Manfaat Hasil Penelitian PENDAHULUAN

yang berjudul How Children Fail untuk mengkritik sekolah-sekolah pada waktu itu. Buku tersebut sebagai dasar teori dalam upayanya mengembangkan gagasannya sebagai guru yang mencermati kegagalan akademik dari pendidikan dasar di sekolah akibat tekanan kepada anak oleh orangtuaguru. 5 Tiga tahun setelahnya, Holt menulis kembali buku dengan judul How Children Learn, di mana ia menunjukkan bagaimana proses belajar anak. Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas dari masyarakat, tahun 1976, Holt kemudian menerbitkan karyanya yang lain yakni “Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better. Buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Grow Without Schooling .” 6 Kemudian homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Sedangkan pengertian homeschooling atau sekolah rumah di Indonesia sudah ada sejak tahun 1990-an. Walaupun begitu, istilah homeschooling atau sekolah rumah masih dianggap sebagai istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Sejak tanggal 4 Mei 2006, di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya ASAH PENA Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif oleh beberapa tokoh dan praktisi pendidikan di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pelindungannya adalah Dr. Ace Suryadi Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dengan para penasihat, antara lain Prof. Dr. Mansyur Ramli Kepala Balitbang Depdiknas dan Dr. Ella Yuliawati Direktur Kesetaraan Depdiknas. Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya ASAH PENA tentu memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa merupakan salah satu alternatif pendidikan pada masa depan.” 7 5 Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak...?, Jogjakarta: Divapress, 2010, h. 68. 6 Mahariah, Homeschooling dalam Sistem Pendidikan Nasional dan Islam, Jurnal Al-Irsyad, Vol. IV, 2014, h. 7. 7 Maulia D. Kembara, Panduan Lengkap Homeschooling, Bandung: Progressio, 2007, h. 43. Menurut Seto Mulyadi, mantan Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Komnas PA yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Konsultatif Komisi Nasional Perlindungan Anak, “kemunculan homeschooling sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan keberhasilannya sebagai sebuah kompetisi proses menimba ilmu melalui sistem nonformal.” 8 Kehadiran homeschooling dilatarbelakangi sebagai upaya mengantisipasi keberadaan pendidikan formal yang tidak merata di tiap-tiap daerah. Informasi seputar homeschooling saat ini belum sepenuhnya dapat dipahami oleh masyarakat, tetapi keberadaan dan legalitas homeschooling sebagai bagian integral dalam sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia telah diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27: 1 Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. 2 Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. 3 Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagai-mana dimaksud pada ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 9 Pada homeschooling, orangtua memilih sendiri metode dan materi ajar apa saja yang diperlukan untuk anak-anaknya. Tidak masalah apabila orangtua tidak menggunakan tenaga ahli untuk membantu memberikan pendidikan kepada anaknya. Tetapi jika orangtua merasa perlu adanya bantuan dari tenaga ahli, misal menghadirkan seorang guru di rumah, maka orangtua dapat memanggil guru kerumah untuk memberikan materi pembelajaran kepada si anak. Siswa homeschooling biasanya dihadapkan oleh pilihan harus mengikuti ujian penyetaraan pendidikan atau tidak. Pendidikan kesetaraan adalah hak dan bersifat pilihan. Jika siswa homeschooling menginginkannya, mereka dapat menempuhnya. Jika tidak, orangtua tetap dapat memilih dan 8 Indosiar, Homeschooling: Sekolah Rumah atau Rumah Sekolah, 2015, h. 1, www.indosiar.com. Artikel ini diakses pada tanggal 04 Maret 2015, pukul 14.03 WIB. 9 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 27 ayat 1, 2, dan 3, h. 9. memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Penyetaraan pendidikan ini digunakan untuk dapat dihargai dan setara dengan hasil pendidikan formal, tentu setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Penyetaraan dalam praktek homeschooling yaitu penyetaraan ujian, penilaian, penyelenggaraan dan tujuan pendidikan. Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A yang setara dengan lulusan SD, Paket B serta SMP dan Paket C setara dengan SMA. Jika kita bandingkan sejarah homeschooling di Amerika Serikat dan di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan secara spesifik. Pemicu utama terselenggaranya homeschooling di kedua negara ini karena faktor kekecewaan orangtua terhadap kondisi pendidikan di sekolah pada umumnya.

3. Jenis-jenis Homeschooling

Beberapa orang beranggapan bahwa homeschooling hanya dilakukan di rumah serta diajarkan oleh orangtua sendiri. Walaupun orangtua menjadi penanggung jawab utama atas pendidikan anaknya, akan tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan harus dilakukan oleh orangtua sendiri. Orangtua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan pada kursus atau para homeschooler dapat membentuk kelompok-kelompok belajar untuk bersosialisasi dengan homeschooler yang lain. Sesuai dengan namanya yaitu homeschooling yang berarti belajar berpusat di rumah, tapi prosesnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah saja melainkan para orangtua dapat menggunakan sarana apa saja dan dimana saja untuk pendidikan homeschooling anaknya. Saat ini, setidaknya ada tiga jenis homeschooling yang dibagi berdasarkan kegiatan homeschooling-nya. Hal ini dijelaskan oleh Maulia D. Kembara yaitu homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan komunitas homeschooling. 10 Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga saja yang dilibatkan dalam proses 10 Maulia D. Kembara, op. cit., h. 30-32.