Pengertian Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari “waqafa” yang berarti “habasa”. Dalam kamus Lisan al-‘Arab, kalimat “habasahu” berarti
“dia telah menahanannya”. 1 Menurut Qahaf, kata “habs” dan “waqf ” merupakan dua kata yang paling banyak digunakan ahli fikih untuk menyebut kata wakaf. 2 Qahaf menyimpulkan bahwa secara etimologis kata “waqf ” dan “habs” berarti menahan sesuatu dari konsumsi dan melarang seluruh manfaat atau keuntungan dari selain pihak yang menjadi sasaran wakaf. 3
Dalam istilah fikh, terdapat beberapa perbedaan rumusan mengenai definisi wakaf. Sebagian perbedaan ini bersifat redaksional dan sebagian lainnya berkaitan dengan pandangan mereka mengenai hukum wakaf, diantaranya berkaitan dengan bentuk harta yang boleh diwakafkan, sifat wakaf apakah langgeng atau sementara, prinsip wakaf yang berkaitan dengan pemindahan hak milik (lazim) atau
1 Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab t.th.: 6/44 2 Qahaf, Munzir, al-Waqf al-Islami: Tatawwuruhu, Idaratuhu, Tanmiyyatuhu, (Damaskus: Dar
al-Fikr, 2006) hlm. 54. 3 Qahaf, Munzir, al-Waqf al-Islami.., hlm. 55.
Seri Studi Islam 69 Seri Studi Islam 69
1) Imam As-Syarbini, salah seorang ulama mazhab Syafi’i mengartikan wakaf dengan:
“Menahan harta yang bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh wakif untuk diserahkan kepada nazhir yang dibolehkan oleh syariah.” 4
2) Imam Ibn Qudamah, salah seorang ulama mazhab Hanbali
mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana: َ َ
“Menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan.” 5
Definisi wakaf dari kedua mazhab di atas memiliki kedekatan makna, yaitu seseorang menahan harta miliknya kemudian melepaskan kepemilikannya dari waqif (pewakaf), dengan maksud agar harta tersebut dapat dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut, dengan niat taqarrub kepada Allah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wakaf bersifat langgeng sehingga harta yang habis dikonsumsi, seperti makanan, tidak boleh diwakafkan.
3) Imam as-Shawi, salah seorang ulama mazhab Maliki, memberikan definisi sebagai berikut:
4 Asy-Syarbini, Syamsuddin Muhammad ibn Muhammad al-Khatib, Mugni al-Muhtaj ila Ma’rifah Alfaz al-Minhaj, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 3:522. 5 Ibn Qudamah, al-Mugni, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah t.th), 6:185.
70 Seri Studi Islam
“Wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu akad (shigah) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan wakif. 6
Dalam mazhab Maliki, wakaf tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari pada kepemilikan wakif, 7 namun wakaf mencegah
wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta itu kepada pihak yang lain, dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya, serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Kelebihan dari definisi ini adalah memberikan peluang
bagi wakaf muaqqat. 8 Ini kelebihan bagi definisi wakaf, sebab saat ini diiukuti oleh mayoritas ulama kontemporer.
4) Ibn ‘Abidin, salah seorang ulama mazhab Hanafi mengartikan wakaf sebagai:
“Menahan materi benda (al-‘ain) milik wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan.”. 9
Berdasarkan definisi ini wakaf dapat dimaknai sebagai akad menyumbangkan manfaat dan tidak berdampak pada lepasnya kepemilikan harta wakaf dari wakif sehingga ia boleh menariknya kembali. Wakif juga boleh menjualnya dan jika wafat maka harta itu menjadi harta warisan bagi ahli warisnya.
5) Definisi Kontemporer Definisi wakaf juga dijelaskan oleh ulama fikih kontemporer seperti
Nazih Hammad dan Munzir Qahaf. Nazih Hammad, 10 mendefinisikan
6 ash-Shawi, 1995: 4/91-10 7 al-Hattab, Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Muhammad ibn ‘Abdurrahman al-Magribi al- Ma’ruf bi, 1995, Mawahib al-Jalil li Syarh Mukhtasar Khalil, Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995), 7:626.
8 al-Hattab, Mawahib al-Jalil li Syarh Mukhtasar Khalil, 7:626. secara tegas menyatakan bahwa wakaf tidak disyaratkan tabid (langgeng).
9 Abidin, Muhammad Amin Asy-Syahir bi Ibn, Rad al-Muhtar ‘Ala ad-Dur al-Mukhtar Syarh Tanwir al-Absar, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 6:519.
10 Hammad, Nazih, Mu’jam al-Mustalahat al-Iqtisadiyyah fi Lugati al- Fuqaha, Virginia: al- Ma’had al-‘Alami li al-Fikri al-Islami, 1995), hlm. 353.
Seri Studi Islam 71 Seri Studi Islam 71
Menurut definisi Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual, memberikan, atau mewariskannya, untuk disalurkan (hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram)
yang ada. 13 Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah. 14