Bendera Negara di Negeri Muslim

1. Bendera Negara di Negeri Muslim

Kebanyakan bendera negara di negeri Muslim terpengaruh oleh tipe bendera yang digunakan oleh Barat. Akan tetapi, bendera tersebut juga menunjukkan kontinuitas penggunaan bentuk yang biasa digunakan pada masa kekhilafahan Islam, meskipun bentuk itu telah mengalami perubahan makna.

a. Pengaruh Barat pada Bendera Negara di Negeri Muslim Pengaruh visual model Barat terhadap bendera negara di negeri Muslim, atau bahkan terhadap hampir semua negara di dunia, terlihat pada polanya yang relatif simpel. Tipe bendera

Benedict Anderson, Imagined Communities Komunitas- komunitas Terbayang, terj. Omi Intan Naomi (Yogyakarta: Insist, cetakan ke-3, 2008), passim.

Parameter pembentukan bendera ala Barat, yang menekankan pada bentuk minimalis, terkristalkan dalam teori Ted Kaye tentang lima prinsip dalam penciptaan bendera. Dalam buku Good Flag, Bad Flag, editor Jurnal Veksillologi Raven itu merumuskan, bendera yang baik mesti memenuhi lima kriteria, yaitu: pertama, simple sehingga mudah digambar oleh anak-anak; kedua, bersifat simbolis, baik untuk gambar, warna, maupun polanya; ketiga, menggunakan dua atau tiga warna, terutama warna-warna yang telah terstandarisasi, seperti merah, biru, hijau, hitam, kuning, dan putih; keempat, tidak mencantumkan tulisan atau lambang, karena tulisan tidak terbaca dalam jarak yang jauh dan akan terbalik jika dilihat dari sisi belakang; dan kelima, berbeda dengan bendera lainnya. 154

Kesederhanaan bentuk bendera versi Barat selaras dengan pendekatan estetika modernisme yang teringkas dalam semboyan

Ted Kaye, Good Flag, Bad Flag How to Design a Great Flag (Trenton: Nava, 2006), passim.

19. 156 Untuk mengejar simplifikasi, ornamen tidak lagi diperlukan, hingga Adolf Loos bersemboyan “Ornament is crime!” 157 Di Barat, yang menggunakan tipe bicolor antara lain adalah bendera Polandia (gb. 2.44), Monako, dan Ukraina; adapun di negeri Muslim terdapat di bendera Indonesia (gb. 2.45). Komposisi tribar di Barat, antara lain, digunakan untuk bendera Hongaria (gb. 2.46), Belanda, dan Jerman; sedangkan di negeri Muslim diterapkan untuk bendera Yaman (gb. 2.47), Mesir, dan Siria. Tipe tricolor di Barat, contohnya, adalah bendera Prancis (gb. 2.48), Belgia, dan Itali; di negeri Muslim dipakai untuk bendera Mali (gb. 2.49). Di Barat pola triangle digunakan untuk bendera Bahamas (gb. 2.50); sementara di negeri Muslim dipakai untuk bendera Sudan (gb. 61), Palestina, dan Yordania. 158

155 Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika: Tafsir Culture Studies Atas Matinya Makna (Bandung: Jalasutra, 2003), 179.

Victor Papanek, The Green Imperative Ecology and Ethics in Design and Architecture (Thames and Hudson, 1995), 140; Colton, 1985, 148-149.

157 Helen Armstrong, ed., Graphic Design Theory Reading from the Field, terj. Erastus Hans Indrajaya (Yogyakarta: And, 2010), 147; Agus

Sachari dan Yan Yan Sunarya, Sejarah dan Perkembangan Desain dan Dunia Kesenirupaan di Indonesia (Bandung: Penerbit ITB, 2002), 4.

Crampton, 1989, 60-63; Iwan Gayo, Buku Pintar Seri Senior (Tangerang: Pustaka Warga Negara, cetakan ke-43, 2010), 422-596.

Gambar 2.44

Gambar 2.45 Pola bicolor pada bendera Polandia

Pola bicolor bendera Indonesia

(Crampton, 1989, 61)

(Crampton, 1989, 63)

Gambar 2.47 Pola tribar bendera Hongaria

Gambar 2.46

Pola tribar bendera Yaman (Crampton, 1989, 61)

(Crampton, 1989, 63)

Gambar 2.48 Gambar 2.49

Pola tricolor bendera Perancis

Pola tricolor bendera Mali (Crampton, 1989, 61)

(Crampton, 1989, 61)

Gambar 2.50 Gambar 2.51

Bendera Bahamas

Bendera Sudan berpola triagle

berpola triagle (Crampton, 1989, 60)

(Crampton, 1989, 61)

Pengaruh Barat terhadap berbagai bendera di negeri Muslim dimungkinkan mengingat pengaruh Barat juga terjadi pada lambang negara dan lagu kebangsaan. Lambang negara atau coat of arms merupakan tradisi heraldri atau visual pasukan yang berkembang sejak abad Pertengahan di Eropa. 159 Heraldri berasal dari kata Herald, yaitu seorang wasit pertandingan tournooi, olahraga bangsawan Eropa Abad Pertengahan. Pada pertandingan itu tiap peserta berusaha menjatuhkan musuhnya dari atas kuda dengan cara menyodokkan tombak tumpul ke arah perisai lawan. Karena semua pemain tournooi menutup seluruh tubuhnya, termasuk kepala, dengan pakaian baja, maka mereka tidak dapat dikenali. Untuk itu, tiap pemain wajib melukiskan lambang di tameng atau benderanya. 160

159 Slater, 2004, 28.

Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa (Yogyakarta: Ombak, 1984), 60-61.

160

Kebiasaan mencantumkan lambang di perisai membuat tameng sebagai bagian penting dalam coat of arms. 161 Perisai sebagai lambang negara kini ditemui hampir di seluruh belahan dunia, misalnya, Amerika Serikat, Kanada, Kolombia, Belanda, Jerman, Australia, Bahrain, Bahamas, Gabon, Iraq, Israel, Jamaika, Kamerun, Libia, Mesir, Malaysia, maupun Indonesia. Pada Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia, misalnya, penggunaan perisai di dada garuda tidak ditemukan dalam sejarah seni rupa Indonesia baik pada masa prasejarah, Hindu, maupun Buddha. Pengaruh Barat pada Garuda Pancasila semakin terlihat dalam sejarah pembuatannya di kisaran tahun 1950. Saat itu, perancang lambang negara Indonesia, Moh. Yamin dan Sultan Hamid II, diminta Presiden Soekarno untuk berkonsultasi kepada

D. Rühl Jr, seorang pelukis berkebangsaan Perancis yang juga ahli semiotika. 162 Kadang, coat of arms juga dipakai sebagai charge di bendera negeri Muslim. Amsalnya adalah bendera Mesir (gb. 2.52) dan Albania. 163 Sebelum mengenal coat of arms, pimpinan di pemerintahan Usmaniyah menggunakan tughra. Tughra adalah monogram atau emblem yang dibuat dengan huruf Arab dalam

Carld Alexander von Volborth, Heraldry of the Word, terj. Bob dan Inge Gosney (London: Blandford Press Ltd., 1973), passim.

Nanang R. Hidayat, Mencari Telur Garuda (Jakarta: Nalar, 2008), 24-37. 163 Gayo, 2010, 425-525.

Gambar 2.52 Coat of arms di bendera Mesir

(Microsoft Encarta, 2009)

P.J. Bearman, ed., et al., The Encyclopedia of Islam, Volume X (Leiden: Koninklijke, 2000), 585.

Gambar 2.53 Tughra Sultan Mahmud II, tahun 1808-1839 (Bosworth, 1997, plate XVII)

Pada lagu kebangsaan, pengaruh Barat terlihat pada sistem tonalnya. Lagu kebangsaan di berbagai belahan dunia biasanya menggunakan irama mars dengan tempo moderat. Ketika lagu tersebut dimainkan dalam acara resmi, umumnya menggunakan instrumen tiup logam (brass). Di Indonesia, misalnya, lagu kebangsaan Indonesia Raya tidak berakar pada salah satu sistem musik tradisional Indonesia, misalnya, sistem pathet. Penggunaan tangga nada diatonis pada lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman itu, menurut Soedarsono, agar tidak menonjolkan ciri etnis tertentu. 165

Pengaruh Barat terhadap bendera, lambang negara, lagu kebangsaan, maupun gagasan nasionalisme dapat dilihat sebagai

R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, cetakan ke-2, 2010), 62-63.

nasionalisme adalah “agama baru”, maka upacara bendera menjadi “liturgi”, lagu kebangsaan menggantikan “nyanyian suci”, dan lambang negara maupun bendera merupakan “benda suci”.

b. Kontinuitas dan Perubahan Bendera Negara di Negeri Muslim

Kendati banyak terpengaruh budaya Barat, bendera negara di negeri Muslim juga menampakkan kontinuitas sesuai dengan tradisi masyarakat Muslim yang berkembang sebelumnya. Pengaruh itu dapat dilihat pada penggunaan ground putih, hitam, hijau, dan merah, maupun penggunaan charge kalimat sahadat, pedang, maupun bulan sabit dan bintang. Akan tetapi, kontinuitas itu disertai dengan perubahan, misalnya, penggunaan warna tidak lagi dimaksudkan sebagai peniruan terhadap bendera pemimpin sebelumnya, namun dimaknai dengan arti-arti khusus.

i. Kontinuitas dan Perubahan Ground Bendera Negara Putih, hitam, hijau, dan merah, sebagai warna bendera yang pernah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad hingga Khilafah Usmaniyah masih diterapkan di negeri Muslim pascakehancuran

166 Daniel Dhakidae, “Memahami Rasa Kebangsaan dan Menyimak Bangsa sebagai Komunitas- komunitas Terbayang”, dalam Benedict Anderson, Imagined Communities Komunitas-komunitas Terbayang, terj.

Omi Intan Naomi (Yogyakarta: Insist, cetakan ke-3, 2008), xvi.

Khilafah. Bahkan, keempat warna itu seringkali diterapkan bersamaan, misalnya, pada bendera Yordania (gb. 2.54), Mesir, Sudan, Siria, Yaman, dan Irak. Ironisnya, perpaduan empat warna itu sebagai simbol Pan-Arab, 167 padahal Pan-Arab menerapkan ideologi sekuler. 168

Penggunaan warna bendera yang merujuk pada Islam atau Nabi Muhammad dapat dilihat pada bendera di beberapa negeri Muslim. Warna merah pada bendera Maroko, misalnya, untuk merepresentasikan bendera Nabi Muhammad (gb. 2.56). Demikian pula, warna hijau pada bendera Libia, Arab Saudi, Mauritania, Comoros, Azerbaijan, dan Afghanistan, merepresentasikan keislaman. 169

Gambar 2.56 Hitam, putih, hijau, dan merah

Gambar 2.54

Merah pada bendera Maroko, di bendera Yordania;

konon merepresentasikan warna

representasi Pan-Arab bendera Nabi Muhammad (Crampton, 1989, 62)

(Crampton, 1989, 61)

167 Roberts, 1997, 60-118.

Juan E. Campo, Encyclopedia of Islam (New York: Facts On File, 2009), 556. 169 Roberts, 1997, 56-196.

Kendati negeri Muslim banyak menggunakan warna yang biasa dipakai pada masa kekhilafahan, tidak selalu warna tersebut diartikan sebagai representasi Islam. Warna-warna tersebut seringkali menghadirkan makna tertentu. Dengan demikian, terjadi pergeseran dari peniruan warna yang digunakan pemimpin menjadi warna sebagai simbol.

Penyimbolan warna bendera dapat dilihat pada beberapa contoh berikut ini. Di bendera Sudan, merah melambangkan sosialisme; di bendera Azerbaijan, merah menyimbolkan pengaruh Eropa; di bendera Libanon, putih berarti perdamaian dan merah bermakna pengorbanan diri; di bendera Oman, hijau berarti gunung dan kesuburan, sedangkan putih merujuk pada perdamaian; di bendera Uni Emirat Arab, putih berarti netral, hitam bermakna kekayaan oli, dan hijau merepresentasikan pohon maupun kesuburan; di bendera Kuwait, hitam berarti kemenangan terhadap musuh, merah adalah tanda untuk darah musuh, putih bermakna kesucian, dan hijau merupakan kesuburan; sementara di bendera Irak, putih berarti kemurahan hati, dan merah bermakna berani. 170

Penyimbolan warna bendera adalah hal lazim di berbagai penjuru dunia. Misalnya, di bendera Kanada, merah berarti pengorbanan; untuk bendera Perancis, warna itu melambangkan

170 Roberts, 1997, 56-188.

kebebasan; sementara di bendera India, putih bermakna kesopanan atau kepercayaan; adapun di bendera Polandia, warna tersebut berarti perdamaian. 171

Penyimbolan warna bendera di negeri Muslim kemungkinan terjadi karena pengaruh budaya di luar Islam yang telah berkembang di wilayah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada bendera Indonesia, Sang Merah Putih. Di bendera dwiwarna ini, merah menyimbolkan keberanian mempertahankan kedaulatan dan putih berarti kesucian atau kebenaran. 172 Pola seperti itu biasa diterapkan dalam budaya Jawa, misalnya, untuk warna muka wayang kulit; merah yang diterapkan pada wajah raksasa melambangkan sifat angkara murka, pemarah, atau berani; dan putih yang digunakan untuk pendeta maupun raja menyimbolkan sifat suci dan jujur. 173 Penyimbolan pada Sang Merah Putih tidak terlepas dari pengaruh budaya Hindu atau Buddha, dua agama yang penuh dengan simbol.

171 Roberts, 1997, 8-200

Danan P., Ensiklopedi Nasional Indoensia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989), 274. 173 Herusatoto, 1984, 151.

Gambar 2.57 Bendera Arab Saudi, terdapat kalimat sahadat dan pedang (Roberts, 1997, 181)

Selain kalimat sahadat, kontinuitas charge juga terlihat pada penggunaan bulan sabit bintang. Jumlah charge ini sangat berlimpah. Turki yang menumbangkan Khilafah Usmaniyah tetap mempertahankan visual benderanya, yaitu berwarna dasar merah dengan charge bulan sabit dan bintang berwarna putih (gb. 2.58).

174 Roberts, 1997, 181.

Charge bulan sabit dan bintang juga menginspirasi bentuk bendera negeri Muslim sekalipun terletak jauh dari bekas pusat kekhilafahan Usmaniyah. Dengan sedikit modifikasi, bendera negara Tunisia (gb. 2.59) dan bendera Gerakan Aceh Merdeka (gb.

2.60) terinspirasi darinya.

Gambar 2.58

Bulan sabit dan bintang pada bendera Turki

Bulan sabit dan bintang

Bulan sabit dan bintang

pada bendera Tunisia

pada bendera GAM

(Roberts, 1997, 58)

(Sumber: www.acehbarat.com, 28/2/2012)

Selain itu Turki dan Tunisia, negara yang menggunakan charge bulan sabit bintang antara lain adalah Algeria, Mauritania,

dan Pakistan. Kadang simbol itu dimodifikasi, contohnya, bintang di bendera Comoros berjumlah empat, di Turkmenistan ada lima, dan di Uzbekistan sebanyak dua belas. Bintang yang tergambar juga tidak selalu memiliki lima sinar, amsalnya, jumlah sinar bintang di bendera Malaysia sebanyak empat belas, jumlah ini untuk menunjukkan jumlah negara bagiannya. Kadang di bendera negeri Muslim hanya tercantum bulan sabit tanpa bintang, umpamanya, di negara Maladewa. Pemakaian charge bulan bintang tidak selalu dikaitkan dengan Islam, di bendera Singapura misalnya, bulan sabit melambangkan bangsa baru, dan lima pentagram menyimbolkan demokrasi, perdamaian, perkembangan, hukum, dan kesamaan (gb. 2.61). 175

Gambar 2.61

Lima bintang pada bendera Singapura, melambangkan demokrasi, perdamaian,

perkembangan, hukum, dan kesamaan (Roberts, 1997, 214)

175 Roberts, 1997, 57-214.