PRANATA QURBAN
B. PRANATA QURBAN
1. Definisi Qurban
Kata qurban berasal dari bahasa Arab, artinya pendekatan diri, sedangkan maksudnya adalah menyembelih binatang ternak sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah. Arti ini dikenal dalam istilah Islam sebagai udhiyah. Udhiyah secara bahasa mengandung
dua pengertian, yaitu kambing yang disembelih waktu dhuha 10 dan kambing yang disembelih di hari ‘Idul Adha. Adapun makna secara istilah, yaitu binatang ternak yang disembelih di hari-hari Nahr dengan niat mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan syarat-syarat tertentu yang ditentukan oleh syara’. 11
2. Sejarah Qurban
Berqurban merupakan bagian dari syariat Islam yang sudah ada semenjak manusia ada. Ketika putra-putra nabi Adam AS diperintahkan berqurban. Maka Allah SWT menerima qurban yang baik dan diiringi ketakwaan dan menolak qurban yang buruk. Allah SWT berfirman:
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa” (QS Al-Maaidah 27).
Qurban lain yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah qurban keluarga Ibrahim AS, saat beliau diperintahkan Allah SWT untuk mengurbankan anaknya, Ismail AS. Disebutkan dalam surat As-
10 Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Imam As-Syafi’I, hlm. 571. 11 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 10.
192 Seri Studi Islam
Shaffat 102: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Kemudian qurban
ditetapkan oleh Rasulullah SAW sebagai bagian dari Syariah Islam, syiar dan ibadah kepada Allah SWT sebagai rasa syukur atas nikmat kehidupan.
3. Syariat dan Hukum Qurban
Hukum qurban menurut jumhur ulama adalah sunnah muakadah, sedangkan menurut Abu Hanifah adalah wajib. Bagi seorang muslim atau keluarga muslim yang mampu dan memiliki kemudahan sangat dianjurkan untuk berqurban. Jika tidak melakukannya, menurut pendapat Abu Hanifah, ia berdosa. Dan menurut pendapat jumhur ulama dia tidak mendapatkan keutamaan pahala sunnah. Allah SWT berfirman:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS Al- Kautsaar: 2).
“Siapa yang memiliki kelapangan dan tidak berqurban, maka jangan dekati tempat shalat kami” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Dalam hadits lain: “Jika kalian melihat awal bulan Zulhijah, dan seseorang di antara kalian hendak berqurban, maka tahanlah rambut dan kukunya (jangan digunting)” (HR Muslim).
Disyariatkannya qurban sebagai simbol pengorbanan hamba kepada Allah SWT, bentuk ketaatan kepada-Nya dan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Hubungan rasa syukur atas nikmat kehidupan dengan berqurban yang berarti menyembelih binatang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1) Bahwa penyembelihan binatang tersebut merupakan sarana memperluas hubungan baik terhadap kerabat, tetangga, tamu dan saudara sesama muslim. Semua itu merupakan fenomena
Seri Studi Islam 193 Seri Studi Islam 193
2) Sebagai bentuk pembenaran terhadap apa yang datang dari Allah SWT. Allah menciptakan binatang ternak itu adalah nikmat yang diperuntukkan bagi manusia, dan Allah mengizinkan manusia untuk menyembelih binatang ternak tersebut sebagai makanan bagi mereka. Bahkan penyembelihan ini merupakan salah satu bentuk pendekatan diri (ibadah) kepada Allah SWT, yang paling dicintai Allah SWT di hari Nahr, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari ‘Aisyah RA. bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr yang paling dicintai Allah melebihi menumpahkan darah (berqurban). Qurban itu akan datang di hari Kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan cepat sampai di suatu tempat sebelum darah tersebut menetes ke bumi. Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban”.
4. Ketentuan Hewan dan Pembagian Daging Kurban
1) Ketentuna Hewan Qurban
Adapun binatang yang boleh digunakan untuk berqurban adalah binatang ternak (Bahimatul An’am), seperti unta, sapi, kerbau, kibas, domba, dan kambing, baik jantan atau betina. 12 Sedangkan binatang selain itu seperti burung, ayam dan sebagainya tidak boleh dijadikan binatang qurban. Seekor kambing untuk korban satu orang dan dapat juga untuk satu keluarga. Karena Rasulullah SAW menyembelih dua kambing, satu untuk beliau dan keluarganya dan satu lagi untuk beliau dan umatnya. Sedangkan unta dan sapi dapat digunakan untuk tujuh orang, baik dalam satu keluarga atau tidak.
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka” (QS Al-Hajj 34).
12 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 20011), hlm. 11.
194 Seri Studi Islam
Dari Jabir bin Abdullah, berkata “Kami berqurban bersama Rasulullah SAW di tahun Hudaibiyah, unta untuk tujuh orang dan sapi untuk tujuh orang” (HR Muslim).
Binatang yang akan diqurbankan hendaknya yang paling baik, cukup umur dan tidak boleh cacat. Rasulullah SAW bersabda: “Empat macam binatang yang tidak sah dijadikan qurban: 1. Cacat matanya, 2. sakit, 3. pincang dan 4. kurus yang tidak berlemak lagi “ (HR Bukhari dan Muslim). “Janganlah kamu menyembelih binatang ternak untuk
qurban kecuali musinnah (telah ganti gigi, kupak) 13 . Jika sukar didapati, maka boleh jadz’ah (berumur 1 tahun lebih) dari domba.” (HR Muslim).
2) Pembagian Daging Qurban
Orang yang berqurban boleh makan sebagian daging qurban. Dan daging kurban disunnahkan dibagi tiga, yaitu sepertiga untuk dimakan dirinya dan keluarganya, sepertiga untuk tetangga dan teman, sepertiga yang lainnya untuk fakir miskin dan orang yang
minta-minta. 14 Tetapi orang yang berkurban karena nadzar, maka menurut mazhab Hanafi dan Syafi’i, orang tersebut tidak boleh makan daging qurban sedikitpun dan tidak boleh memanfaatkannya.
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi`ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS Al-Hajj 36).
Hadits Rasulullah SAW: “Jika di antara kalian berqurban, maka makanlah sebagian qurbannya” (HR Ahmad). Disebutkan dalam hadits
13 Musinnah adalah jika pada unta sudah berumur 5 tahun, sapi umur dua tahun dan kambing umur 1 tahun, domba dari 6 bulan sampai 1 tahun. 14 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 13.
Seri Studi Islam 195 Seri Studi Islam 195
5. Waktu dan Cara Penyembelihan Qurban
1) Ketentuan waktu
Waktu penyembelihan hewan qurban yang paling utama adalah hari Nahr, yaitu Raya ‘Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijah setelah melaksanakan shalat ‘Idul Adha bagi yang melaksanakannya. Adapun bagi yang tidak melaksanakan shalat ‘Idul Adha seperti jamaah haji dapat dilakukan setelah terbit matahari di hari Nahr. Adapun hari penyembelihan menurut Jumhur ulama, yaitu madzhab Hanafi, Maliki dan Hambali berpendapat bahwa hari penyembelihan adalah tiga hari, yaitu hari raya Nahr dan dua hari Tasyrik, yang diakhiri dengan tenggelamnya matahari. Pendapat ini mengambil alasan bahwa Umar RA, Ali RA, Abu Hurairah RA, Anas RA, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar RA mengabarkan bahwa hari-hari penyembelihan adalah tiga hari. Dan penetapan waktu yang mereka lakukan tidak mungkin hasil ijtihad mereka sendiri tetapi mereka mendengar dari Rasulullah SAW. 15
Sedangkan mazhab Syafi’i dan sebagian mazhab Hambali juga diikuti oleh Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa hari penyembelihan adalah 4 hari, Hari Raya ‘Idul Adha dan 3 Hari Tasyrik, yang disebut juga dengan al-ayyam al-maklumat (hari-hari yang ditentukan). Berakhirnya hari Tasyrik dengan ditandai tenggelamnya matahari. Pendapat ini mengikuti alasan hadits, sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW: “Semua hari Tasyrik adalah hari penyembelihan” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban). Al-Haitsami berkata: “Perawi hadits ini kuat”. Dengan adanya hadits shahih ini, maka pendapat yang kuat adalah pendapat mazhab Syafi’i. Pendapat ini juga diikuti oleh
Muhammadiyah. 16
2) Tata Cara Penyembelihan
Berqurban sebagaimana definisi di atas yaitu menyembelih hewan qurban, sehingga menurut jumhur ulama tidak boleh atau
15 Ibnu Qudamah , al-Mughni, 11:114. 16 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 12
196 Seri Studi Islam 196 Seri Studi Islam
Bagi orang yang berqurban dianjurkan mempersiapkan diri dengan membiarkan atau tidak mencukur rambutnya (rambut kepala, kumis, jenggot, dan sebaginya) dan tidak memotong kukunya (kuku kaki dan tangannya) sejak melihat awal zulhijjah sampai pelaksanaan
penyembelihan hewan kurbanya. 17 Dan bagi yang berqurban, diutamakan menyebelih hewan kurbanya sendiri, tetapi jika tidak bisa menyembelih sendiri diutamakan untuk menyaksikan penyembelihan tersebut, sebagaimana hadits riwayat Ibnu Abbas RA: “Hadirlah ketika kalian menyembelih qurban, karena Allah akan mengampuni kalian dari mulai awal darah keluar”.
Ketika seorang muslim hendak menyembelih hewan qurban, maka bacalah: “Bismillahi Wallahu Akbar, ya Allah ini qurban si Fulan (sebut namanya), sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW: “Bismillahi Wallahu Akbar, ya Allah ini qurban dariku dan orang yang belum berqurban dari umatku” (HR Abu Dawud dan At- Tirmidzi). Bacaan boleh ditambah sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan pada Fatimah AS:“Wahai Fatimah, bangkit dan saksikanlah penyembelihan qurbanmu, karena sesungguhnya Allah mengampunimu setiap dosa yang dilakukan dari awal tetesan darah qurban, dan katakanlah:” Sesungguhnya shalatku, ibadah (qurban) ku, hidupku dan matiku lillahi rabbil ‘alamiin, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan oleh karena itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang paling awal berserah diri” (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
6. Persoalan Seputar Qurban
1) Berqurban dengan Cara Patungan
Qurban dengan cara patungan, sebagaimana anak-anak sekolah
17 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 12.
Seri Studi Islam 197 Seri Studi Islam 197
عباس تنك :لاق هدج نع ،هيبأ نع ،ميلسلا دوسلا بأ نع انكردأف ،هرفس ف -مَّلسو هيلع للا َّلص- للا لوسر عم ةعبس ك عمجف ،-ملسو هيلع للا َّلص- للا لوسر انرمأف .حىضلا لوسر اي :انلقو .مهارد ةعبسب ةيحضأ انيتشاف ،امهرد انم لجر )اهنمسأو ،اهلاغأ اياحضلا لضفأ نإ( :لاقف .اهب انيلغ دقل ،للا لجر ذخأف ،-ملسو هيلع للا َّلص- للا لوسر انرمأ مث :لاق لجرو ،نرقب لجرو ،ديب لجرو ،ديب لجرو ،لجِرب لجرو ،لجِرب
Dari Abul Aswad As-Sulami dari ayahnya, dari kakeknya, berkata: Saat itu kami bertujuh bersama Rasulullah saw, dalam suatu safar, dan kami mendapati hari Raya ‘Idul Adha. Maka Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk mengumpulkan uang setiap orang satu dirham. Kemudian kami membeli kambing seharga 7 dirham. Kami berkata:” Wahai Rasulullah SAW harganya mahal bagi kami”. Rasulullah SAW bersabda:” Sesungguhnya yang paling utama dari qurban adalah yang paling mahal dan paling gemuk”. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan pada kami. Masing-masing orang memegang 4 kaki dan dua tanduk sedang yang ketujuh menyembelihnya, kemudian kami
198 Seri Studi Islam 198 Seri Studi Islam
2) Hukum Menjual Bagian Qurban
Orang yang berqurban tidak boleh menjual sedikitpun dari qurbannya seperti, kulit, daging, susu dan lain-lain. Jumhur ulama menyatakan hukumnya makruh mendekati haram, sesuai dengan hadits: Siapa yang menjual kulit hewan qurban, maka dia tidak berqurban. (HR Hakim dan Baihaqi). Kecuali dihadiahkan kepada fakir-miskin, atau dimanfaatkan maka dibolehkan. Menurut mazhab Hanafi kulit hewan qurban boleh dijual dan uangnya disedekahkan atau dibelikan sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhan fakir miskin. 18
3) Hukum Memberi Upah Tukang Jagal Qurban
Tidak diperbolehkan memberi upah tukang jagal dari hewan qurban, tetapi harus diambilkan dari dana lain. 19 Sesuai dengan hadits dari Ali RA: Rasulullah SAW memerintahkanku untuk menjadi panitia qurban (unta) dan membagikan kulit dan dagingnya. Dan memerintahkan kepadaku untuk tidak memberi tukang jagal sedikitpun. Ali berkata: “Kami memberi dari uang kami”. (HR Bukhari).
4) Hukum Berqurban Atas Nama Orang yang Meninggal
Berqurban atas nama orang yang meninggal jika orang yang meninggal tersebut berwasiat atau wakaf, maka para ulama sepakat membolehkan. Jika dalam bentuk nadzar, maka ahli waris berkewajiban melaksanakannya. Tetapi jika tanpa wasiat dan keluarganya ingin melakukan dengan hartanya sendiri, maka menurut mazhab Syafi’i tidak membolehkannya. Pendapat inilah yang diadopsi
oleh Muhammadiyah karena dianggap yang paling rajih (kuat). 20
18 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 13-14. 19 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 14. 20 Majelis Tarjih dan tajdid PP. Muuhammadiyah, Tuntunan ‘idain dan Qurban, hlm. 17-19.
Hanya saja jumhur ulama seperti mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali, berbeda pendapat, dimana mereka membolehkannya. Menurut mereka, hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW, beliau menyembelih dua kambing yang pertama untuk dirinya dan yang kedua untuk orang yang belum berqurban dari umatnya. Orang yang belum berqurban berarti yang masih hidup dan yang sudah mati.
Seri Studi Islam 199