PRANATA AQIQAH
A. PRANATA AQIQAH
1. Pengertian
Aqiqah berasal dari bahasa Arab ةقيقع, (‘aqiqah) yang berarti memutus dan melubangi dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan ada yang mengatakan bahwa akikah adalah nama bagi hewan yang disembelih, serta dikatakan juga bahwa akikah merupakan
rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. 1 Adapun maknanya secara syari’at adalah hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan. Pengertian istilah yang lain, ‘aqiqah berarti menyembelih kambing pada hari ketujuh (dari kelahiran seorang bayi) sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat Allah swt berupa kelahiran seorang
anak. 2
2. Hukum Aqiqah
Berkaitan dengan masalah hokum aqiqah, di antara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut Abdullah Nasih ullwan paling tidak ada tiga pendapat tentang aqiqah tersebut, yaitu (1) bahwa
1 Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Imam As-Syafi’i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadis, (Jakarta: Almahira, 2010, Jilid 1: 575. 2 Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. 85.
Seri Studi Islam 187 Seri Studi Islam 187
tidak disyariatkan. 3
2.1. Pendapat yang menyatakan aqiqah adalah Wajib
Beberapa ulama seperti Imam Hasan Al-Bashri dan Imam al-Laits, berpendapat bahwa hukum ‘aqiqah adalah wajib. Sabda Rasullullah sallallahu ‘alayhi wasallam:
“Setiap bayi itu tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih untuknya pada hari ketujuh dan dicukur kepalanya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud)
Berdasarkan hadits di atas, mereka berpendapat bahwa hadits ini menunjukkan dalil wajibnya ‘aqiqah dan menafsirkan hadits ini bahwa seorang anak tertahan syafaatnya bagi orang tuanya hingga ia di-’aqiqah-i.
2.2. Pendapat yang menyatakan aqiqah adalah Sunnah
Mayoritas ulama, seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan Imam Malik, menyatakan bahwa status hukum ‘aqiqah adalah sunnah. Mereka tidak sependapat dengan yang mengatakan wajib, dengan menyatakan bahwa seandainya ‘aqiqah wajib, maka kewajiban tersebut menjadi suatu hal yang sangat diketahui oleh agama. Dan seandainya ‘aqiqah wajib, maka Rasulullah saw juga pasti telah menerangkan akan kewajiban tersebut. 4 Disampaing, itu menurut mereka bahwa aqiqah itu dihubungkan dengan kesukaan bagi orang yang melakukanya, sehingga sangat jelas bahwa aqiqah hanya sunnah saja. 5
لوسر لئس« : لاق هدج نع هيبأ نع - بيعش نب ورمع نع َُللا ُّبيلا : لاقف ؟ ةقيقعلا نع -ملسو هيلع للا لص- للا
3 Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 87-89 4 Sayid sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: )hlm. Lihat juga Prof. Dr. Nasrun Haroen, Ensiklopedi
Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), I: 81. 5 Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, hlm. 87.
188 Seri Studi Islam
وبأ دازو .ئياسنلا هجرخأ- .»ةاش ةيرالا نعو، يتاش ملاغلا دواد
Rasulullah SAW ditanya tentang aqiqah. Rasulullah menjawab: “Allah tidak menyukai aqiqah-aqiqah itu, barang siapa seorang anak, lalu ia menyukai untuk melakukan ibadah kepada Allah atas dirinya (mengaqiqahkanya), maka hendaklah ia melakukanya. (HR An-Nasa’i dan Abu Dawud)
2.3. Pendapat yang menyatakan aqiqah tidak disyariatkan
Ada juga sebagian ulama yang mengingkari disyariatkannya (masyru’iyyat) ‘aqiqah. Mereka yang berpendapat demikian itu pada umumnya adalah ahli fiqh mazhab hanafi. Alasan utamanya adalah berdasarkan yang diriwayatkan oleh Imam An-nasa’i di atas, yaitu ungkapan bahwa “Allah tidak menyukai” mengindikasaikan bahwa aqiqah itu tidak di syariatkan (ghairu masyru’iyyat).
: لاقف ؟ ةقيقعلا نع -ملسو هيلع للا لص- للا لوسر لئس َقوُقُعلا َُللا ُّبيلا
“Rasulullah ditanya tentang aqiqah. Rasulullah menjawab: “Allah tidak menyukai aqiqah-aqiqah itu”.
Berdasarkan analisis berbagai dalil yang ada, pendapat mayoritas ulama lebih utama untuk diterima karena dalil-dalilnya (rajih/kuat), bahwa ‘aqiqah adalah sunnah. Bagi seorang ayah yang mampu hendaknya menghidupkan sunnah ini hingga ia mendapat pahala. Dengan syariat ini, ia dapat berpartisipasi dalam menyebarkan rasa cinta di masyarakat dengan mengundang para tetangga dalam
walimah ‘aqiqah tersebut. 6
3. Waktu Aqiqah
Mengenai kapan ‘aqiqah dilaksanakan, Rasulullah saw bersabda,
6 Wahbah az-zuhaili menyebutkan bahwa ada hal-hal lain dilakukan terhadap anak yang baru dilahirkan selain aqiqah, yaitu: (1) Memberi nama, (2) Mencukur Rambut, (3) Men-tahnik, yaitu mengoleskan manisan ke dalam mulut bayi seperti kurma atau yang lainya, (4) Memberi ucapan selamat dengan mendoakanya, dan (5) mengkhitan anak pada hari ketujuh. Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Imam As-Syafi’i:hlm. 577-579.
Seri Studi Islam 189
“Seorang anak tertahan hingga ia di-’aqiqah-i, (yaitu) yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan diberi nama pada waktu itu.” Hadits ini menerangkan bahwa ‘aqiqah mendapatkan kesunnahan jika disembelih pada hari ketujuh. Sayyidah Aisyah ra dan Imam Ahmad berpendapat bahwa ‘aqiqah bisa disembelih pada hari ketujuh, atau
hari keempat belas ataupun hari keduapuluh satu. 7 Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa sembelihan ‘aqiqah pada hari ketujuh hanya sekedar sunnah, jika ‘aqiqah disembelih pada hari keempat, atau kedelapan ataupun kesepuluh ataupun sesudahnya maka hal itu dibolehkan.
4. Jumlah Hewan Aqiqah
Imam Malik berpendapat bahwa ‘aqiqah anak laki-laki sama dengan ‘aqiqah anak perempuan, yaitu sama-sama 1 ekor kambing. Pendapat ini berdasarkan riwayat bahwa Rasulullah saw meng- ’aqiqah-i Sayyidina Hasan dengan 1 ekor kambing, dan Sayyidina
Husein dengan 1 ekor kambing. 8 Dapat disimpulkan bahwa jika seseorang berkemampuan untuk menyembelih 2 ekor kambing bagi ‘aqiqah anak laki-lakinya, maka sebaiknya ia melakukannya, namun jika tidak mampu maka 1 ekor kambing untuk ‘Aqiqah anak laki- lakinya juga diperbolehkan dan mendapat pahala.
Dalam penyembelihan ‘aqiqah, banyak hal yang perlu diperhatikan, di antaranya, sebaiknya tidak mematahkan tulang dari sembelihan ‘aqiqah tersebut. ‘Aqiqah sah jika memenuhi syarat seperti syarat hewan qurban, yaitu tidak cacat dan memasuki usia yang telah disyaratkan oleh agama Islam. Seperti dalam definisi tersebut di atas, bahwa ‘aqiqah adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran seorang anak, sebagai rasa syukur kepada Allah. Tetapi boleh juga mengganti kambing dengan unta atau sapi dengan syarat unta atau sapi tersebut hanya untuk satu anak saja, tidak seperti kurban yang mana dibolehkan untuk 7 orang. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa ‘aqiqah hanya boleh dengan menggunakan kambing saja, sesuai dalil-dalil yang datang dari Rasulullah saw.
Ada perbedaan lain antara ‘aqiqah dengan qurban, kalau daging qurban dibagi-bagikan dalam keadaan mentah, sedangkan ‘aqiqah
7 Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Imam As-Syafi’i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadis, (Jakarta: Almahira, 2010, Jilid 1: 576.
8 Imam Malik bin Anas, Al-Muwatha’ Imam Malik, alih bahasa Nur Alim dkk, (Jakarta: Pustaka Azam, 2006), hlm. 632.
190 Seri Studi Islam 190 Seri Studi Islam
5. Hikmah Akikah
Akikah Menurut Syaikh Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad Fil Islam memiliki beberapa hikmah di antaranya: 9
1. Menghidupkan sunah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.
2. Dalam akikah ini mengandung unsur perlindungan dari Syaitan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadis, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan akikahnya.” Sehingga Anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak.
3. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: “Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan akikahnya)”.
4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lahirnya sang anak.
5. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari’at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
6. Akikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat.
9 Dr. Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, hlm. 99.
Seri Studi Islam 191