mata pelajaran ujian nasional UN sehingga siswa dapat lebih fokus
dalam belajar.
Partisipan juga menjawab kalau di homeschooling tidak ada senioritas antar siswa. Siswa juga bisa jadi diri sendiri dan diberi
kebebasan untuk bertanya ketika belum memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan di sekolah, seperti yang dikatakan oleh partisipan
T, yaitu:
“Kalo disini kan istilahnya kita kayak dikasih kebebasan untuk bertanya dan kalo kita engga bisa kayak dikasih waktu dan
engga terlalu ketat juga sekolahnya. Terus kalo di homeschooling aku bisa jadi diri aku sendiri gitu jadi kelihatan
kalo aku ini orangnya kayak gimana, ketauan satu sama lain
.”
26
3.10 Rasa nyaman siswa ketika bersekolah di homeschooling
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban yang sama, yakni mereka merasa nyaman bersekolah di homeschooling.
Teman-temannya baik sehingga terjalin sosialisasi yang baik juga diantara mereka dan cara belajar di homeschooling yang tidak terlalu
serius membuat siswa tidak terlalu terbebani oleh sistem pembelajaran. Selain itu, siswa dapat membagi waktu antara kewajiban mereka
sebagai pelajar dengan kegiatan lainnya di luar pendidikan sekolah,
seperti yang disampaikan oleh partisipan A saat diwawancarai, yaitu:
“Aku kan mau serius ke musik ya Kak, jadi aku ngerasa bisa bagi waktu aja antara pendidikan akademik dan hobi musik aku.
Kan kalo di sekolah formal agak sulit tuh ya Kak bagi-bagi waktunya, kan di sekolah formal waktu belajarnya lebih lama
dibandingkan di homeschooling.
”
27
Tidak hanya itu, partisipan juga mengatakan bahwa tenaga pengajar tutor di homeschooling bersikap baik, sehingga mereka
merasa nyaman dan tidak sungkan untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum di mengerti.
26
Wawancara inti dengan partisipan T, tanggal 22 Januari 2015, pukul 12:00 WIB.
27
Wawancara inti dengan partisipan A, op. cit.
3.11 Sikap teman-teman di homeschooling
Pada pertanyaan ini, kelima partisipan memberikan jawaban sama. Kelima partisipan berpendapat bahwa teman-teman di
homeschooling baik-baik, ramah, saling menerima satu sama lain, bisa membuat partisipan nyaman ketika bersama dan tidak adanya senioritas
sehingga terjalinnya interaksi antara kakak kelas dan adik kelas.
Tetapi ada satu partisipan yang berpendapat bahwa teman di homeschooling tidak selalu bersikap baik kepada dia. Terkadang
temannya bersikap baik tetapi kadang juga tidak. 3.12
Sikap teman-teman di sekolah formal
Pada pertanyaan ini, keenam partisipan memberikan jawaban yang sama. Mereka menjawab bahwa sikap teman-teman di sekolah
formal bervariasi, ada yang baik dan ada yang menyebalkan. Seperti yang dikatakan oleh partisipan H, sebenarnya teman-teman di sekolah
terdahulu sikapnya baik tetapi kalau satu orang bersikap acuh ke satu orang maka semua temannya akan bersikap seperti itu juga.
Berbeda dengan partisipan N, walaupun teman-teman di sekolah terdahulu berkelompok-kelompok bergeng, tapi teman sekelasnya
masih bisa kompak ketika ada kegiatan yang diadakan oleh kelasnya. Seperti yang disampaikan partisipan N pada wawancara, yaitu:
“Seru juga, tapi yaaa geng-gengan gitu. Tapi, apa yaaa berpikir ya kalo dulu dapet kelasnya sih yang seru semuanya, satu kelas
tuh kompak jadi enak. Kita pergi liburan kemana bareng- bareng
.”
28
3.13 Cara bergaul siswa dengan teman-teman di homeschooling
Pada pertanyaan ini partisipan memberikan jawaban yang berbeda-beda. Cara bergaul siswa dengan teman-teman baru di
homeschooling bervariasi, tidak semua partisipan dapat langsung bergaul dengan temannya. Ada empat partisipan yang menjawab bahwa
pada saat pertama kali mereka bergaul, partisipan menyesuaikan diri
28
Ibid, Wawancara dengan partisipan A.
terlebih dahulu dengan sikap teman-teman. Setelah beberapa bulan bersama dan mengenali karakter satu sama lain, partisipan dengan
temannya tidak sungkan menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya, seperti mengobrol, tertawa bersama, bercanda, belajar bersama dan
membuat lelucon ringan. Berbeda dengan keempat partisipan sebelumnya, terdapat dua
orang partisipan ketika pertama kali bergaul dengan teman baru di homeschooling mereka langsung menunjukkan sifat asli dari keduanya,
seperti menyapa duluan teman barunya kemudian mengajaknya ngobrol dan lama-kelamaan mereka menjadi dekat.
3.14 Siswa menghibur teman yang sedang sedih dan bagaimana cara
siswa menghibur
Keenam partisipan memberikan jawaban yang sama bahwa mereka pernah menghibur teman yang sedang bersedih tetapi intensitas
menghiburnya tidak begitu sering, tergantung dari kondisi temannya apakah sedang merasa sedih atau tidak. Seperti yang disampaikan oleh
partisipan T, bahwa dirinya tidak sering menghibur teman, tetapi partisipan tidak menutup kemungkinan untuk menghibur teman ketika
dibutuhkan oleh temannya. Cara menghibur dari keenam partisipan juga sama. Mereka
sama-sama menenangkan temannya, jika temannya sudah bisa diajak bicara lalu partisipan mengajak temannya menceritakan apa
permasalahan yang
dialami, kemudian
partisipan membantu
memberikan penjelasan serta solusi dari permasalahan tersebut, setelahnya partisipan menghibur agar temannya tidak berlarut-larut
dalam kesedihan. Sesekali partisipan juga mengajak temannya makan diluar yang bertujuan agar temannya lebih cepat bangkit dari rasa
kesedihan yang sedang dialami.