Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dalam kaitannya dengan alternatif pelunasan piutang kreditur, maka berdasarkan ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan, beberapa alternatif pelunasan piutang adalah melalui beberapa cara sebagai berikut: 1. Pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Hal ini disebut parate executie; 2. Dengan menggunakan titel eksekutorial melalui fiat ketua pengadilan negeri dengan menggunakan ketentuan Pasal 224 HIR 258 Rbg tentang grosse akta; 3. Dengan cara penjualan di bawah tangan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak untuk mendapatkan harga penjualan yang lebih tinggi. Alternatif pelunasan piutang kreditur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan menggambarkan bahwa eksekusi Hak Tanggungan mudah dan pasti. Seperti parate eksekusi memiliki arti bahwa pemegang Hak Tanggungan tidak perlu memperoleh persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan dan juga tidak perlu meminta penetapan dari pengadilan setempat apabila akan melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan yang menjadi jaminan debitur dalam hal debitur cidera janji. Pemegang Hak Tanggungan dapat langsung datang dan meminta kepada Kepala Kantor Lelang untuk melakukan pelelangan atas objek Hak Tanggungan yang bersangkutan. Hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. 5 Namun demikian, dalam praktiknya segala kemudahan dan kelebihan parate ekskusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan tersebut tidak selamanya dapat dimanfaatkan oleh bank sebagai alternatif penyelesaian kredit bermasalah yang dijamin dengan Hak Tanggungan. Banyak faktor permasalahan yang menyebabkan proses parate eksekusi Hak Tanggungan tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Faktor permasalahan tersebut meliputi berbagai hal, antara lain adalah ketidaksesuaian substansi hukum Undang-Undang Hak Tanggungan yang mengatur tentang parate eksekusi Hak Tanggungan itu sendiri, tindakan dan paradigma dari aparat penegak hukum, serta budaya hukum yang ada pada masyarakat termasuk juga paradigma debitur sebagai pihak terseksekusi Hak Tanggungan. 6 Sebagaimana tercantum dalam kasus yang diangkat Penulis dan telah diputus dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993 KPdt 2012 pada 11 Juli 2013, Penggugat Neni Tarina Lavau selaku Direktur CV. Feralex Indonesia mendapat fasilitas kredit sebesar Rp 580.000.000,00 sebagaimana 5 ST. Remy Sjahdeni, Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi Oleh Perbankan Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan, Bandung: Alumni, 1999, h. 46 6 Yordan Demesky, “Pelaksanaan Parate Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif Penyelesaian Kredit Bermasalah di PT Bank Permata TBK”, Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2011, h. 4-5 tertuang dalam Akta Perjanjian Kredit No. 53 dihadapan Notaris Osrimami S.H. tanggal 21 Desember 2004 namun menunggak pembayaran kreditnya pada September 2006 dan menggugat PT Bank Danamon Indonesia Kantor Cabang Jakarta Danau Sunter sebagai Tergugat 1 karena harga lelang aset yang diagunkan dijual dengan harga yang sangat murah sehingga menyebabkan kerugian materiil bagi Penggugat. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pelaksanaan Parate Eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan oleh bank dalam rangka menyelesaikan kredit bermasalah, maka dalam penelitian hukum ini Penulis menyusun penulisan Skripsi dengan judul PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 1993 KPdt2012.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan parate eksekusi dalam Hukum Jaminan, maka pokok pembahasan skripsi ini hanya menyangkut pada parate eksekusi Hak Tanggungan sebagai perlindungan hukum terhadap kreditur dengan analisis putusan Mahkamah Agung nomor 1993 KPdt2012. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan di dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara pada putusan Mahkamah Agung nomor 1993KPdt2012? b. Sesuaikah putusan Mahkamah Agung nomor 1993KPdt2012 dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang harus di capai oleh penulis dalam melakukan analisis dan pengkajian tentang judul topik tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Untuk mengkaji apa landasan yang digunakan hakim sebagai pertimbangan hakim dalam putusan Mahkamah Agung nomor 1993KPdt2012. b. Untuk mengetahui sesuai atau tidak putusan Mahkamah Agung nomor 1993KPdt2012 dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. c. Untuk setidaknya dapat berkontribusi sebagai data sekunder dalam penelitian mengenai parate eksekusi hak tanggungan diwaktu mendatang.

2. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun praktis. a. Secara Teoritis Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu Hukum Jaminan khususnya mengenai pelaksanaan parate eksekusi dalam Hak Tanggungan. b. Secara Praktis Dapat bermanfaat bagi penegak hukum yang ingin memahami lebih tentang parate eksekusi dalam Hak Tanggungan. Selain itu, dapat digunakan sebagai tambahan pemikiran dalam bentuk data sekunder dengan permasalahan yang sama.

D. Tinjauan Review Studi Terdahulu

Adapun tinjauan kajian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Buku yang menjadi kajian review dalam penulisan penelitian ini yaitu buku yang berjudul “Hak Tanggungan, Asas-Asas, Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan Suatu Kajian Mengenai Undang- Undang Hak Tanggungan”, diterbitkan oleh penerbit Alumni, Bandung tahun 1999. Pada buku ini menjelaskan secara komprehensif dan intensif tentang Hak Tanggungan yang meliputi mulai dari asas- asas Hak Tanggungan sampai eksekusi Hak Tanggungan. 2. Skripsi program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang disusun oleh Martha Noviaditya, NIM E0006170 pada tahun 2010 dengan judul “Perlindunganِ Hukumِ Bagi Kreditur dalam Perjanjian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan”. Dalam penelitian ini, dijelaskan tentang perlindungan hukum bagi kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan.

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis Teori yang digunakan dalam kasus ini adalah teori perlindungan hukum oleh Philipus M. Hadjon, dalam kepustakaan hukum berbahasa Belanda dikenal dengan sebutan “rechtbescherming van de burgers”. 7 Dari pendapat di atas bisa ditarik bahwa perlindungan hukum berasal dari kata rechtbescherming dalam bahasa Belanda. Adanya hubungan hukum yang terjadi antara kreditur dan debitur menciptakan adanya perlindungan hukum bagi keduanya dengan saling tidak mengurangi perlindungan hukum dari tiap pihak. Hans Kelsen mengemukakan dalam teorinya mengenai pertanggungjawaban bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum terhadap suatu perbuatan tertentu atau karena ia memikul tanggung jawab hukum tersebut yang berarti ia bertanggung jawab apabila ia melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum. 8 Subekti mengemukakan bahwa: 9 7 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi tentang Prinsip- Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara Surabaya: Bina Ilmu, 1987, h. 1 8 Hans Kelsen, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik, Penerjemah Somardi Jakarta: BEE Media Indonesia, 2013, h. 95 9 Subekti, Hukum Acara Perdata Jakarta: BPHN, 1977, h. 128