Dasar Hukum Wakaf

2. Dasar Hukum Wakaf

Secara umum tidak ditemukan ayat dalam al-Quran yang menerangkan hukum wakaf secara jelas. Dalil-dalil dari al-Quran yang dijadikan sebagai dasar bagi disyariatkannya wakaf adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Hal ini dapat dimaklumi mengingat wakaf merupakan bagian dari infaq fi sabilillah

yang dianjurkan oleh Islam. 15 Kata infaq fisabilillah atau menafkahkan harta di jalan Allah bersifat umum, yaitu mencakup semua bidang kemaslahatan, baik bidang keagamaan murni maupun bidang sosial. Wakaf termasuk infak di jalan Allah sebab manfaat yang diperoleh dari wakaf disalurkan kepada bidang-bidang tersebut.

11 Redaksi aslinya sebagai berikut: ِةَرَم َلثا ُلْيِبْسَتَو ِلْصلا ُسْيِبَْت 12 Qahaf, Munzir, al-Waqf al-Islami, hlm. 62 13 Definisi tersebut merupakan terjemahan dari redaksi berbahasa Arab yang disebutkan oleh

Asy-Syarbini di atas dan juga oleh San’ani dalam Subul as-Salam (1988: 3/167). Hanya saja, dalam redaksi Shan’ani tidak disebutkan kata “ دوجوم” (yang ada).

14 (http://bw-indonesia.net) Diakses pada hari Ahad, 20 Maret 2011, pukul 23.45 15 Ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan kata-kata infak diantaranya Surat al-Baqarah: 167, Surat Ali ‘Imran: 92, Surat al-Baqarah: 261. Infak yang diperintahkan dalam Surat al-Baqarah: 167 dimaknai sebagai sedekah (Kasir, 1994: 1/294). Sedangkan wakaf termasuk sedekah.

72 Seri Studi Islam

Selain ayat-ayat yang menerangkan infaq fi sabilillah, ayat-ayat lain yang dapat dijadikan dalil bagi disyariatkannya wakaf adalah ayat- ayat yang memerintahkan berbuat kebaikan atau al-khair. Kata al-khair dalam ayat-ayat berikut dimaknai sebagai perbuatan yang hukumnya

sunnah, termasuk wakaf. 16 Dalil mengenai wakaf secara lebih detail terdapat dalam hadis. Terdapat banyak hadis yang menjelaskan

disyariatkannya wakaf, diantaranya adalah sebagai berikut: َ َ َ

Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar, bahwa ‘Umar Ibn Khattab memperoleh tanah (kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, seraya berkata, “Wahai Rasulullah saya memperoleh tanah yang belum pernah saya peroleh harta yang lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut, maka apa yang engkau perintahkan (kepadaku) mengenainya?” Nabi SAW menjawab, ”Jika mau, kamu tahan pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya)”. Ibnu ‘Umar berkata, “Maka ‘Umar menyedekahkan tanah tersebut (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan, yaitu kepada orang-orang fakir, kerabat, riqab (hamba sahaya), sabilillah, tamu dan ibn sabil. Tidak berdosa bagi orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma’ruf (wajar) atau memberi makan seorang teman, dengan tanpa menjadikannya sebagai harta hak milik. 17

16 Di antara ayat yang menggunakan kata al-khair adalah Surat Ali ‘Imran: 115 dan Surat al-Hajj: 77. 17 Hadis ini disebutkan dalam : بتكي فيك فقولا باب, nomor bab 28 dari kitab al-Washaya, nomor hadis 2772. (al-‘Asqalani, 2000: 5/501), Shahih Muslim, Kitab al-Wasiyah, Bab al-

Seri Studi Islam 73

Hadis ‘Umar ini adalah hadis yang paling populer dalam kajian wakaf sehingga tidak salah jika Ibnu Hajar menyebutnya sebagai asl (asal/dasar) bagi disyariatkannya wakaf. Berdasarkan hadis ini pula Ibn Hajar menyebutkan pendapat yang mengatakan bahwa wakaf ‘Umar ini merupakan wakaf yang pertama kali terjadi dalam sejarah Islam. 18

Hadis mengenai wakaf masjid, diterangkan dalam riwayat Anas ibn Malik, ia berkata:

Waqfi, nomor hadis 1632, juz 6, halaman 72, dan Sunan Tirmizi, Kitab al-Ahkam, Bab Fi al-Waqfi, nomor hadis 1375, juz 5, halaman 659.

18 Wakaf merupakan karakteristik ajaran agama Islam. Ketika mengutip pendapat al-Imam asy-Syafi’i yang menyatakan bahwa kaum Jahiliyah tidak pernah melakukan wakaf, ad-Dasuqi (1996: 5/455) mengatakan bahwa bahwa apa yang dilakukan kaum Jahiliyah pada masa dahulu seperti membangun Ka’bah dan membuat sumur Zamzam tidak disebut wakaf sebab dilakukan atas dasar tafakhur (untuk kebanggaan) bukan tabarrur (sebagai kebaikan).

74 Seri Studi Islam

Nabi SAW tiba di Madinah, Beliau singgah di kawasan yang agak tinggi di kota itu, yaitu sebuah tempat yang bernama Bani ‘Amru Ibn ‘Auf. Nabi SAW tinggal bersama mereka selama empat belas malam, kemudian beliau mengirim utusan supaya memanggil (pemimpin) Bani an-Najjar, lalu mereka pun mendatanginya dengan menenteng pedang-pedang mereka. Seakan-akan, aku melihat Nabi SAW berada di atas kendaraannya dan Abu Bakar berada di belakang, sementara Bani al-Najjar mengelilinginya. Nabi SAW membiarkan untanya itu membawanya hinggalah tiba di halaman rumah milik Abu Ayyub. Beliau senang mengerjakan shalat walau di mana saja bila tiba waktu shalat, lalu beliau shalat di dalam tempat pemeliharaan kambing. Beliau memerintahkan agar membangun masjid, lalu mengirim (utusan) untuk memanggil sekelompok Bani al-Najjar, seraya berkata, “Wahai Bani al-Najjar, berikan tawaran (harga) kebun kalian ini kepadaku?” Mereka menjawab, “ Tidak. Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali hanya kepada Allah”. Lalu, Anas berkata, “Pada tempat itu, seperti apa yang aku katakan, terdapat kuburan orang-orang musyrik, ada reruntuhan bangunan dan ada pohon korma. Nabi SAW memerintahkan agar membongkar kuburan orang-orang musyrik itu, meratakan bangunan dan memotong pohon korma. Lalu mereka menjadikan pohon korma tersebut sebagai arah kiblat dan sebuah batu besar sebagai bahu pintu gerbang. Mereka memindahkan batu besar itu sambil mengalunkan syair dan Nabi SAW bersama mereka, beliau bersabda, “Ya Allah, tidak ada kebaikan melainkan kebaikan akhirat, maka ampunilah orang-orang al-Anshar dan orang-orang al- Muhajirin”. 19

Dalam hadis ini tidak disebutkan kata wakaf atau sedekah. Makna wakaf diambilkan dari jawaban Bani al-Najjar terhadap permintaan Rasulullah SAW agar mereka menentukan harga tanah mereka. Mereka menjawab, “Kami tidak meminta harganya kecuali hanya

19 Hadis ini disebutkan dalam kitab al-Shalat, bab ةيلهالجا كيشرم روبق شبنت له nomor bab 48, nomor hadis 428 (al-‘Asqalani, Fath al-Bari Syarh Sahih Bukhari, Bairut: Dar al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 2000), 1:689-690.

Seri Studi Islam 75 Seri Studi Islam 75

Apabila anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya. 21

Oleh Muslim, hadis ini ditempatkan dalam Bab Wakaf, sebab ia menafsirkan kata shadaqah jariyah sebagai wakaf. 22