Atmosfer
87
c. Iklim sejuk, ketinggian antara 1.500 m – 2.500 m, suhu 17,1
o
C – 11,1
o
C. d. Iklim dingin, ketinggian lebih dari 2.500 m, suhu kurang dari 11,1
o
C.
4. Iklim menurut W. Koppen
Iklim menurut W. Koppen didasarkan pada suhu, banyaknya curah hujan, dan penguapan. Iklim W. Koppen dibagi menjadi lima.
a. Iklim A iklim tropik meliputi iklim berikut ini. 1 Iklim Af : iklim hutan hujan tropis.
2 Iklim Am : iklim hujan tropis dengan musim kering yang pendek. 3 Iklim Aw : iklim hujan tropis yang kering pada musim dingin.
b. Iklim B iklim kering meliputi iklim berikut ini. 1 Iklim Bs
: iklim stepa padang rumput. 2 Iklim Bw : iklim padang pasir atau iklim gurun.
c. Iklim C iklim hujan sedang meliputi iklim berikut ini. 1 Iklim Cf : iklim hujan sedang yang tidak pernah kering.
2 Iklim Cs : iklim hujan sedang yang kering pada musim panas. 3 Iklim Cw: iklim hujan sedang yang kering pada musim dingin.
d. Iklim D iklim hutan salju atau iklim boreal meliputi iklim berikut ini. 1 Iklim Df : iklim hutan salju yang basah.
2 Iklim Dw: iklim hutan salju yang kering pada musim dingin. e. Iklim E iklim kutub meliputi iklim berikut ini.
1 Iklim Et : iklim tundra. 2 Iklim Ef : iklim kutub yang selalu tertutup salju abadi.
Pembagian iklim menurut W. Koppen untuk wilayah Indonesia a. Iklim Af di Sumatra,
Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
b. Iklim Am di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan dan Tenggara, Kepulauan Kei, Kepulauan
Aru, dan Papua bagian selatan.
c. Iklim Cw di beberapa pegunungan tinggi di
Sumatra dan Kalimantan. d. Iklim Aw di Jawa Tengah bagian timur, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
e. Iklim Cf di gunung-gunung tinggi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. f. Iklim Cw di Pegunungan Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
Jumlah hujan pada bulan terkering
A
w
A
m
A
f
C
w
A
f
6 4
3 2
1.000 1.250 1.500
2.000 2.500 mm
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 4.14 Perhitungan iklim menurut Koppen
88
Nuansa Geografi SMAMA Kelas X
Menurut W. Koppen, untuk menentukan iklim suatu daerah dapat diketahui dengan cara menghubungkan jumlah hujan pada bulan terkering dengan jumlah hujan setahun
secara lurus. Misalnya, berdasarkan Gambar 3.14, jumlah hujan terkering X adalah 3, rata- rata hujan setahun 1.250 mm. Jika dihubungkan, keduanya terletak pada Aw, maka daerah
X menurut Koppen termasuk iklim Aw.
5. Iklim menurut Schmidt dan Ferguson
a. Iklim menurut Schmidt dan Ferguson digunakan untuk menentukan tipe curah hujan yang didasarkan pada kebasahan Q.
b. Adapun untuk menentukan Q digunakan rumus Q =
Banyak jumlah bulan kering Banyak jumlah bulan basah
100 c. Kriteria:
Bulan kering : curah hujan kurang dari 60 mm. Bulan sedang : curah hujan antara 60 mm – 100 mm tidak dihitung.
Bulan basah : curah hujan lebih dari 100 mm. Berdasarkan besarnya rasio Q, tipe curah hujan dapat digolongkan sebagai berikut.
1 Tipe A jika Q = 0 – 14,3 2 Tipe B jika Q = 14,3 – 33,3
3 Tipe C jika Q = 33,3 – 60 4 Tipe D jika Q = 60 – 100
5 Tipe E jika Q = 100 – 167 6 Tipe F jika Q = 167 – 300
7 Tipe G jika Q = 300 – 700 8 Tipe H jika Q = lebih dari 700
Contoh:
Bulan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 Curah
260 160
200 170
140 50
15 30
25 150
180 250
hujan mm
Dari data tersebut diperoleh: Jumlah bulan kering = 4 Juni, Juli, Agustus, dan September
Jumlah bulan basah = 8 Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November, dan Desember
Q = x 100 = 50, berarti Q terletak antara 33,3 – 60. Jadi, daerah tersebut bercorak C tipe C.
4 8