dengan bantuan alat-alat negara apabila pihak yang kalah tidak mau menjalankannya secara sukarela.
13
Pada prinsipnya hanya putusan yang berkekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanakan putusannya. Dengan demikian, asas-asas atau aturan
hukum eksekusi adalah sebagai berikut:
14
a. Eksekusi dilaksanakan hanya terhadap putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang bersifat kondemnatoir;
b. Karena putusan telah berkekuatan hukum tetap, di dalamnya
mengandung hubungan hukum yang tetap dan pasti antara para pihak yang berperkara;
c. Karena hubungan hukum sudah tetap dan pasti fixed and certain,
maka mesti ditaati dan dipenuhi; d.
Cara menaati dan memenuhi hubungan hukum yang tetap dan pasti tersebut adalah dengan cara dijalankan secara sukarela atau
dengan paksa melalui bantuan alat-alat negara; e.
Kewenangan menjalankan eksekusi hanya diberikan kepada Pengadilan Negeri;
f. Eksekusi dilaksanakan atas perintah dan dalam pengawasan Ketua
Pengadilan Negeri.
4. Eksekusi Hak Tanggungan
13
Etto Sunaryanto, Sugiwanto dan Jose Ari Lukito, Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara Jakarta: Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, 2006, h. 3-4
14
Ibid, h. 4
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan, Eksekusi Hak Tanggungan dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu:
a. Pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak
Tanggungan. b.
Eksekusi atas titel eksekutorial yang terdapat pada Sertifikat Hak Tanggungan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2
UUHT; Irah-irah kepala putusan yang dicantumkan pada sertifikat Hak Tanggungan memuat kata-
kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
dimaksudkan untuk menegaskan adanya kekuatan eksekutorial pada sertifikat Hak Tanggungan, sehingga apabila debitur cidera
janji, siap untuk dieksekusi seperti halnya suatu putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, melalui
tata cara dan dengan menggunakan lembaga Parate Executie sesuai dengan Hukum Acara Perdata, atau
c. Eksekusi di bawah tangan, yaitu penjualan objek Hak Tanggungan
yang dilakukan oleh Pemberi Hak Tanggungan, berdasarkan kesepakatan dengan Pemegang Hak Tanggungan, jika dengan cara
ini akan diperoleh harga yang tertinggi. Adapun dalam ketentuan Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan
dikemukakan tiga jenis eksekusi Hak Tanggungan yaitu:
1. Apabila debitur cidera janji, maka kreditur berdasarkan hak
pemegang Hak Tanggungan Pertama dapat menjual objek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-
Undang Hak Tanggungan, objek Hak Tanggungan dijual melalui pelangan umum;
2. Apabila debitur cidera janji, berdasarkan titel eksekutorial yang
terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat 2 UUHT dijual melalui pelelangan umum;
3. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan,
penjualan objek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan harga tertinggi.
C. Parate Eksekusi sebagai Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur.
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum menurut Satjipto Rahajo, adalah untuk melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.
15
Sedangkan perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon ada dua bentuk perlindungan hukum bagi rakyat yaitu: Pertama, perlindungan
hukum preventif artinya rakyat diberi kesempatan mengajukan pendapatnya sebelum keputusan pemerintah mendapat bentuk yang
15
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , Cet. V Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, h. 53