SEJARAH KEWARISAN DALAM ISLAM

B. SEJARAH KEWARISAN DALAM ISLAM

1. Pewarisan Pada Masa Pra Islam ( Arab Jahiliyah)

Dalam bidang mu’amalat dan pembagian waris, masyarakat Arab Jahiliyyah pra Islam berpegang teguh kepada tradisi-tradisi yang telah diwariskan oleh nenek-moyang mereka. Dalam tradisi pembagian harta waris terdapat suatu ketentuan utama bahwa anak-anak yang belum dewasa dan kaum perempuan di larang mewarisi harta

peninggalan ahli warisnya yang telah meninggal dunia. 7 Artinya hak waris hanya berlaku jika memenuhi dua syarat yakni sudah dewasa dan laki-laki. Adapun yang menjadi sebab pusaka mempusakai pada masa Jahiliyyah ada tiga macam:

1.1. Adanya pertalian kerabat

Pertalian kekerabatan saja belum dianggap memadai untuk mendapat warisan karena yang paling penting adalah kuat jasmani untuk membela dan mempertahankan keluarga dan kabilah (suku) dari serangan pihak lain. Oleh karena itu para ahli waris pada zaman Jahiliyyah dari golongan kerabat terdiri dari: Anak laki-laki, Sudara laki-laki, Paman dan Anak paman. 8

1.2. Adanya janji Prasetia

Orang-orang yang mempunyai ikatan janji prasetia dengan si mati

7 Menurut Dr. Muhammad Yusuf Musa mengutip pendapat Dr. Jawwad, tradisi yang melarang kaum wanita menjadi ahli waris itu tidak merata pada seluruh qabilah, tapi hanya khusus pada beberapa qabilah, terutama banyak di lakukan oleh orang-orang Hijaz saja. Hal ini ditunjukan oleh suatu riwayat yang menerangkan bahwa Dzul-Majasid ‘Amir bin Jusyam bin Ghunm bin Habib telah mewariskan hartanya kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Lihat Fathurrahman, Ilmu Waris, ( Bandung : Ma’arif, 1975).

8 M. Ali Hasan, Hukum Warisan dalam Islam, (PT. Bulan Bintang: Jakarta), hlm, 3-5

Seri Studi Islam 103 Seri Studi Islam 103

1.3 Adanya pengangkatana anak 9

Pengangkatan anak (adopsi) merupakan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat Arab Jahiliyah, walaupun anak tersebut jelas mempunyai orang tua sendiri. Anak yang diangkat mempunyai hak-hak yang sama dengan hak-hak anak kandung, misalnya nasab dan warisan.

2 Pewarisan Pada Masa Awal Islam dan selanjutnya

Pada masa awal Islam, ketika umat Islam masih lemah, yang menjadi sebab kewarisan ada tiga macam: yaitu , a) Adanya pertalian kerabat, b) Adanya pengangkatan anak, c).adanya Hijrah (dari Mekkah ke Madinah) dan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar

Setelah akidah umat Islam bertambah kuat, perkembangan Islam makin maju, pengikut-pengikut bertambah banyak, pemerintahan Islam sudah stabil, maka sebab-sebab pewarisan yang hanya berdasarkan kelaki-lakian yang dewasa dan mengenyampingkan anak-anak dan kaum perempuan, sebagaimana yang dilakukan oleh

orang-orang Jahiliyah telah dibatalkan. 10 Demikian juga sebab-sebab kewarisan yang berdasarkan janji prasetia 11 dan pengangkatan anak ( adopsi ) dibatalkan. 12 Dengan demikian dalam pewarisan Islam

9 Suparman Usman, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, (Gaya Media Pratama: Jakarta), hlm. 3-4.

10 Lihat QS Annisa: 7 ( “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya. Dan bagi orang wanita ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan ).

11 Lihat QS Al Anfal:75 (Artinya : Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya dari pada yang bukan kerabat di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui segala sesuatu). Nanum menurut s ebagian mufassirin yang berorientasi bahwa ayat al-Qur'an itu muhkamah, tidak ada yang mansukh, membenarkan pusaka-mem pusakai, karena janji prasetia, berdasarkan an-Nisa:

33 ( Artinya “Bagi setiap harta peninggalan yang ditinggalkan oleh kedua orang tua dan kerabat-kerabat, Kami adakan pewaris-pewarisnya, Dan (jika ada) orang-orang yang telah berjanji prasetia dengan kamu, berikanlah bagian mereka”). Menurut mufassirin tersebut Allah memerintahkan orang-orang mu'min agar memberikan kepada orang-orang yang telah pernah mengadakan janji prasetia, bagian yang telah menjadi hak mereka. Karena tidak ada ayat lain yang dapat digunakan untuk menasakh (menghapus) atau menta’wilkan (mengalihkan arti) ayat 33 dari surat an-Nisa’ tersebut di atas. .

12 Lihat QS Al Ahzab :4-5 ( Artinya : dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataan dimulutmu saja. Dan Allah

104 Seri Studi Islam 104 Seri Studi Islam