3.8 Alasan siswa lebih memilih homeschooling daripada bersekolah di
sekolah formal
Pada pertanyaan ini, terdapat lima partisipan menjawab memilih homeschooling karena memiliki masalah ketika bersekolah di sekolah
formal. Dua partisipan pindah ke homeschooling karena sakit yang membuat kedua siswi tersebut jarang masuk sekolah. Partisipan H
mengaku menjadi bahan pembicaraan teman-temannya ketika ia berada di sekolah dan membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke
sekolah. Hal ini diakui partisipan H pada saat di wawancarai, yaitu:
“Karena kan dulu aku juga jarang masuk jadi kan pasti di omongin kan. Jadi pas pertama aku masuk aku dicuekin
.”
23
Tidak hanya itu, sikap guru dan wakil kepala sekolah juga membuat partisipan tidak nyaman untuk datang ke sekolah dan merasa
takut untuk datang ke sekolah, sehingga semangat untuk bersekolah menjadi menurun. Hal ini disampaikan partisipan saat melakukan
wawancara, yaitu: “Trus sama guru kan, aku kan sangking jarang masuknya,
gurunya bilang kalo sakit jangan manja. Kan jadi kayak gimaaa gitu...trus kata wakil kepala sekolah, aku kan ceritain kan, aku di
rujuk-rujuk ke rumah sakit mana-mana kan memang untuk sembuh, trus kata dia buang-buang duit aja. Ya udah, aku juga
udah engga nyaman. Aku setiap mau ke sekolah tuh aku ketakutan, aku engga mau sekolah sangking kayak gitunya, tuh
aku sangking ketakutan gitu. Sampe aku tuh susah banget mau sekolah.
”
24
Hal serupa juga dialami oleh partisipan T, partisipan pindah dari sekolah formal ke homeschooling karena kondisi kesehatannya mulai
menurun pada saat kelas 5 SD dan sempat di rawat hampir satu bulan di rumah sakit ketika kelas 6 SD, partisipan juga tidak ingin pergi ke
sekolah setelah mendengar kalau dirinya tidak bisa ikut UN Ujian Nasional karena jarang masuk sekolah.
23
Wawancara inti dengan partisipan H, tanggal 15 Januari 2015, pukul 10:46 WIB.
24
Ibid.
Berbeda dengan partisipan H dan T, satu partisipan memilih bersekolah di homeschooling karena dia tidak menyukai adanya geng-
gengan di sekolah dan dia juga ingin lebih serius menekuni seni musik. Hal ini seperti yang disampaikan partisipan pada saat diwawancarai,
yaitu: “Ada masalah. Terus yang kayak ada geng-gengan gitu loh. Aku
kan engga suka ya yang kaya geng-gengan gitu, maksudnya kayak lo kalau mau berteman sama gue ya berteman aja engga
usah pilih-pilih gitu jadi kayak selalu ngeledek satu sama lain gitu sambil memasang wajah tidak suka. Akhirnya aku pindah
dan aku pindah bukan karena itu juga, karena aku pengen lebih serius ke musik
.”
25
Satu partisipan pindah ke homeschooling karena sewaktu partisipan sekolah di sekolah formal, dia tidak taat dengan peraturan
sekolah sehingga mendapatkan dua kali surat pemberitahuan SP dan terancam di drop out DO dari sekolah. Kemudian ada satu partisipan
memilih homeschooling karena mempunyai masalah dengan wali kelasnya.
Namun ada satu partisipan lain, pindah ke homeschooling bukan karena mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah, tetapi
alasan partisipan pindah sekolah karena mengikuti orangtua yang dipindahkan tempat kerjanya.
3.9 Pendapat siswa tentang perbedaan yang di alami ketika bersekolah
di sekolah formal dengan di homeschooling
Keenam partisipan memberi jawaban yang sama mengenai perbedaan antara bersekolah di sekolah formal dengan di
homeschooling, mereka menjawab bahwa bersekolah di homeschooling menyenangkan, lebih santai dan tidak membuat mereka stres dalam
menuntut ilmu dikarenakan mata pelajaran yang diajarkan tidak sebanyak di sekolah formal. Siswa homeschooling hanya belajar enam
mata pelajaran, di mana keenam mata pelajaran tersebut merupakan
25
Wawancara inti dengan partisipan A, tanggal 15 Januari 2015, pukul 12:10 WIB.