Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Pelaksanaan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Limbah Kulit Pisang

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Sampel

Pada penelitian kali ini, kulit pisang kepok kuning Musa balbisiana yang digunakan diperoleh dari seorang pedagang pisang goreng di daerah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten yang dikumpulkan pada bulan November. Tanaman pisang kepok yang digunakan dalam penelitian ini dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian Biologi, Cibinong, Jawa Barat. Bagian lengkap tanaman pisang kepok diperoleh dari perkebunan pisang kepok di daerah Cilawu, Garut, Jawa Barat. Determinasi ini dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil determinasi yang diperoleh adalah tanaman tersebut merupakan tanaman pisang kepok Musa balbisiana yang berasal dari suku Musaceae Lampiran 2.

4.2 Penyiapan Sampel

Limbah kulit pisang kepok sebanyak 7 kg disortasi kering untuk memisahkan kulit pisang kepok kuning dengan yang masih kehijauan, bagian kulit pisang dipisahkan dari bagian bonggolnya. Limbah kulit pisang kepok kuning dicuci bersih dengan air mengalir untuk meghilangkan kotoran yang melekat pada bagian luar dan dalam kulit pisang kepok. Limbah kulit pisang kepok kuning yang sudah dicuci bersih kemudian ditiriskan airnya dengan diangin-anginkan, setelah itu limbah kulit pisang kepok kuning dirajang kecil- kecil untuk mempermudah proses pengeringan. Pengeringan limbah kulit pisang kepok kuning dilakukan di BALITTRO, Bogor, Jawa Barat. Sebanyak 5 kg limbah kulit pisang kepok kuning dikeringkan dengan oven blower pada suhu 45 ⁰C, dan menghasilkan 1 kg simplisia kering. Simplisia yang sudah kering kemudian dihaluskan sampai menjadi serbuk oleh pihak BALITTRO. Simplisia dibuat dalam bentuk serbuk karena bertujuan agar memperluas permukaan simplisia sehingga kontak antara pelarut dengan simplisia lebih maksimal. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Ekstraksi Limbah Kulit Pisang Kepok

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia limbah kulit pisang kepok kuning diekstraksi dengan 2 liter pelarut etanol 96 dengan cara direndam selama 3 hari sambil sesekali dilakukan pengadukan. Proses maserasi dilakukan sebanyak 13 kali sampai warna maserat mendekati jernih dan sudah tidak ada senyawa yang tertarik lagi oleh pelarut. Maserat yang diperoleh dari maserasi dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Total ekstrak etanol 96 limbah kulit pisang kepok kuning yang diperoleh sebanyak 67,52 gram dengan persen rendemen 13,50. Prinsip maserasi adalah pelarut yang digunakan dalam proses maserasi akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding sel, isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dengan di luar sel melalui proses difusi hingga terjadi keseimbangan antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel Ansel, 1989. Maserasi merupakan metode ekstraksi dingin yang banyak digunakan dan paling sederhana diantara metode lain, yaitu hanya dengan merendam sampel dalam pelarut yang sesuai. Sampel dibuat dalam bentuk serbuk dengan tujuan memperluas permukaan bidang sentuh antara etanol dan serbuk simplisia, dengan demikian penyarian dapat lebih efektif . Pada saat maserasi, konsentrasi lingkungan luar sel lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam sel, sehingga isi sel termasuk zat aktifnya akan keluar dan terlarut dalam pelarut Anonim, 1993 dalam Yulianty, et al., 2011. Pemilihan etanol sebagai pelarut karena etanol 96 sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstraksi Voight, 1994. Menurut Agustiningsih 2010 dalam Mardiyaningsih 2014, etanol merupakan pelarut yang paling maksimal menarik senyawa fenolik dan flavonoid dibandingkan dengan pelarut air atau campuran etanol-air. Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air, etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta keatas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit Anonim, 1986. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari Anonim, 1986.

4.4 Karakterisasi Ekstrak

A. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak

Nama tanaman : Musa balbisiana BBB. Bagian tanaman : Kulit buah Nama Indonesia tanaman : Pisang Kepok Organoleptik Bentuk : cairan kental Warna : cokelat kehitaman Bau : khas Rasa : agak pahit

B. Uji Kadar Air Pada Ekstrak

Kadar air ekstrak etanol 96 limbah kulit pisang kepok yang diperoleh adalah 6,7. Uji kadar air dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batas minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan Depkes RI, 2000. Range kadar air menurut Voight 1995, tergantung terhadap jenis ekstrak yaitu ekstrak kering kadar air 5, ekstrak kental 5-20, ekstrak cair 20. Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan daya tahan produk pangan dan terkait aktivitas mikroorganisme selama penyimpanan. Produk yang mempunyai kadar air yang tinggi lebih mudah rusak karena produk tersebut dapat menjadi

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana Etilasetat dan Etanol Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum C.Agardh.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

8 127 76

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Uji Aktivitas Antibakteriekstrak Etanol Daun Kembang Bulan(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa

10 75 66

Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi dari Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa balbisiana ABB)

4 30 90

Uji Efektifitas Ekstrak Madu Karet dalam Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus

0 14 46

Pengaruh Variasi Konsentrasi Asam dan Waktu Hidrolisis terhadap Produksi Bioetanol dari Limbah Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa balbisiana BBB)

0 14 86

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol dan Air Rimpang Pacing (Costus spiralis) terhadap Bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Salmonella typhimurium, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus serta Fungi Candida albicans

3 17 79

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum americanum L) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans

8 47 73

Uji efektifitas ekstrak madu karet dalam menghambat pertumbuhan staphylococcus aureus

0 24 46

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BERENUK ( Crescentia cujete L) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT ( Propionib a cterium acne, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus ) - repository perpustakaan

0 0 16