Taksonomi Afektif Siswa Perkembangan Aspek Afektif Siswa

istilah arah.Perilaku yang dinyatakan dalam tujuan afektif harus yang memiliki kemungkinan tinggi untuk muncul di kalangan subjek didik. Tujuan afektif harus mengandung pernyataan kondisi, yaitu situasi terjadinya perilaku.Pernyataan kondisi dalam tujuan afektif berupa sejumlah alternative yang harus disediakan bagi subjek didik.Subjek didik diberi kebebasan untuk memilih, tanpa ada pengaruh dari pendidik secara langsung. Dengan kata lain, tindakan subjek didik harus bersifat sukarela. Selain pernyataan kondisi, tujuan afektif harus mengandung pernyataan kriteria.Ada dua kriteria yang dapat digunakan dalam tujuan afektif.Pertama,yang ditekankan pada jumlah subjek didik yang melakukan kegiatan atau berprilaku. Kedua, yang ditekankan pada jumlah kegiatan atau jumlah waktu untuk melakukan kegiatan. Menurut Darmiyati Zuchdi dalam bukunya Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi menjelaskan bahwa: Tujuan afektif yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan, yaitu perasaan, sikap, kesadaran akan harga diri, nilai- nilai yang diperlukan oleh subjek didik untuk mengadakan hubungan yang manusiawi, termasuk keterampilan mengadakan hubungan antarpribadi dan antar kelompok guna menciptakan kehidupan yang beradab. Di antaranya ialah perasaan dan ekspresi keakraban, kepercayaan, tanggung jawab, kepedulian, keterbukaan, kesetiakawanan. 48

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Afektif

Menurut Darmiyati Zuchdi dalam bukunya Humanisasi Pendidikan menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, menjelaskan bahwa :perkembangan afektif anak yang terkait dengan sekolah yang berwujud sikap, minat, nilai, kesadaran akan harga diri, 48 Darmiyati Zuchdi, op.,cit., h. 98-100. motivasi, minat, dan sebagainya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa dari faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. karakteristik dan latar belakang murid itu sendiri seperti: seks, umur, status sosial ekonomi, capaian belajar, dan kepribadian. b. Pengaruh terkait suasana sekolah seperti: guru, suasana kelas, materi kurikulum, dan strategi instruksional. 49 Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain: a. Belajar dengan coba-coba Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. b. Belajar dengan cara meniru Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. c. Belajar dengan dengan cara mempersamakan diri Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. d. Belajar melalui pengkondisian. e. Pelatihan atau belajar dibawah bimbingan pengawasan terbatas pada asfek reaksi. 49 Ibid., h. 28.

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Ranah Afektif Siswa, oleh Yuyun Sri Wahyuni Mahasiswi UIN Jakarta Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK lulusan tahun 2007, Menjelaskan bahwa kompetensi guru agama dalam mengembangkan ranah afektif siswa sudah dikatagorikan berkompetensi. Hal ini dilihat dari : sebelum belajar mengajar guru mempersiapkan rencana pembelajaran, dalam kegiatan belajar guru selalu menginformasikan nilai-nilai kehidupan contoh seperti nilai-nilai kedisiplinan yang harus dimiliki siswa dan patut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Kerangka Berpikir

Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan pengetahuan saja, tetapi juga dapat menjadi orang tua, di sekolah guru yang dapat menanamkan rasa kedisiplinan baik dalam dirinya sendiri ataupun kepada siswanya dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, tanpa adanya sikap disiplin yang dimiliki oleh seorang guru di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, maka tidak heran bila hasil akhir pembelajaran tidak sesuai dengan yang dicita-citakan. Rendahnya disiplin guru akan mengakibatkan buruknya mutu pendidikan dan mutu kedisiplinan di sekolah. Pada hakikatnya seorang guru selain sebagai pengajar juga merupakan seorang pendidik. Guru agama juga tidak hanya meyampaikan ilmu pengetahuan agama saja ,tetapi juga harus bisa membimbing dan membina anak didik agar menjadi baik dan mengantarkan anak didik menuju kearah kekedewasaan. Guru agama juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan membiasakan norma-norma agama kepada anak didik dalam kehidupan sehari-harinya.Guru agama di mata murid-murid nya adalah sosok yang sempurna baik akhlak maupun kepribadiannya.Oleh karena itu guru sangat berpengaruh untuk menciptakan sikap yang baik kepada para siswanya.Terutama dalam pengembangan aspek efektif siswa.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis alternatif Ha, yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan guru pendidikan agama islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa di sekolah. Hipotesis nolnihil Ho, yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara kedisiplinan guru Pendidikan agama islam terhadap perkembangan aspek afektif siswa di sekolah. 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lembaga pendidikan yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah sekolah SMP Islam Parung. Dan waktu yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian dari tanggal 15 September – 30 Oktober 2014.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendekatan kuantitatif. Kemudian peneliti memilih metode korelasional dalam penelitian ini. Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain. Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian signifikansi secara statistik. 1 Dengan demikian melalui pendekatan dan metode tersebut peneliti dapat mengetahui pengaruh kedisiplinan guru pendidikan agama Islam sebagai variabel X terhadap perkembangan aspek afektif siswa sebagai variabel Y.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan dijelaskan bahwa: “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik ke simpulannya.” 2 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda, 2010 Cet. 6, h. 56. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. 12, h. 61. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel Kedisiplinan Guru PAI sebagai variabel X atau variabel bebas variabel independen dan variabelPerkembangan Aspek Afektif Siswa sebagai variabel Y atau variabel terikat variabel dependen. Variabel bebas variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 3

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian 4 .Sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. 5 Menurut Nurul Zuhriah, “populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.” 6 Menurut terminologi riset populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian.Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memeiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitianggota populasi”. Sedangkan yang dimaksud dengan sample, bagian yang diambil dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut. 7 Berdasarkan survey yang telah dilakukan, diketahui bahwa populasi siswa SMP Islam Parung berjumlah 595 orang dengan rincian sebagai berikut : 3 Ibid., 4 Arikunto, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Cet. 10, h. 130. 5 Ibid ., h. 131. 6 Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta: PT.Bumi Aksara,2006, h. 116. 7 M. Iqbal Hasan, Pokok- pokok Materi Statistic 1 statistic deskriptif…, h. 12. Tabel 3.1 Jumlah Keseluruhan Peserta Didik SMP Islam Parung Tahun Pelajaran 20142015 No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 VII.I 18 14 32 2 VII.2 12 21 33 3 VII.3 15 19 34 4 VII.4 23 15 38 5 VII.5 15 16 31 6 VII.6 21 9 30 7 VIII.1 12 21 33 8 VIII.2 13 21 34 9 VIII.3 18 14 32 10 VIII.4 14 17 31 11 VIII.5 17 15 32 12 VIII.6 19 13 32 13 IX.1 19 15 34 14 IX.2 19 15 34 15 IX.3 18 17 35 16 IX.4 19 15 34 17 IX.5 20 13 33 18 IX.6 19 14 33 Jumlah 311 284 595 Dikarenakan populasi tersebut cukup besar, dan peneliti tidak mungkin mengambil semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menggunakan