situasi yang sangat memungkinkan bagi guru untuk berbuat sesuatu yang melanggar tata tertib sekolah.
32
Langkah-langkah tersebut umumnya dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran, lalu apa yang harus ditempuh untuk
menanamkan kedisiplinan guru jika guru telah ”terlanjur” melakukan pelanggaran tidak disiplin.
Demikian beberapa indikator yang amat perlu diperhatikan supanya kedisiplinan guru dapat tumbuh dan berkembang pada hati
nurani setiap guru. Sehingga tujuan dari pada pendidikan mudah tercapai. Disiplin merupakan salah satu alat penentuan keberhasilan
pencapaian tujuan dari pendidikan.Allah SWT pada dasarnya telah mengajarkan kepada manusia tentang kedisiplinan. Sebagai contoh
kita perhatikan Firman-Nya :
ولَّلا متيضق اذاف ‘
اً يق ها اوركذاف كبو ج ىلعو اًدوعقو
او يقأف مت أ طا اذ ف م اًتوقوم اًتك ي م لا ىلع ت اك ولَّلا ولّلا
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat mu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu sebagaimana biasa. Sesungguhnya shalat itu
adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”.Q.S. An-Nisaa: 103. Di masyarakat disiplin berbentuk norma sopan santun serta baik
dan buruk menurut kebiasaan masyarakat agar kegiatan sehari-hari berjalan dengan lancar harus dibuat jadwal tujuan pembuatan jadwal
adalah untuk menciptakan hidup yang tertib dan teratur akibat tidak disiplin kegiatan menjadi terhambat, setiap tugas tidak selesai tepat
waktu, hati menjadi gelisah karena hatinya tergesah gesah, prestasi belajar menurun.
32
Ibid., h. 118.
B. Perkembangan Aspek Afektif Siswa
1. Pengertian Aspek Afektif Siswa
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu dalam bukunya
yang berjudul Mendidik Kecerdasan menjelaskan bahwa:
Pengertian afektif mencakup berbagai proses mental yang melibatkan; emosi, perasaan feeling, suasana hati mood, dan
tempramen. Bahkan seorang pakar psikologi, Titchener, menambahkannya dengan pengertian keadaan menyenangkan
dan tidak menyenangkan pleasantness unpleasantness.
33
W.S Winkel dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran, menjelaskan bahwa: “perkembangan afektif menyangkut pemerkayaan
alam perasaan yang mencakup temperamen, perasaan, sikap, minat”.
Salah satu cirinya ialah belajar menghayati nilai dari obyek-obyek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berupa orang,
benda atau kejadianperistiwa.
34
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menjelaskan bahwa “Afektif adalah tingkah laku
yang menyangkut keaneka-ragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-
was, dan sebagainya”.
35
seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan
ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai “sistem nilai diri”. Kemudian pada
gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.
36
W.James Popham dan Eva L. Baker dalam bukunya yang berjudul Bagaiamana Mengajar ecara Sistematis, menjelaskan bahwa:
33
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2002, h. 67.
34
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Gramedia, 1989. Cet ke-2. h. 41.
35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h.119.
36
Ibid., h. 120.
“afektif adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan apresiasi siswa.”
37
Yudhi Munadi
dalam bukunya
Media Pembelajaran,
menjelaskan bahwa : “afektif yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu
.” Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan
kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-
kecenderungan batin.
38
Secara umum, pengertian afektif terkait dengan hal-hal yang emosional sifatnya namun tidak termasuk yang bersifat volisional atau
keinginan-keinginan tertentu. Aspek utama dari emosi adalah pengalaman subyektif, dan pengalaman subyektif terkait dengan
perubahan-perubahan fisiologi serta perilaku.
39
Emosi meliputi perasaan seperti sedih, gembira, dan takut merupakan hasil pengalaman subyektif individu. Setiap orang
memiliki rentang jenis emosi yang lebih kurang sama akan tetapi secara individual setiap orang akan berbeda dalam merasakan,
menampilkan, serta
mengendalikannya. Emosi
tumbuh dan
berkembang sejak usia dini dan kelak akan merupakan salah satu landasan kepribadian seseorang yang juga memiliki fungsi adaptif
demi mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
2. Taksonomi Afektif Siswa
Taksonomi untuk daerah Afektif mula-mula dikembangkan oleh David R. Krathwohl Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
37
W.James Popham dan Eva L. Baker, Bagaiamana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta: KANISIUS, 1994, Cet. 6, h. 37-38.
38
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung PersadaGP Press, 2010, Cet. 3, h. 44.
39
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, op. Cit., h. 67.