terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hal ini lebih ditegaskan lagi dalam Pasal 6 UUHT, yang mengatakan apabila debitur cidera janji
wanprestasi, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaannya sendiri melalui
pelelangan umum, serta mengambil hasil penjualan objek hak tanggungan tersebut untuk pelunasan utangnya.
2. Prinsip-Prinsip Hak Tanggungan
Dalam kaitannya dengan Hak Tanggungan berikut adalah prinsip hukum jaminan yang mendasari Prinsip-Prinsip Hak Tanggungan, yaitu:
2
a. Prinsip absolutmutlak.
Jaminan dengan hak kebendaan mempunyai sifat absolut, artinya hak ini dapat dipertahankan setiap orang. Pemegang hak tersebut
berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya. b.
Prinsip droit de suite. Hak kebendaan itu mempunyai zaakzgevolg atau droit de suite
yang artinya hak itu terus mengikuti bendanya di manapun juga dalam tangan siapaun juga barang itu berada.
c. Prinsip droit de preference.
Pada prinsipnya hak jaminan kebendaan memberikan kedudukan didahulukan bagi kreditur pemegang hak jaminan terhadap
kreditur lainnya. d.
Prinsip spesialitas.
2
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan Inkonsistensi, Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dalam Undang-Undang Hak Tanggungan, Cetakan II Yogyakarta: LaksBang
PRESsindo, 2008, h. 270
Prinsip ini menghendaki bahwa Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah yang ditentukan secara spesifik,
sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 8 dan Pasal 11 ayat 1 huruf e Undang-Undang Hak Tanggungan.
e. Prinsip publisitas.
Terhadap Hak Tanggungan berlaku prinsip publisitas atas prinsip keterbukaan. Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Hak
Tanggungan dinyatakan bahwa “pemberian Hak Tanggungan
wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan”. Pendaftaran ini merupakan syarat mutlak untuk lahirnya Hak Tanggungan dan
mengikatnya Hak Tanggungan tersebut terhadap pihak ketiga.
3. Ciri dan Sifat Hak Tanggungan
Ciri dari Hak Tanggungan adalah:
3
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada
pemegangnya atau yang dikenal dengan droit de preference. 2.
Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada atau disebut dengan droit de suite. Keistimewaan
ini ditegaskan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996. Biarpun objek Hak Tanggungan sudah dipindahkan haknya
kepada pihak lain, kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap masih berhak untuk menjualnya melalui pelelangan umum jika
debitur cidera janji.
3
Salim HS, Op.Cit, h. 98
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat
pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum bagi pihak yang berkepentingan.
4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 memberikan kemudahan dan kepastian kepada kreditur dalam pelaksanaan eksekusi.
Di samping memiliki empat ciri di atas Hak Tanggungan juga memiliki beberapa sifat seperti:
4
1. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi
Maksud dari hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu hak tanggungan membebani secara utuh objeknya dan setiap bagian
daripadanya. Pelunasan sebagian utang yang dijamin tidak membebaskan sebagian objek dari beban hak tanggungan. Hak
tanggungan yang bersangkutan tetap membebani seluruh objek untuk sisa utang yang belum dilunasi.
Akan tetapi seiring berkembangnya kebutuhan akan perumahan, ketentuan tersebut ternyata menimbulkan permasalahan yaitu dalam
hal suatu proyek perumahan atau rumah susun ingin diadakan pemisahan. Oleh karenanya untuk mengatasi permasalahan, maka
ketentuan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan membuka kesempatan menyimpangi sifat
4
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Cet. 17 Jakarta: Djambatan, 2006, h. 420