PRINSIP-PRINSIP KETATANEGARAAN DALAM ISLAM

E. PRINSIP-PRINSIP KETATANEGARAAN DALAM ISLAM

1. Prinsip al-Musawah dan al-ikha (Persamaan dan Persaudaraan) Prinsip ini mengandung pengertian persamaan dan

persaudaraan. 26 Dalam sejarah kepemimpian Nabi Muhammad di Madinah, prinsip persamaan dan persaudaraan ini oleh nabi

25 Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: LESFI, 2004), hlm 26 Prof. Dr. Muhaimin, MA, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Pranada Media, 2007), hlm. 345-349.

Seri Studi Islam 217

SAW dipraktekkan ketika ia menyusun piagam Madinah. Dimana nabi mengakui adanya perbedaan latar belakang agama dan suku, sehingga implikasinya ada hak dan kewajiban yang sama bagi seluruh masyarakat. Islam menganut prinsip persamaan dihadapan hukum dan penciptanya, yang menjadi pembedanya adalah kualitas ketaqwaan individu. Keberpihakan Islam pada prinsip persaudaraan dan persamaan didasarkan pada tujuan yang hendak diraih yakni adanya pengakuaan terhadap persaudraan semesta dan saling menghargai diantara sesama umat manusia sehingga dapat tercipta kehidupan yang toleran dan damai. Didalam al-Qur’an dijelaskan pada Q.S. al-Hujarat (49): 13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

2. Prinsip al-Amanah (akuntabilitas) Dalam konteks kehidupan bernegara dan berbangsa, amanah

merupakan amanah rakyat yang diberikan kepada seorang pemimpin untuk menjalankan roda pemerintah yang didalamnya terkandung nilai-nilai kontrak sosial. Bagi pengemban amanah harus mampu menjalankan titah rakyat sekaligus harus mampu menjadi pelayan rakyat dan wajib hukumnya untuk berlaku adil. Prinsip ini harus dipelihara dan dijalankan dengan penuh tanggung jawab bagi seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahan. Pentingnya prinsip ini dalam al-Qur’an dijelaskan dalam surat an-Nisa’ ayat (4):

58 Allah swt berfirman.

218 Seri Studi Islam

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”.

3. Prinsip as-Salam (Perdamaian) Kedamaian merupakan tujuan dari suatu negara. Islam sebagai

agama rahmatan lilalamin mengedepankan prinsip perdamaian dalam segala aspek kehidupan, sesuai dengan tujuan risalah yang dibawa oleh nabi Muhammad tersebut. Maka dalam doktrin politik Islam prinsip perdamaian merupakan prinsip yang ditegakkan. Sesuai dengan firman Allah swt dalam al-qur’an Q.S. al-Anfal (8):61.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

4. Prinsip at-Tasamuh (Toleransi) Sikap toleran merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap

individu didalam kehidupan bernegara dan berbangsa, karena dalam suatu negara akan terdiri dari berbagai macam agama, suku dan bahasa. Kemajemukan atau pluralitas merupakan sunnah Allah. Sehingga setiap individu harus mampu bersikap toleran terhadap keyakinan orang lain. Prinsip ini berlaku universal, sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama warga negara bukan saja terhadap sesame pemeluk Islam tetapi prinsip ini harus berlaku lintas agama dan suku. Sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S. al-Kafirun (109): 6.

“Bagimu agama-mu, bagiku agamaku”

5. Prinsip al-huriyah (kebebasan) Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan bagian

dari hak azasi manusia yang harus dibiarkan tumbuh oleh suatu pemerintahan. Secara fitrah manusia sudah dibekali dengan daya intelektualitas dan kebebasan untuk memilih suatu keyakinan

Seri Studi Islam 219 Seri Studi Islam 219

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”.

Kebebasan dapat diperinci sebagai berikut, yaitu (1) Kebebasan berfikir, agar manusia terbebas dari keraguan taqlid buta bahkan

Islam mendorong untuk bebas memikirkan tentang alam semesta, tentang dirinya, tentang apa yang dilihat dan didengar. (2) Kebebasan beragama, Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menganut agama yang dia kehendaki dan tidak seorangpun bisa memaksa baik dengan kekerasan ataupun dengan cara halus untuk berpindah agama, tidak ada paksaan dalam agama. (3) Kebebasan menyatakan pendapat, berkaitan dengan hal-hal al-akhlaq al-karimah dan kemaslahatan umum dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar menjadi wajib. (4) Kebebasan menuntut ilmu, merupakan sebab akibat dari kebebasan berpikir. Bahkan, menuntut ilmu menjadi suatu kewajiban dalam keadaan tertentu yaitu apabila berkaitan dengan ilmu-ilmu yang diistilahkan dengan fardhlu ain. Sedangkan ilmu dikategorikan dengan fardlu kifayah, yaitu ilmu untuk kemaslahatan masyarakat dan ilmu kategori kedua ini banyak macamnya dan terus berkembang. Dan (5) Kebebasan memiliki harta, baik benda tetap maupun benda bergerak dalam batas-batas yang dibolehkan dalam fiqh siyasah maliyah. 27

6. Prinsip at-Tasyawur/as-Syura (musyawarah) Prinsip musyawarah merupakan prinsip yang diajarkan oleh al-

Qur’an dan nabi Muhammad yang dijadikan etika politik didalam kehidupan bernegara dan berbangsa yang menjadi media untuk

mufakat apabila terjadi perselisihan pendapat. 28 Melalui musyawarah

27 Dr. Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah, alih bahasa Abdus Salam Syakur,Lc., (Solo: Citra Islami press, 1997), hlm.128 28 Kajian tentang syura yang cukup konprehensif dilakukan oleh Dr. Taufik Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997).

220 Seri Studi Islam 220 Seri Studi Islam

dan dipertimbangkan berdasarkan alasanalasan yang rasional. 29

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

kepada-Nya. (QS Ali Imron: 159) َ

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (QS al-Syura: 38)

7. Prinsip al-‘adalah (keadilan, keseimbangan, dan moderasi) Prinsip ini mengandung pengertian penegakan keadilan.

Keadilan harus ditegakkan tanpa diskriminasi, penuh kejujuran dan ketulusan serta integritas. Keadilan merupakan prinsip yang yang sangat fundamental dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, baik dibidang hukum, ekonomi, politik dan budaya. Karena sikap adil tersebut merupakan bagian dari pentingnya keberadaan suatu hukum

29 Dr. Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah, hlm. 136.

Seri Studi Islam 221 Seri Studi Islam 221

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS an-Nisa: 58)

8. Prinsip al-Tha’ah (Ketaatan) Ketaatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi tegaknya

sebuah pemerintahan yang baik dan teratur. Tanpa adanya kepatuhan dan ketaatan dari seluruh elemen masyarakat dan juga penyelenggara Negara, maka tidak akan terwujud Negara dan pemerintahan yang

baik (good governance). ُ

30 Dr. Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam, hlm.144-149.

222 Seri Studi Islam

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS an-Nisa: 59)