Tujuan Kedisiplinan Guru PAI

“afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan apresiasi siswa.” 37 Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran, menjelaskan bahwa : “afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu .” Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan- kecenderungan batin. 38 Secara umum, pengertian afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya namun tidak termasuk yang bersifat volisional atau keinginan-keinginan tertentu. Aspek utama dari emosi adalah pengalaman subyektif, dan pengalaman subyektif terkait dengan perubahan-perubahan fisiologi serta perilaku. 39 Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut merupakan hasil pengalaman subyektif individu. Setiap orang memiliki rentang jenis emosi yang lebih kurang sama akan tetapi secara individual setiap orang akan berbeda dalam merasakan, menampilkan, serta mengendalikannya. Emosi tumbuh dan berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan kepribadian seseorang yang juga memiliki fungsi adaptif demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup.

2. Taksonomi Afektif Siswa

Taksonomi untuk daerah Afektif mula-mula dikembangkan oleh David R. Krathwohl Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada 37 W.James Popham dan Eva L. Baker, Bagaiamana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta: KANISIUS, 1994, Cet. 6, h. 37-38. 38 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung PersadaGP Press, 2010, Cet. 3, h. 44. 39 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, op. Cit., h. 67. peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinanya dalam mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam, dan sebagainya. 40 Ranah Afektif ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu: a. Receiving atau attending menerima atau memperhatikan, adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Pada jenjang ini peserta didik divina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai- nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan nilai itu. Contohnya: peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh. 41 b. Responding menanggapi mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang ini setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang receiving. Contohnya adalahpeserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau atau 40 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet. 11, h. 54. 41 Ibid., h. 54-55.