Asas-Asas dalam Perjanjian Tinjauan Umum tentang Perjanjian.

seperti yang disebutkan di atas, terdapat beberapa cara lain untuk mengakhiri perjanjian, yaitu: 6 1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak. Misalnya dalam perjanjian itu telah ditentukan batas berakhirnya perjanjian dalam waktu tertentu. 2. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian. Misalnya Pasal 1250 KUH Perdata yang menyatakan bahwa hak membeli kembali tidak boleh diperjanjikan untuk suatu waktu tertentu yaitu tidak boleh lebih dari 5 tahun. 3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka perjanjian akan berakhir. Misalnya apabila salah satu pihak meninggal dunia maka perjanjian akan menjadi hapus Pasal 1603 KUH Perdata yang menyatakan bahwa perhubungan kerja berakhir dengan meninggalnya si buruh. 4. Karena persetujuan para pihak. 5. Pernyataan penghentian pekerjaan dapat dikarenakan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak hanya pada perjanjian bersifat sementara. 6. Berakhirnya perjanjian karena putusan hakim. 7. Tujuan perjanjian sudah tercapai. 8. Karena pembebasan utang.

B. Tinjauan Umum tentang Hukum Jaminan

6 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan dalam Hukum Perdata Jakarta: PT RajaGrafinfo Persada, 2006, h. 387

1. Istilah dan Pengertian Hukum Jaminan

Istilah hukum jaminan berasal dari kata zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam keputusan Seminar Hukum Jaminan yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 1978 di Yogyakarta menyimpulkan bahwa istilah hukum jaminan itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan. Menurut M. Bahsan, hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang piutang pinjaman uang yang tedapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. 7 Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah- kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapat fasilitas kredit. 8 Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah: 9 1. Adanya kaidah hukum. Kaidah hukum dalam bidang jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan 7 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 3 8 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 6 9 Ibid, h. 7-8 kaidah hukum jaminan tidak tertulis. Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah- kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan. 2. Adanya pemberi dan penerima jaminan. Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badah hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit. Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum. Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan non-bank. 3. Adanya jaminan. Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hak-hak kebendaan, seperti