Istilah dan Permasalahan-Permasalahan yang Berhubungan dengan Perceraian

G. Istilah dan Permasalahan-Permasalahan yang Berhubungan dengan Perceraian

1. Syikak

Syikak adalah perselisihan yang tajam dan pertengkaran terus menerus antara suami istri yang tidak memungkinkan lagi mereka hidup berumah tangga. Kalau terjadi shikak, harus dibentuk hakam (pendamai) seorang dari pihak laki-laki dan seorang dari pihak perempuan. Tugas hakam adalah mendamaikan perselisihan antara suami istri. Jika usaha hakam tidak berhasil, pengadilan dapat memutuskan apakah suami yang menjatuhkan talak atau istri yang meminta khulu’. Perceraian yang terjadi karena syikak tidak dapat

dirujuk kembali 37 .

2. Iddah

Iddah adalah masa menanti yang diwajibkan atas perempuan yang diceraikan suaminya (cerai hidup atau cerai mati), yang manfaatnya supaya diketahui kandungannya berisi atau tidak untuk dibolehkan menikah kembali dengan laki-laki lain. Adapan lama masa iddah adalah sebagai berikut:

a. Iddah karena suami wafat: (1) bagi istri yang sedang hamil, baik sudah campur dengan suaminya yang wafat atau belum, masa iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari (QS. Al-Baqarah:234), (2) bagi istri yang sedang hamil, masa iddahnya adalah samapai

37 Di Indonesia fungsi hakam, digantikan oleh BP4 (badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian), yang bertujuan untuk mempertinggi nilai perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang dan mewujudkan susunan rumah tangga yang bahagia, sejahtera sepanjang tuntunan ajaran Islam (Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000, hlm. 327).

Seri Studi Islam 153 Seri Studi Islam 153

b. Iddah karena talak, fasakh, dan khulu’: (1) bagi istri yang belum campur dengan suami yang baru saja bercerai dengannya, tidak ada masa iddah (QS. Al-ahzab: 49). (2) bagi istri yang sudah campur, masa iddahnya adalah: (a) bagi yang masih mnestruasi, masa iddahnya adalah tiga kali suci (QS. Al-baqarah:228), (b) bagi istri yang tidak mengalami menstruasi misalnya manopouse atau belum cukup umur, masa iddahnya ialah tiga bulan (QS At- Talaq: 4). (c) bagi istri yang sedang mengandung, masa iddahnya ialah sampai dengan melahirkan (QS At-Talaq:4).

Hak perempuan dalam masa iddah

a. Perempuan yang taat dalam iddah raj’iyah berhak menerima tempat tinggal, pakaian, dan segala keperluan hidupnya dari yang menalaknya (bekas suaminya), kecuali istri yang durhaka (nusyuz), tidak berhak menerima apa-apa.

b. Perempuan yang dalam iddah bain, kalau mengandung, ia berhak juga atas kediaman, nafkah dan pakaian (QS At-Talaq:6)

c. Perempuan dalam iddah bain (kubra maupun sughra) yang tidak hamil, hanya berhak mendapat tempat tinggal saja, tidak lainnya. (QS At-Talaq: 6).

d. Perempuan yang dalam iddah wafat, mereka tidak mempunyai hak sama sekali meskipun dia mengandung, karena dia dan anak yang berada dalam kandungannya telah mendapat hak warisan dari suaminya yang meninggal dunia itu.

3. Li’an

Li’an adalah sumpah suami atau istri yang menuduh pasangannya berzina dan masing-masing pasangan tersebut menolak tuduhan itu serta menguatkan pendiriannya dengan sumpah yang mengandung laknat dan kutukan Tuhan, kalau ia berdusta. Sumpah suami istri tersebut secara otomatis menyebabkan perceraian serta tidak boleh rujuk atau menikah kembali untuk selama-lamanya. Dasarnya yang digunakan adalah QS An-Nur: 6-10.

4. Ila’

Ila’ adalah sumpah suami tidak akan mencampuri istrinya dalam masa yang tidak lebih dari empat bulan atau dengan tidak menyebutkan jangka waktunya. Sumpah tersebut hendaknya ditunggu sampai

154 Seri Studi Islam 154 Seri Studi Islam

Kafarat sumpah ila’, boleh memilih diantara tiga hal, yaitu: (1) memberi makan10 orang miskin, setiap orangnya ¾ liter beras, (2) memneri pakaian kepada sepuluh orang miskin dengan pakaian yang layak, (3) memerdekan seorang hamba sahaya. Jika tidak mampu melaksanakan tiga hal tersebut, maka ia harus berpuasa tiga hari. Ayat yang menjelaskan QS Al-baqarah: 226-227.

5. Zihar

Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya sehingga istrinya haram atasnya. Seperti: “Punggungmu sama dengan punggung ibuku”. Jika suami mengucapkan kata-kata tersebut, dan tidak melanjutkannya dengan mentalak istrinya, maka wajib baginya membayar kifarat, dan haram mberhubungan dengan istrinya senbelum kafarat di bayar.

Kafarat zihar, berdasarkan tertib urutannya, sebagaimana berikut: (a) memerdekakan seorang hamba sahaya, (b) kalau tidak mampu, berpuasa dua bulan berturut-turut, (c) kalau tidak mampu berpuasa, sebagai gantinya ia harus memberi makan 60 orang miskin. Aayat yang menjelaskan tentang zihar adalah QS Al-Mujadalah: 1-6.

Seri Studi Islam 155

156 Seri Studi Islam