Sistematika Penulisan

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi dalam lima bab. Bab I atau “Pengantar” berfungsi sebagai landasan sebelum masuk ke perbincangan bendera di HTI DIY. Bagian ini terdiri dari beberapa subbab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan dan pendekatan peori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang bersifat retoris untuk menuju ke rumusan masalah. Rumusan masalah, yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan eksplisit, merupakan hal yang diteliti dan berfungsi sebagai pengendali penelitian agar terfokus. Tujuan dan manfaat penelitian berisi arah capaian penelitian dan manfaat yang dapat diperoleh untuk bidang keilmuan, berbagai institusi, maupun peneliti sendiri. Tinjauan pustaka memaparkan pustaka yang terkait dengan penelitian ini, subbab ini dibuat untuk menunjukkan perbedaan penelitian ini dengan pustaka yang telah ada. Landasan dan pendekatan teori digunakan untuk memecahkan masalah penelitian yang telah

107 Milles, 2009, 15-21.

dirumuskan; teori adalah penuntun untuk memahami objek. 108 Landasan teori terkait dengan rumusan definitif suatu konsep, adapun pendekatan teori merupakan sudut pandang yang dipakai untuk meneliti. Metode penelitian merupakan langkah konkret yang ditempuh dalam penelitian. Kemudian, sistematika penulisan dibuat untuk memetakan isi penelitian secara menyeluruh.

Bab II berjulu k “Liwa dan Rayah dalam Konteks Sejarah”. Bab ini untuk melihat posisi liwa dan rayah yang digunakan oleh HTI DIY dalam konteks waktu. Periode Jahiliyah mengawali bab ini agar diketahui ragam bendera sebelum kemunculan Islam. Selanjutnya, pada subbab periode Nabi Muhammad dibahas tentang liwa dan rayah yang digunakan oleh Nabi. Kemudian, periode Khulafaur Rasyidin menyoroti penggunaan bendera oleh pemerintahan yang berturut-turut dipegang oleh empat sahabat Nabi; pada periode ini bendera Rasulullah tetap digunakan. Lalu, pada periode panjang sejak Khilafah Umawiyah hingga Usmaniyah dibahas berbagai ragam bendera yang muncul. Terakhir, periode setelah keruntuhan Khilafah melihat bendera yang digunakan negara bangsa yang ada di negeri Muslim maupun organisasi Islam. HTI DIY, sebagai bagian dari HT, adalah salah satu organisasi Islam yang mengibarkan liwa dan rayah.

108 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010), 48.

Kemudian, Bab III berjudul “Liwa dan Rayah dalam Konteks Budaya Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta ”. Bab ini digunakan untuk memetakan posisi liwa dan rayah dalam konteks ruang. Budaya tersebut meliputi sistem budaya, kegiatan, maupun artefak yang ada di HTI DIY. Dalam sistem budaya dibahas mengenai konsep dasar atau akidah yang dibangun parpol itu; lalu diulas tentang posisi liwa dan liwa dalam syariah Islam menurut HT. Pada subbab kegiatan dipaparkan tentang pengadaan, perlakuan, maupun penggunaan bendera tersebut. Kemudian, artefak membahas tentang liwa dan rayah maupun derivatnya, dan juga artefak lain yang keberadaannya terkait dengan bendera itu.

Selanjutnya, Bab IV berjudul “Estetika Semiotis Liwa dan Rayah di Hizbut Tahrir Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Bagian ini melihat semiosis liwa dan rayah yang meliputi objek estetis, nilai estetis, dan pengalaman estetis. Subbab objek estetis membahas tentang: material maupun teknis pembuatan; bentuk, yang terdiri dari ground, charge, ukuran maupun rasio, dan bunting; beragam displai; dan status bendera tersebut dalam pengkategorisasian karya seni. Pembahasan mengenai nilai estetis meliputi nilai simbolis, nilai ikonis, dan nilai indeksikal. Adapun pengalaman estetis mengulas tentang efek emosional yang dirasakan aktifis HTI DIY saat menyaksikan penggunaan liwa dan Bagian ini melihat semiosis liwa dan rayah yang meliputi objek estetis, nilai estetis, dan pengalaman estetis. Subbab objek estetis membahas tentang: material maupun teknis pembuatan; bentuk, yang terdiri dari ground, charge, ukuran maupun rasio, dan bunting; beragam displai; dan status bendera tersebut dalam pengkategorisasian karya seni. Pembahasan mengenai nilai estetis meliputi nilai simbolis, nilai ikonis, dan nilai indeksikal. Adapun pengalaman estetis mengulas tentang efek emosional yang dirasakan aktifis HTI DIY saat menyaksikan penggunaan liwa dan

Terakhir, Bab V, atau “Kesimpulan”, merupakan ringkasan dari semua pembahasan atau jawaban secara singkat atas rumusan masalah. Bab ini juga berisi generalisasi atau temuan konsep tentang estetika semiotis.

Gambar 1.11 Alur Pikir (Dirancang oleh: Deni Junaedi, 2011)