Bakteri Staphylococcus aureus Tipe yang ketiga adalah Cystic Acne Jerawat Batu atau Jerawat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengandung sulfur dan astrigen lainnya. Sementara untuk terapi sistemik digunakan tetrasiklin dan enteromisin Khan, 2009.
Propionibacterium acnes berperan pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid
kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya jerawat
Khan, 2009. Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif
lambat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap udara. Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah
penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenik
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Ciri-ciri penting dari bakteri Propionibacterium acnes adalah berbentuk batang tak teratur yang terlihat
pada pewarnaan Gram positif. Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora. Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang
atau campuran antara bentuk batangfilamen dengan bentuk kokoid. Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau
anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob. Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman Khan, 2009.
Klasifikasi Propionibacterium acnes Khan, 2009 : Kerajaan
: Bacteria Devisi
: Actinobacteria Kelas
: Actinobacteridae Bangsa
: Actinomycetales Suku
: Popionibacteriaceae Marga
: Propionibacterium Jenis
: Propionibacterium acnes Mekanisme terjadinya jerawat adalah bakteri Propionibacterium
acnes merusak stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyeksresikan bahan kimia yang menghancurkan dinding pori-pori.
Kondisi ini dapat menyebabkan inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersumbat kemudian mengeras. Jika jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak dan minyak kulit yang mengeras
akan membesar Sugita, 2010. Obat-obat yang biasa digunakan untuk terapi topikal kebanyakan
mengandung unsur sulfur dan astrigen lainnya. Benzoil peroksida 2,5-10 sangat aktif dalam melawan Propionibacterium acnes. obat ini bersifat
komedolitik, karena obat ini mengandung antimikroba, antikomedo, dan efek antiinflamasi. Namun kerugian utamanya adalah dapat menyebabkan
iritasi. Topikal eritromisin dan klindamisin juga sama efektifnya dengan benzoil peroksida Sugita, 2010.
Obat terapi sistemik yang digunakan adalah tetrasiklin dan eritromisin. Namun demikian, pemakaian pada sistem gastrointestinal
pada penggunaan ketika perut kosong akan mengakibatkan dampak yang buruk. Studi terbaru menyatakan bahwa doksisiklin, minosiklin, dan
trimetroprim-sulfametoksazol lebih efektif daripada tetrasiklin Sugita, 2010.