data-data yang dihasilkan, sehingga diharapkan dapat meminimalisir pencegahan aggressive driving di jalan raya.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Pihak Kepolisan Republik Indonesia sebagai bahan evaluasi
dan masukan dalam upaya peningkatan, pengembangan, dan pencegahan, khususnya Polisi Lalu Lintas sebagai informasi
lebih lanjut mengenai kondisi psikologis pengemudi sepeda motor.
2. Keluarga pelaku maupun korban aggressive driving untuk
lebih memahami pada kondisi psikologis pengemudi sepeda motor sehingga tidak melakukan perilaku aggressive driving di
jalan raya. 3.
Pemerhati atau peneliti lain sebagai referensi guna melakukan penelitan serupa yang lebih komprehensif.
Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk menghimpun data ten
tang “pengaruh self-control dan moral disengagement terhadap aggressive driving
pada pengemudi sepeda motor”
1.4 Sistematika penulisan
BAB 1 Pendahuluan
, berisi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan. BAB 2
Landasan teori, berisi: teori-teori dan pengukuran mengenai
aggressive driving, self-control, dan moral disengagement, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian
BAB 3 Metode
penelitian, berisi: pendekatan penelitian, populasi dan
teknik sampling, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji validitas konstruk, dan teknik analisis data
BAB 4 Hasil
penelitian, berisi: gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, dan uji hipotesis penelitian BAB 5
Kesimpulan , diskusi dan saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
14
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab II ini akan dibahas beberapa pengertian dari Aggressive Driving, Self- Control, dan Moral Disengagement, serta membahas mengenai kerangka berpikir
dan hipotesis penelitian.
2.1 Aggressive Driving
2.1.1 Definisi Aggressive Driving
Menurut Tasca 2000 suatu perilaku mengemudi dikatakan agresif jika dilakukan secara sengaja, cenderung meningkatkan resiko tabrakan dan dimotivasi oleh
ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya untuk menghemat waktu. National Highway Traffic and Safety Administration NHTSA dalam Tasca,
2000 menjelaskan aggressive driving sebagai penggunaan kendaraan bermotor dengan cara yang membahayakan atau cenderung membahayakan orang lain atau
properti jalanan. Kemudian definisi aggressive driving adalah pola disfungsi dari perilaku
sosial yang mengganggu keamanan publik. Aggressive driving dapat melibatkan berbagai perilaku berbeda termasuk perilaku membuntuti tailgaiting,
mengklakson honking, melakukan gerakan kasar rude gesturing, dan mengedipkan lampu jauh di suasana lalu lintas yang tenang flashing light
Houston, Harris, dan Norman, 2003. Dula dan Ballard 2003 mendefinsikan pengendara agresif sebagai
perilaku mengemudi berbahaya dangerous driving. Mengemudi berbahaya dikategorikan agresi apabila terdapat intensi untuk melukai, emosi negatif dan