Ciri dan Sifat Hak Tanggungan

Hak-hak atas tanah seperti ini merupakan hak-hak yang sudah dikenal dan diatur di dalam Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960. Namun selain hak-hak tersebut, ternyata dalam Pasal 4 ayat 2 UUHT ini memperluas hak-hak tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang selain hak-hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 UUHT, objek hak tanggungan dapat juga berupa: a. Hak pakai atas tanah negara. Hak pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib di daftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan dibebani dengan hak tanggungan; b. Begitu pula dengan Rumah Susun dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang berdiri di atas tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan negara Pasal 27 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun juga dimasukkan dalam objek Hak Tanggungan. Bahkan secara tradisional dari hukum adat memungkinkan bangunan yang ada diatasnya pada suatu saat diangkat atau dipindahkan dari tanah tersebut. Mengenai subjek Hak Tanggungan ini diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 UUHT, dari ketentuan dua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang menjadi subjek hukum dalam hak tanggungan adalah subjek hukum yang terkait dengan perjanjian pemberi hak tanggungan. Di dalam suatu perjanjian hak tanggungan ada dua pihak yang mengikatkan diri, yaitu sebagai berikut: 6 a. Pemberi Hak Tanggungan, adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan pada saat pendaftaran hak tanggungan itu dilakukan; b. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang mendapatkan pelunasan atas piutang yang diberikan.

5. Proses Pembebanan Hak Tanggungan

Pembebanan Hak Tanggungan dilakukan melalui 2 tahap kegiatan yaitu: 7 a. Pemberian Hak Tanggungan. Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu yang dituangkan dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT. APHT ini dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang berwenang dan ditunjuk untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta perbuatan hukum lainnya mengenai hak atas tanah yang terletak di daerah kerjanya. 6 Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h. 54 7 Boedi Harsono, Op.Cit, h. 624 Pemberian Hak Tanggungan dilakukan di kantor PPAT dengan dibuatnya APHT oleh pejabat tersebut, yang bentuk dan isinya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Dalam surat Al – Baqoroh ayat 282, disebutkan mengenai pencatatan utang piutang yang terjadi. Dalam hal Hak Tanggungan, pencatatan APHT oleh PPAT harus dicatatkan.