HUKUM MEMPELAJARI DAN MENGAJARKAN ILMU WARIS
D. HUKUM MEMPELAJARI DAN MENGAJARKAN ILMU WARIS
Kewarisan dalam konsep Islam secara umum adalah bersifat tauqify bukan ijtihadi yaitu suatu ketentuan yang bersifat tetap dari
mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar. Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui nama bapak-bapak mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu …
13 Contoh persoalan kewarisan yang tidak disebutkan didalam al Qur’an antara lain 1). Hadits riwayat Bukhari dan Muslim mengajarkan bahwa ahli waris laki-laki yang lebih dekat kepada pewaris lebih berhak atas sisa harta warisan, setelah diambil bagian ahli waris yang mempunyai bagian-bagian tertentu. 2) Hadits riwayat Ahmad menyebutkan bahwa Nabi memberikan bagian warisan kepada dua nenek perempuan 1/6 harta warisan dibagi dua.
3) Hadits riwayat Ahmad mengajarkan bahwa anak dalam kandungan berhak waris setelah dilahirkan dalam keadaan hidup yang ditandai dengan tangisan kelahiran.
Seri Studi Islam 105
Allah SWT, tanpa disertai ‘illat, karena bukan hasil interprestasi, pemikiran dan rasionalisasi manusia. Manusia tidak diperbolehkan intervensi dalam menentukannya, karena itu merupakan absolut
menjadi otoritas Allah. 14
Secara universal, manusia itu memiliki orientasi dan cinta terhadap harta sehingga persoalan harta benda adalah sesuatu yang serius sekaligus riskan. Oleh karena itu kewarisan merupakan salah satu tema yang dijelaskan di dalam al Quran secara jelas (sharih), pasti (qath’i) dan rinci (tafshil). Hal ini menunjukan bahwa Islam secara preventif, solutif sekaligus antisipatif membuat norma dan aturan yang tegas agar harta yang ditinggalkan orang yang mati tidak menjadi sumber konflik diantara manusia. 15
Membagi kewarisan sesuai dengan aturan Islam adalah bagian dari hudud, 16 yaitu sebuah ketetapan yang bila dilanggar akan melahirkan dosa besar yang sanksinya adalah kekal dalam siksa neraka. Oleh karenanya kedudukan Ilmu Faraidh bagi umat Islam adalah sangat urgen dan signifikan bahkan menurut sebagian besar ulama dikatakan sebagai separoh Ilmu.
Ada beberapa dalil yang menjadi argumentasi shahih tentang urgensinya kedudukan ilmu pembagian waris ( faraidl ) ini diantaranya adalah hadis Ahmad dan Nasa’i:
“Pelajarilah Al-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang-orang, pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah ilmu itu kepada orang-orang, karena
14 Pasha, Mustafa Kamal, Fikih Islam Sesuai Dengan Putusan Majelis Tarjih, ( Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri, 2003 ), hlm, 322.
15 Anwar, Moh, Fikih Islam : Mu’amalah, Munakahat, Faroid dan Jinayah ( Hukum Perdata dan Pidana Islam Beserta Kaedah – Kaedah Hukumny , ( Bandung : PT Al Ma’arif, 1988) hlm, 202. 16 Lihat al Qur’an dan Terjemahannya QS An Nisa : 13 – 14 Artinya ( Itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. ).
106 Seri Studi Islam 106 Seri Studi Islam
Hadis tersebut menunjukkan perintah wajib. Kewajiban mempelajari dan mengajarkan ilmu itu gugur apabila ada sebagian orang yang telah melaksanakannya. Jika tidak ada seorang pun yang
melaksanakannya, maka seluruh umat Islam menanggung dosa. 17 Dalam kata lain adanya kewajiban untuk menjalankan syariat Islam dalam perkara waris maka wajib (wajib kifayah) pula hukum belajar
dan mengajarkan ilmu faraidh. 18
Beberapa riwayat lain juga menunjukan bahwa ilmu pembagian waris (faraidl) memiliki uregnsi dan signifikansi yang sangat penting. Hal itu dikarenakan pembagian waris harus dilakukan dengan hati- hati. Jangan sampai orang yang berhak untuk mendapatkan hak waris menurut syariat Islam, menjadi tidak mendapatkan hak warisnya, dan sebaliknya malah orang yang tidak berhak menjadi mendapatkan harta waris. Tentunya pembagian harta waris ini tidak dapat dilakukan dengan adil berdasarkan syariat Islam, kecuali jika ada pemahaman yang tinggi terhadap ilmunya.