PENGELOMPOKAN AHLI WARIS DAN HAK MASING-MASING
I. PENGELOMPOKAN AHLI WARIS DAN HAK MASING-MASING
Jika dilihat dari jenis kelaminya, maka ahli waris itu ada dua yaitu ahli waris dari jenis laki-laki dan ahli waris dari jenis perempua. Ahli waris dari golongan laki-laki ada 15 yaitu: 1) anak laki-laki,
2) cucu laki-laki (dari anak laki-laki), 3) bapak, 4) kakek (dari pihak bapak), 5) saudara kandung laki-laki, 6) saudara laki-laki seayah, 7) saudara laki-laki seibu, 8) anak laki-laki dari saudara kandung laki- laki, 9) anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu, 10) paman (saudara kandungbapak),11) paman (saudara bapak seayah),12) anak laki-laki dari paman(saudara kandung ayah), 13) anak laki-laki paman seayah,
14) suami, 15) laki-laki yang memerdekakan budak. Adapun ahli waris dari perempuan ada 10 yaitu: 1) anak perempuan, 2) ibu, 3) anak perempuan (dari anak laki-laki), 4) nenek (dari ibu), 5) nenek (bapak),6)saudara perempuan kandung,7) saudaraperempuan seayah, 8) saudara perempuan seibu, 9) istri, 10) perempuan yang memerdekakan budak.
Namun apabila ahli waris itu dilihat dari sisi hak atau bagian dari harta waris, maka dibagi menjadi 3 golongan yaitu t:
1. Ahli Waris Zaul Furudh.
Ahli waris zaul furudh adalah ahli waris yang bagiannya telah ditetapkan secara pasti dalam al-Quran dan/atau hadits Nabi. Mereka menerima harta warisan dalam urutan pertama. Bagian-bagian tertentu dalam al-Quran adalah: 1/2; 1/4; 1/8; 2/3; 1/3 dan 1/6. Ahli waris yang mendapat menurut angka angka tersebut dinamai ahli waris zaul furudh. Ahli waris (yang secara hukum syara’ berhak menerima warisan karena tidak ada yang menutupnya) dan bagian masing-masing adalah sebagai berikut:
a. Anak perempuan; bagian anak perempuan adalah: • 1/2 bila anak perempuan hanya sendirian. • 2/3 bila anak perempuan ada dua orang atau lebih dan tidak
disertai anak laki-laki.
b. Cucu perempuan: bagiannya adalah: • 1/2 bila cucu perempuan hanya sendirian. • 2/3 bila anak perempuan ada dua orang atau lebih dan tidak
disertai cucu laki-laki.
Seri Studi Islam 113
• 1/6 bila cucu perempuan disertai oleh seorang anak perempuan.
c. Ibu; bagiannya adalah sebagai berikut: • 1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu atau beberapa orang
saudara. 28 • 1/3 bila tidak ada bersamanya anak atau cucu atau 2 saudara. • 1%3 dari sisa harta bila dia bersama ayah, suami atau istri
dan tidak ada bersamanya anak atau cucu.
d. Nenek, baik melalui ayah atau ibu; seorang atau lebih mendapat 1/6.
e. Ayah: bagian ayah adalah: • 1/6 bila bersamanya ada anak atau tutu. • Mendapat sisa harta bila bersamanya tidak ada anak atau
cucu lakl-laki. • 1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila bersamanya
ada anak atau cucu perempuan.
f. Kakek bagiannya adalah: • 1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu. • Mendapat sisa harta bila bersamanya tidak ada anak atau
cucu laki-laki. • 1/6 kemudian sisa harta bila bersamanya ada anak atau cucu
perempuan.
g. Saudara perempuan kandung; bagiannya adalah • 1/2 bila dia seorang saja. • 2/3 bila ada dua orang atau Iehih dan tidak bersama saudara
laki-laki. • Mengambil sisa harta bila bersamanya ada anak perempuan.
h. Saudara perempuan seayah; bagiannya adalab: • 1/2 bila dia scorang saja. • 2/3 bila ada dua atau lebih dan tidak bersama saudara laki-
laki. • 1/6 bila bersama dengan seorang saudara perempuan
kandung. • Mengambil sisa harta bila bersama dengan anak perempuan.
i. Saudara percmpuan seibu; bagiannya adalah: • 1/6 bila dia adalah seorang.
28 Sebuah riwayat menjelaskan bahwa “Sesungguhnya Nabi saw telah menetapkan bagian untuk nenek seperenam (1/6) bagian dari harta warisan".
114 Seri Studi Islam
• 1/3 untuk dua orang atau lebih. j. Saudara laki-laki seibu: bagiannya adalah:
• 1/6 bila dia adalah seorang. • 1/3 untuk dua orang atau lebih.
k. Suami (duda); bagiannya adalah: • 1 /2 bila bersamanya tidak ada anak atau cucu. • 1/4 bila bersamanya ada anak atau cucu.
l. Istri (janda ); bagiannya adalah: • 1/4 bila bcrsatnanya tidak ada anak atau cucu. • 1/8 bila bersamanya ada anak atau cucu.
Ahli waris zaul furudh; bila dia sendirian, dia mengambil bagian sesuai dengan furudh yang ditentukan. Apabila dia lebih dari satu orang, masing-masing mengambil hak sesuai dengan hagian yang ditentukan; kemudian dijumlahkan. umpamanya ahli waris adalah anak perempuan, ibu dan istri; maka hak masing-masing adalah:
Anak perempuan mendapat
Ibu mendapat
Istri mendapat
Jumlah : 19/24
2. Ahli Waris Ashabah:
Ahli waris `ashabah adalah ahli waris yang berhak namun tidak dijelaskan bagiannya dalam al-Quran dan/atau hadits Nabi. Dia menerima hak dalam urutan kedua. Dia mengambil scluruh harta bila tidak ada bersamanya ahli waris zaul furudh dan mengambil sisa harta setelah diberikan lebih dahulu kepada ahli waris zaul furudh yang ada
bersamanya 29 . Ahli waris ‘ashabah itu ada tiga tingkat:
a. ‘Ashabah bi nafsih; yaitu ahli waris yang menjadi ‘ashabah karena dirinya sendiri. Mereka semua adalah laki-laki. Yang berhak menjadi ahli waris ‘ashabah bi nafsih hanyalah satu tingkat menurut urutan sebagai berikut: • Anak • Cucu • Ayah
29 Dasar hukum dari kewarisan 'ashabah ini adalah sabda Nabi dari lbnu Abbas menurut periwayatan yang muttafaq ‘alaih : Berikanlah lebih dahulu bagian yang ditentukan itu kepada yang berhak menerima; selebihnya berikan kepada kerabat yang lebih dekat dari laki-laki melalui garis laki-laki.
Seri Studi Islam 115
• Kakek • Saudara kandung • Saudaraseayah • Anak saudara kandung • Anak saudara seayah • Paman kandung • Paman seavah • Anak paman kandung • Anak paman seayah
Bila ahli waris hanya seorang dalam kedudukan sebagai ‘ashabah ia mengambil semua harta dan bila lebih dari seorang dalam tingkat yang sama mereka berbagi sama hanyak. Bila bersamanya ada ahli waris lain sebagai zaul furudh lebih dahulu diberikan hak zaul furudh dan sisanya untuk ‘ashabah. Umpamanya ahli waris adalah dua anak laki-laki, ayah, ibu dan istri. Bagian masing-masing adalah: Untuk ayah 1/6 = 4/24 Untuk ibu 1/6 = 4/24 Untuk istri 1/8 = 3/24
Jumlah : 11/24
Sisanya yaitu 24/24 - 19/24 = 5/24 adalah untuk 2 anak laki-laki. Untuk seorang anak laki-laki 1/2 x 5/24 = 5/48
b. ‘Ashabah bi ghairih, yaitu ahli waris yang mulanya bukan ahli waris ‘ashabah karena dia perempuan; namun karena didampingi oleh saudaranya yang laki-laki maka dia menjadi ‘ashabah. Mereka adalah; • Anak perempuan sewaktu didarpingi anak laki-laki. • Cucu perempuan sewaktu didampingi cucu laki-laki. • Saudara perempuan kandung sewaktu didampingi saudara
laki-laki kandung. • Saudara perernpuan seayah sewaktu didampingi saudara
laki-laki seayah. Hak keduanya scbagai ‘ashabah dibagi di antara kecduanya
dengan bandingan seorang laki-laki sama dengan hagian dua prang perempuan.
Contohnya: ahli waris adalah anak perempuan, anak laki- laki, ibu dan suami. Bagian masing-masing adalah:
116 Seri Studi Islam
Untuk ibu
Untuk suami
Jumlah : 5/12
Sisa harta, 12/12-5/12 = 7/12, adalah untuk anak-anak Untuk anak laki-laki 2/3 x 7/12 = 14/36 Untuk anak perempuan 1/3 x 7/12 = 7/36
c. ‘Ashabah ma’a ghairih, yaitu ahli waris yang scmula bukan ‘ashabah: namun karena ada ahli waris tertentu bcrsamanya yang
bukan ‘ashabah, maka dia menjadi ‘ashabah, sedangkan ahli waris lain tersebut tidak ikut menjadi ‘ashabah. Yang termasuk dalam golongan ini hanyalah saudara perempuan kandung atau seayah
bila bersama dengan anak perempuan. 30
Dalam contoh ahli waris adalah anak perempuan, ibu. istri dan saudara perempuan, hak masing-masing adalah: Untuk anak perempuan
Untuk ibu
Untuk istri
Jumlah : 19/24
Untuk saudara perempuan adalah sisanya yaitu 24/24 - 19/24 = 5/24
3. Ahli Waris Zul arham
Yang dimaksud dengan ahli waris zul arham adalah orang-orang yang mempunyai huhungan kerabat dengan pewaris, namun tidak dijelaskan bagiannya dalam al-Quran dan/atau hadits Nabi sebagai zul furudh dan tidak pula termasuk dalam kelompok ‘ashabah. Bila kerabat yang menjadi ‘ashabah adalah laki-laki dalam garis keturunan laki- laki, maka zaul arham itu adalah perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.
Zul arham itu dapat dikelompokkan pada empat kelompok sesuai dengan garis keturunan:
a. Garis keturunan lurus ke bawah, yaitu: • Anak laki-laki atau perempuan dari anak perempuan dan
30 Dasar hukum adanya ahli waris 'ashabah ma'a ghairih ini adalah hadits Nabi dari lbnu Mas'ud menurut riwayat al-Bukhari ( Dari Ibnu Mas'ud ra. tentang anak perempuan, cucu perempuan dari saudara perempuan, Nabi menetapkan hak warisan untuk anak perempuan setengah, untuk cucu perempuan seperenam untuk melengkapi dua pertiga dan sisanya untuk saudara perempuan.).
Seri Studi Islam 117 Seri Studi Islam 117
keturunannya.
b. Garis keturunan lurus ke atas, yaitu: • Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas. • Ayah dari ihunya ibu dan seterusnya ke atas. • Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke atas.
c. Garis keturunan ke samping pertama, yaitu: • Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah
dan anaknya. • Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan
seterusnya ke bawah.
d. Garis keturunan ke samping kedua, yainr • Saudara perempuan (kandung, seayah atau seibu) dari ayah
dan anaknya. • Saudara laki-laki atau perempuan scibu dari ayah dan
seterusnya ke bawah. • Saudara laki-laki atau perempuan (kandung, seayah, seibu)
dari ibu dan seterusnya ke bawah. Tentang hak kewarisannya, menurut sebagian ulama mereka
adalah ahli waris yang berhak atas harta warisan bila pewaris tidak meninggalkan ahli waris zul furudh dan tidak ada pula ‘ashubah. Dasar permikiran mereka adalah ter dapatnya zul arham itu dalam al-
Quran al-Anfal ayat 75 31 .
Adapun cara pembagian harta warisan untuk ahli waris zul arham itu ada dua pendapat:
1. Secara penggantian, dalam arti dia menempati kedudukan ahli waris yang menghuhungkannya kepada pewaris. Umpamanya ahli waris adalah anak perempuan dari anak perempuan dan anak laki-laki dari saudara perempuan. Anak perempuan dari anak perempuan menggantikan anak perempuan mendapat 1/2. Anak laki-laki dari saudara perempuan menggantikan saudara perempuan yang menjadi ‘ashabah ma ‘a ghairih yaitu sisa harta (1/2)
31 Namun menurut sebagian ulama - termasuk pendapat yang kuat di kalangan Syafi'iyah - zaul arham tidak berhak menerima warisan. Harta warisan kelebihan dari hak zaul furudh yang tidak mempunyai ashabah atau sama sekali tidak ada ahli waris zul furudh dan ashabah diserahkan ke baitul maal.
118 Seri Studi Islam
2. Secara kedekatan, dalam arti tali hubungannya kepada pewaris lebih dekat dibandingkan dengan yang lain. Umpamanya ahli waris adalah anak perempuan dari anak perempuan dan anak laki-laki dari saudara perempuan. Dalam contoh ini yang berhak adalah anak perempuan dari anak perempuan, karena hubungannya kepada pewaris hanya melalui satu perantara yaitu anak, sedangkan anak laki-laki dari saudara perempuan melalui perantara saudara perempuan dan ayah.