Berbeda  dengan  partisipan  H  dan  T,  satu  partisipan  memilih bersekolah  di  homeschooling  karena  dia  tidak  menyukai  adanya  geng-
gengan di sekolah dan dia juga ingin lebih serius menekuni seni musik. Hal  ini  seperti  yang  disampaikan  partisipan  pada  saat  diwawancarai,
yaitu: “Ada masalah. Terus yang kayak ada geng-gengan gitu loh. Aku
kan  engga  suka  ya  yang  kaya  geng-gengan  gitu,  maksudnya kayak  lo  kalau  mau  berteman  sama  gue  ya  berteman  aja  engga
usah  pilih-pilih  gitu  jadi  kayak  selalu  ngeledek  satu  sama  lain gitu sambil memasang wajah tidak suka. Akhirnya aku pindah
dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih serius ke musik
.”
25
Satu  partisipan  pindah  ke  homeschooling  karena  sewaktu partisipan  sekolah  di  sekolah  formal,  dia  tidak  taat  dengan  peraturan
sekolah  sehingga  mendapatkan  dua  kali  surat  pemberitahuan  SP  dan terancam di drop out DO dari sekolah. Kemudian ada satu partisipan
memilih  homeschooling  karena  mempunyai  masalah  dengan  wali kelasnya.
Namun ada satu partisipan lain, pindah ke homeschooling bukan karena  mempunyai  masalah  dengan  teman  atau  guru  di  sekolah,  tetapi
alasan  partisipan  pindah  sekolah  karena  mengikuti  orangtua  yang dipindahkan tempat kerjanya.
3.9 Pendapat siswa tentang perbedaan yang di alami ketika bersekolah
di sekolah formal dengan di homeschooling
Keenam  partisipan  memberi  jawaban  yang  sama  mengenai perbedaan  antara  bersekolah  di  sekolah  formal  dengan  di
homeschooling, mereka menjawab bahwa bersekolah di homeschooling menyenangkan,  lebih  santai  dan  tidak  membuat  mereka  stres  dalam
menuntut  ilmu  dikarenakan  mata  pelajaran  yang  diajarkan  tidak sebanyak di sekolah formal. Siswa homeschooling hanya  belajar enam
mata  pelajaran,  di  mana  keenam  mata  pelajaran  tersebut  merupakan
25
Wawancara inti dengan partisipan A, tanggal 15 Januari 2015, pukul 12:10 WIB.
mata  pelajaran  ujian  nasional  UN  sehingga  siswa  dapat  lebih  fokus
dalam belajar.
Partisipan  juga  menjawab  kalau  di  homeschooling  tidak  ada senioritas  antar  siswa.  Siswa  juga  bisa  jadi  diri  sendiri  dan  diberi
kebebasan  untuk  bertanya  ketika  belum  memahami  materi  pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah, seperti yang dikatakan oleh partisipan
T, yaitu:
“Kalo disini kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk bertanya  dan  kalo  kita  engga  bisa  kayak  dikasih  waktu  dan
engga  terlalu  ketat  juga  sekolahnya.  Terus  kalo  di homeschooling aku bisa  jadi diri aku sendiri  gitu jadi kelihatan
kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain
.”
26
3.10 Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling
Pada  pertanyaan  ini,  keenam  partisipan  memberikan  jawaban yang sama, yakni mereka merasa nyaman bersekolah di homeschooling.
Teman-temannya  baik  sehingga  terjalin  sosialisasi  yang  baik  juga diantara  mereka  dan  cara  belajar  di  homeschooling  yang  tidak  terlalu
serius membuat siswa tidak terlalu terbebani oleh sistem pembelajaran. Selain  itu,  siswa  dapat  membagi  waktu  antara  kewajiban  mereka
sebagai  pelajar  dengan  kegiatan  lainnya  di  luar  pendidikan  sekolah,
seperti yang disampaikan oleh partisipan A saat diwawancarai, yaitu:
“Aku  kan  mau  serius  ke  musik  ya  Kak,  jadi  aku  ngerasa  bisa bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku.
Kan  kalo  di  sekolah  formal  agak  sulit  tuh  ya  Kak  bagi-bagi waktunya,  kan  di  sekolah  formal  waktu  belajarnya  lebih  lama
dibandingkan di homeschooling.
”
27
Tidak  hanya  itu,  partisipan  juga  mengatakan  bahwa  tenaga pengajar  tutor  di  homeschooling  bersikap  baik,  sehingga  mereka
merasa  nyaman  dan  tidak  sungkan  untuk  bertanya  tentang  materi pelajaran yang belum di mengerti.
26
Wawancara inti dengan partisipan T, tanggal 22 Januari 2015, pukul 12:00 WIB.
27
Wawancara inti dengan partisipan A, op. cit.