau misalkan gimana. Kalau di kita sih kebanyakan “Halo Kak” yang seperti itu. Kadang juga ada yang salaman, tergantung anaknya. ” 15

2.6 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika di kelas saat proses

pembelajaran berlangsung Secara keseluruhan sikap siswa di Homeschooling Kak Seto hampir sama, mereka memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Hanya beberapa anak saja yang tidak demikian, tergantung dari karakteristik anak masing-masing dan kondisi kelas 14 Robert A. Baron and Donn Byrne, Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 1, Terj. dari Social Psychology Tenth Edition oleh Ratna Djuwita, dkk., Jakarta: Erlangga, 2004, Cet. I, h. 123. 15 Wawancara inti dengan MF Wali kelas dari kelas IX dan tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, tanggal 09 Januari 2015, pukul 14:27 WIB. pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara Ibu MF wali kelas dari kelas IX dan juga sebagai tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, berikut adalah kutipan dari hasil wawancara: “…cuma kalau anak-anak itu di sini agak terbatas dari segi penuturan bahasanya. Maksudnya ketika kita berbicara di depan untuk presentasi, kita kan membutuhkan public speaking ya. Nah dia tuh ngerti nih apa masalahnya dia ngerti, bagaimana cara menyelesaikannya tapi cara ngomongnya itu gimana, nah itu sih kebanyakan. Sama aja ketika harus nulis gitu ya, nah itu rata-rata point-nya dapet, tapi ketika di suruh memaparkan itu argumen-argumennya yang kurang. ” 16 Hal tersebut tidak hanya terjadi di kelas IX saja, kelas VII dan VIII pun demikian. Seperti yang dikatakan oleh Bapak FZ selaku wali kelas dari kelas VII dan juga sebagai guru mata pelajaran Fisika, sebagai berikut: “...di kelas itu yang pertama di sini kan karakteristik anak beda- beda nih Kak. Ada yang aktif, ada yang pendiem, ada yang hyperactive, ada yang pasif. Sikapnya di kelas, nah kalau A ini karakteristiknya dia itu gampang banget terganggu. Dengan apa, kadang dengan pemikirannya dia yang di bawa dari rumah gitu kan. Terus dengan keadaan di sekolah yang temen-temennya perintah ini terus dia nyambungnya ke pembicaraan itu, gitu kan. Banyak faktor, apalagi dengan sikap dia yang banyak berbicara justru sangat mudah terpancing dan lebih cenderung kurang fokus. Jadi ketika dia fokus, dia akan tenang. ” 17 Begitu pula dengan kelas VIII, seperti yang disampaikan dalam wawancara dengan Bapak AR sebagai wali kelas dan juga tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai berikut: “Diem, diem. Dia jarang bicara, lebih memperhatikan. Nah, cuma kalau menurut dia, dia belum ngerti ya dia mau nanya kalau memang dia belum ngerti. ” 18 16 Wawancara inti dengan MF, op. cit. 17 Wawancara inti dengan partisipan FZ Wali kelas dari kelas VII dan tutor mata pelajaran Fisika, tanggal 16 Januari 2015, pukul 12:05 WIB. 18 Wawancara inti dengan AR Wali kelas dari kelas VIII dan tutor mata pelajaran Bahasa Indonesia, tanggal 07 Januari 2015, pukul 15:14 WIB. Dari hasil wawancara dengan para wali kelas terlihat bahwa walaupun beragam karatkteristik siswa, sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung di kelas bagus, tidak mengganggu proses pembelajaran.

2.7 Pendapat guru tentang sikap siswa ketika berinteraksi dengan

teman di kelas Guru berpendapat bahwa sikap siswa ketika berinteraksi dengan teman di kelas sangat bagus. Mereka sopan, kooperatif, saling bercanda dan menolong satu sama lain. Hal ini diakui oleh para wali kelas pada saat di wawancarai sebagai berikut: “...yang pertama tetap dengan sikapnya dia banyak ngomong, tapi secara keseluruhan dia bisa menyelesaikan, karena daya tangkapnya juga cepat, jadi anak ini, dia akan banyak ngomong tapi perkerjaannya juga selesai gitu Kak. Kalau dia udah merasa tidak ada yang di kerjain, ya udah dia ngobrol dengan temannya, bercanda sama temannya. ” 19 Dari wawancara dengan Bapak F diatas terlihat bahwa interaksi siswa homeschooling Kak Seto dengan teman ketika di kelas sangat bagus. Demikian pula dengan siswa kelas VIII, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Bapak AR, yaitu: “…kooperatif tuh Kak, tergantung kalau lagi temennya ada kesulitan dia bantuin. Jadi dia tuh gini, kalau orangnya asik dia orangnya juga asik juga. Pokoknya orangnya asik aja deh. Baik kelompok atau individu dia orangnya tuh asik. ” 20 Menurut Ibu MF juga demikian, bahwa interaksi siswa dengan temannya tidak ada masalah. Siswa berperilaku sopan kepada siapapun. Hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara, yaitu: “…interaksi dengan temannya itu hampir tidak ada masalah, cara bicaranya sopan, dengan temannya sopan, dengan tutor sopan, dengan siapapun dia sopan. Ini karakter yang memang dia bagus deh kayanya…” 21 19 Wawancara inti dengan partisipan FZ, op. cit. 20 Wawancara inti dengan AR, op. cit. 21 Wawancara inti dengan MF, op. cit.