Bendera Organisasi Islam

2. Bendera Organisasi Islam

Setelah keruntuhan Khilafah, banyak organisasi Islam bermunculan, baik yang terkonsentrasi pada bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, akhlak, ibadah, ekonomi, politik, hingga perjuangan bersenjata. Tidak ada data yang pasti berapa jumlah organisasi Islam di seluruh dunia. Di negara yang membebaskan rakyatnya untuk membuat organisasi, sebagaimana di Indonesia, organisasi Islam dapat dibuat kapan saja.

Seringkali organisasi itu memiliki bendera tersendiri. Dengan demikian terdapat banyak ragam bendera organisasi Islam; untuk membahasnya secara komprehensif diperlukan kajian khusus di luar penelitian ini. Subbab ini untuk melihat sekilas bendera organisasi Islam di luar HTI DIY, agar terpetakan letak liwa dan rayah yang digunakan HTI DIY di tengah keberagaman bendera tersebut.

a. Organisasi Islam tanpa Liwa dan Rayah Jika dibandingkan dengan yang menggunakan liwa dan rayah, oganisasi Islam yang berbendera lain berjumlah lebih banyak. Berbeda dengan charge yang sangat beragam, ground kebanyakan bendera organisasi Islam berwarna hijau. Kendati ground merah sering digunakan pada masa kekhilafahan, warna ini seakan dihindari organisasi Islam pascakeruntuhan Khilafah, a. Organisasi Islam tanpa Liwa dan Rayah Jika dibandingkan dengan yang menggunakan liwa dan rayah, oganisasi Islam yang berbendera lain berjumlah lebih banyak. Berbeda dengan charge yang sangat beragam, ground kebanyakan bendera organisasi Islam berwarna hijau. Kendati ground merah sering digunakan pada masa kekhilafahan, warna ini seakan dihindari organisasi Islam pascakeruntuhan Khilafah,

Organisasi Islam yang menggunakan ground hijau, antara lain, ialah Hamas Palestina, dan charge benderanya berupa kalimat sahadat (gb. 2.62 dan 2.63). Hamas adalah kependekan dari Harakah Muqawwamah al-Islamiyah yang berarti „Gerakan Perlawanan Islam‟. Organisasi yang didirikan oleh Ahmad Yasin

dan Ritauddin Rintisi tahun 1987 ini bertujuan mengembalikan kedaulatan Palestina dari cengkeraman Zionis Israel. 176

Ikhwanul Muslimin Mesir juga menggunakan bendera berwarna dasar hijau; charge yang tertera adalah al-Quran di atas pedang bersilangan yang terangkum dalam lingkaran (gb. 2.64). Organisasi politik ini didirikan oleh Hasan al-Banna tahun 1928. Organisasi yang dalam bahasa Indonesia berarti „saudara sesama Muslim‟ ini telah menyebar ke berbagai negara. 177

Di Indonesia, banyak bendera organisasi Islam berwarna hijau, contohnya, bendera Muhammadiyah (gb. 2.67) dan bendera Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan, warna hijau menjadi menjadi favorit NU, termasuk untuk mewarnai kantornya (gb. 2.65). NU dideklarasikan dua tahun setelah keruntuhan Khilafah, 31

176 Al-Hafni, 1999, 239. 177 Al-Hafni, 1999, 22.

Januari 1926 di Surabaya. 178 Muhammadiyah didirikan sebelum Khilafah Islam runtuh, 18 November 1912 di Yogyakarta. 179 Di masa awal, pengibaran benderanya dipersoalkan Belanda. 180

Dibandingkan dengan ground, charge organisasi Islam jauh lebih beragam. Simbol yang di masa kekhilafahan tidak dikenal, pada periode ini bermunculan, misalnya, gambar Kakbah yang digunakan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (gb. 2.66); 181 parpol berasas Islam ini dideklarasikan di Jakarta tanggal 5 Januari 1973. 182 Beberapa unsur lambang NU, seperti bumi dalam ikatan tali, juga tergolong baru (gb. 2.65). Demikian pula, gambar matahari pada lambang Muhammadiyah (gb. 2.67) merupakan langgam baru dalam khasanah budaya visual masyarakat Muslim. Simbol ini mirip dengan lambang Persatuan Islam (Persis) (gb. 2.68); Persis diprakarsai Zamzam dan Yunus di Bandung tanggal

12 September 1923. 183 Bentuk matahari tersebut mengingatkan pada Surya Majapahit lambang Majapahit (gb. 2.69).

178 M. Nur Hasan, Ijtihad Politik NU Kajian Filosofis Visi Sosial dan Moral Politik NU dalam Upaya Pemberdayaan “Civil Society” (Yogyakarta: Manhaj, 2010), 48.

179 Slamet Abdullah dan M. Muslich KS., Seabad Muhammadiyah dalam Pergumulan Budaya Nusantara (Yogyakarta: Global Pustaka

Utama, 2010), 1. 180 Hurgronje, 1995, 2176

181 Ketut Suwondo, Arief Budiman, dan Pradjarta Ds., Pemilu dalam Poster (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987), 87.

Junaedi, ed., Profil Partai Politik Peserta Pemilu 2009 (Yogyakarta: Pustaka Timur, 2008), 36. 183 Suryanegara, 2009, 466.

Gambar 2.63 Bendera Hamas dengan ground

Gambar 2.62

Versi lain bendera Hamas, hijau dan charge kalilat sahadat

ground hijau dan charge

kalimat sahadat dalam menonjol di bagian tengah atas

dengan lafaz Allah terletak

komposisi lingkaran

(Sumber: www.amazon.co.uk,

(Sumber: www.upi.com, 9/11/2011)

Gambar 2.65 Ground hijau dan charge pedang

Gambar 2.64

Warna hijau pada bendera di bendera Ikhwanul Muslimin Mesir

(Sumber: www.gemadakwah. dan bangunan NU

(Foto: Deni Junaedi, 2011) blogspot.com, 29/4/2012)

Gambar 2.66 Gambar 2.67

Charge kakbah di Charge kalimat sahadat dan bentuk

bendera PPP mirip Surya Majapahit di ground (Suwondo, 1987, 87) hijau pada bendera Muhammadiyah

(Foto: Deni Junaedi, 2011)

Gambar 2.68 Gambar 2.69 Lambang Persis

Surya Majapahit

lambang Majapahit (Sumber: Suryanegara, 2010, 388)

Mirip Surya Majapahit

(Foto: Deni Junaedi, 2011)

Charge kalimat sahadat, kecuali pada liwa dan rayah, jarang dicantumkan di bendera organisasi Islam. Salah satu yang menggunakan charge kalimat sahadat berbarengan dengan bentuk lain adalah Muhammadiyah (gb. 2.67).

Namun demikian, karena menempati posisi penting dalam agama Islam, kalimat sahadat sering dituliskan oleh umat Muslim dalam berbagai kesempatan. Misalnya, menjelang bulan Ramadhan tahun 2011, takmir masjid di Kadipiro Yogyakarta mengibarkan umbul-umbul hijau dengan tulisan kalimat sahadat berwarna kuning (gb. 2.70); kalimat sahadat juga terpampang di gerbang sekaten Yogyakarta pada tahun 2010 (gb. 2.71); atau digunakan sebagai hiasan di masjid ISI Yogyakarta, meskipun khat yang digunakan kurang menarik (gb. 2.72). Bahkan, di masyarakat Muslim Indonesia mudah ditemui kain penutup keranda yang bertuliskan kalimat sahadat (gb. 2.73). Penutup keranda ini mengingatkan pada budaya menyelubungi peti mayat dengan bendera pada upacara pemakaman tokoh bangsa di berbagai belahan dunia.

Gambar 2.70

Gambar 2.71

Kalimat sahadat pada umbul- Kalimat sahadat di gerbang umbul di Kadipiro Yogyakarta

Sekaten tahun 2010

untuk menyambut (Foto: Deni Junaedi, 2010) Ramadhan 1433 H

(Foto: Deni Junaedi, 2011)

Gambar 2.73 Kalimat sahadat

Gambar 2.72

Kalimat sahadat di Masjid ISI Yogyakarta

di selubung keranda

(Foto: Deni Junaedi, 2011) (Foto: Deni Junaedi, 2011)

Adapun charge yang paling sering direproduksi oleh organisasi Islam adalah bulan sabit dan bintang. Laskar Hizbullah yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, 19

Desember 1944, mengibarkan bendera bersimbol bulan sabit dan bintang (gb. 2.74). 184 Negara Islam Indonesia (NII) pimpinan Kartosuwiryo yang diproklamasikan tanggal 7 Agustus 1949 juga menggunakan charge itu (gb. 2.75), ini sesuai dengan Undang- Undang Dasar (Qonun Asasi) NII, Bab XI

V, Pasal 33, “Bendera Negara

„Merah-Putih-ber-Bulan- Bintang‟…” 185 Demikian juga, DI/TII Aceh pimpinan Daud

20 Semptember 1953 memproklamasikan diri sebagai bagian dari NII menggunakan bendera bergambar bulan sabit dengan empat bintang (gb. 2.76). 186 Fenomena unik terdapat pada bendera Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang dibentuk saat pendudukan Jepang; bendera yang disebut daidanki itu memakai perpaduan charge antara matahari yang menyimbolkan Jepang berbarengan dengan bulan sabit dan bintang yang melambangkan Islam (gb. 2.77). 187 Begitu pula, pada Pemilihan Umum pertama tahun 1955 terdapat beberapa partai politik yang menggunakan simbol bulan sabit

Beureueh yang

pada

tanggal

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2 (Bandung: Salamadani, 2010), 103.

Irfan S. Awwas, Jejak Jihad SM. Kartosuwiryo (Yogyakarta: Uswah, 2007), 149.

Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949 (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, cetakan ke-7, 1986), 74.

187 Suryanegara, 2010: 63.

bintang, seperti PSII dan Masumi (gb. 2.78). 188 Pascareformasi, Bulan sabit dan bintang juga dipakai untuk Partai Bulan Bintang (PBB) (gb. 2.79).

Gambar 2.74

Bulan sabit dan bintang di bendera Laskar Hizbullah

(Suryanegara, 2010, 103)

Gambar 2.76 Gambar 2.75

Bulan sabit dan empat bintang

Bulan sabit dan bintang di bendera DI/TII Aceh di bendera NII, pimpinan Daud Beureueh Kartosuwiryo berpose di depannya (Sekretariat, 1986a, 74) (Suryanegara, 2010, 343)

Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1950-1964 (Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada, cetakan ke-7, 1986b), 88.

Gambar 2.77

Bulan sabit dan bintang berpadu dengan matahari pada daidanki, bendera PETA

(Suryanegara, 2010, 63)

Gambar 2.78

Gambar 2.79 Bulan sabit dan bintang di bendera Bulan sabit dan bintang di PSII dan Masumi, saat Pemilu 1955 bendera PBB, saat pawai

(Sekretariat, 1986b, 88) tanggal 29 Juli 2011 di Jakarta

(Foto: Deni Junaedi 2011) (Foto: Deni Junaedi 2011)

Penggunaan liwa dan rayah, setelah bendera itu tidak digunakan sebagai bendera negara sejak Khulafaur Rasyidin, merupakan fenomena kemunculan ulang. Fenomena seperti ini dalam kajian sejarah disebut dengan paralelisme vertikal, atau tema gejala sejarah yang sama dalam waktu yang berbeda. 189

i. Liwa dan Rayah di Organisasi Islam selain Hizbut Tahrir Organisasi Islam selain HT yang menggunakan liwa dan terutama rayah sering kali berupa organisasi perjuangan bersenjata yang melawan pendudukan Barat di negeri Muslim; atau paling tidak organisasi yang memperjuangkan penerapan syariah Islam dalam institusi negara. Dalam parameter Barat, terutama Amerika Serikat yang mempelopori War on Terrorism (WOT), organisasi-organisasi itu banyak yang dikategorikan sebagai teroris atau minimal fundamentalis. Karena liwa dan

Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 79-80.

Salah satu organisasi yang dikenal menggunakan rayah adalah Al-Qaeda. Osama bin Laden, pemimpin organisasi yang disebut-sebut sebagai teroris nomer wahid itu, sering ditampilkan berpidato dengan latar belakang rayah (gb. 2.80). 190 Al-Qaida

secara literal berarti „basis‟, diciptakan sebagai basis militan untuk melawan Uni Soviet. 191 Osama awalnya diasuh Amerika Serikat, 192

namun sejak 4 November 1998 menjadi targetnya, 193 lalu tahun 2011 dikabarkan telah terbunuh.

190 Abu Mush‟ab as-Suri, Perjalanan Gerakan Jihad (1930-2002): Sejarah, Eksperimen, dan Evaluasi, terj. Agus Suwandi (Solo: Jazera,

2010), 81. 191 M. Fachry, In the Hearth of al-Qaeda: Biografi Usamah bi Laden

dan Organisasi Jihad al-Qaeda (Jakarta: ar-Rahmah Media, 2008), 43.

Shalahuddin Abu Arafah, Musa vs Fir’aun, terj. Kelompok Telaah Kitab ar-Risalah (Solo: Granada Mediatama, cetakan ke-2, 2007), 243.

192

Tim Redaksi HotCopy, Osama bin Laden Teroris atau Mujahid (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), 42.

193

Gambar 2.80 Rayah di belakang pimpinan al-Qoida, Osama bin Laden (As-Suri, 2010: 81)

Charge liwa dan terutama rayah yang digunakan organisasi Islam selain HT kerap kali tidak hanya kalimat sahadat. Charge yang sering ditambahkan adalah pedang atau lingkaran. Kadang pula, dalam liwa terdapat nama organisasi terkait.

Di antara organisasi yang menggunakan rayah bergambar pedang adalah pejuang Muslim Chechnya. Bendera itu dipampang saat proklamasi pendirian negara Emirat Kaukasus (gb. 2.81). Pasukan yang berada di bawah pimpinan Dokka Umarov itu berjuang melawan tentara Rusia. 194

Bendera hitam bertuliskan sahadat dan bergambar pedang juga digunakan oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) (gb. 2.82).

Ari Subiakto, Perang Chechnya (Yogyakarta: Interprebook, 2010), 213.

Majelis Mujahidin lahir melalui konggres di Yogyakarta tanggal 5-7 Agustus 2000. Tujuannya adalah penegakan syariah Islam di segala aspek kehidupan terutama dalam pemerintahan. 195

Gambar 2.82

Gambar 2.81

Rayah negara Emirat Kaukasus, Rayah di MMI, terdapat gambar pedang

terdapat gambar pedang

(Subiakto, 2010, 213)

(Sumber: www.tempo.co.id, 9/11/2011)

Selanjutnya, militer sipil yang menggunakan liwa dan rayah adalah Harakah ash-Shabab al-Mujahidin (HSM) di Somalia. Bendera itu digunakan dalam berbagai ragam visual, seperti, liwa dan rayah dengan lingkaran (gb. 2.83); liwa hanya dengan tulisan kalimat sahadat tanpa tambahan charge (gb. 2.84); rayah tanpa gambar pedang (gb. 2.85); dan rayah dengan charge pedang (gb. 2.86). HSM didirikan oleh Adan Hashi Farah Ayro. Pada 9 Februari 2012, gerakan yang juga diikuti militan di luar Somalia ini bergabung dengan al-Qaeda. Beberapa webblog merilis foto-foto perjuangannya di dunia maya. Salah satunya diterbitkan oleh

195 Majelis Mujahidin, Panduan Daurah Sya’iyah untuk Penegakan Syari’ah Islam (Yogyakarta: Pimpinan Majelis Mujahidin, 2010), Xl.

Christopher Anzalone, peneliti budaya visual Islam dari McGill University. 196

Gambar 2.83 Gambar 2.84

Liwa dan rayah dengan lingkaran Liwa tanpa tambahan charge di HSM Somalia

di HSM Somalia

(Sumber: (Sumber: www. mashriqq.com, www.occident.blogspot.com,

Gambar 2.86 Rayah tanpa tambahan charge

Gambar 2.85

Rayah dengan charge pedang

di HSM Somalia (Sumber: www.time.com,

di HSM Somalia

(Sumber: www. 29/2/2012)

theislamicstandard.wordpress.com, 29/2/2012)

196 Christopher Anzalone, www.occident.blogspot.com, 29/2/2012.

Di Indonesia, rayah dengan lingkaran putih digunakan oleh kelompok bersenjata di Aceh yang diduga bagian dari al-Qoida. Pada tahun 2010, stasiun televisi ANTV melansir gambarnya (gb. 2.87). Sementara pada tahun 2011, Metrotv menayangkan video pelaku bom Cirebon yang juga menggunakan rayah bergambar lingkaran (gb. 2.88).

Dalam rayah yang bergambar lingkaran, khat yang biasa digunakan adalah madani, yaitu khat sederhana sebagaimana digunakan pada surat Nabi Muhammad. Lafaz laa illaaha illaa Allah ada di bagian atas lingkaran dan kalimat Muhammad Rasul Allah terdapat di dalam lingkaran, kecuali rayah yang digunakan pembom Cirebon yang keseluruhan kalimat sahadat itu berada di atas lingkaran.

Gambar 2.88 Rayah dengan lingkaran putih di

Gambar 2.87

Rayah dengan lingkaran putih di

al-Qaeda Aceh

pelaku bom Cirebon (ANTV, 2010)

(Metrotv, 2011)

Penulisan nama organisasi sebagai unsur tambahan pada liwa atau rayah jarang ditemui. Model seperti ini ada di bendera Forum Umat Islam (FUI). Di sisi bawah liwa yang dipakai tercantum nama organisasi itu (gb 2.89). FUI merupakan gabungan berbagai ormas Islam di Indonesia yang didirikan pada bulan Mei 2005. Awalnya HTI ikut aktif di forum ini, bahkan sangat aktif, terbukti ketua HTI saat itu, Muhammad al- Khaththath, menjadi sekjen FUI. Akan tetapi, pada tanggal 11 Agustus 2008, HT mengeluarkan perintah agar HTI keluar dari FUI karena HTI tidak boleh berada dalam satu komunitas dengan organisasi yang tidak memperjuangkan Khilafah. HTI pun keluar, namun al-Khaththath tetap bertahan yang mengakibatkan dia dipecat oleh amir atau pemimpin tertinggi HT. Lalu dia mendirikan Hizbud Dakwah Islam (HDI). 197 Pengunduran diri HTI dari FUI terjadi setelah peristiwa kekerasan di Monas yang melibatkan FUI. Karena metode dakwah HTI tidak menggunakan kekerasan, peristiwa itu ikut memicu pengunduran HTI dari FUI. Peristiwa keterkaitan FUI dengan HTI mungkin yang menjadikan liwa yang digunakan FUI diberi tambahan nama organisasi, agar terbedakan dengan liwa yang digunakan HTI.

Ismail Hasani, et al., Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat

Jaminan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (Jakarta: Publikasi SETARA Institute, 2010), 112-115.

Implikasinya

terhadap

Gambar 2.89

Liwa dengan tambahan tulisan nama organisasi

(Sumber: www.fpi.or.id, 9/11/2011)

Jauh sebelum organisasi-organisasi itu menggunakan liwa dan rayah, di Indonesia pernah terlihat penggunaan bendera bertuliskan kalimat sahadat yang digunakan untuk selubung podium. Ini terjadi di Masjid Kwitang Jakarta tanggal 24 April 1943. Ketika itu, Abdul Muniam Inada, seorang Muslim dari Jepang, berceramah dalam rangka mencari dukungan Perang Asia Timur Raya (gb. 2.90). 198 Kelak, HTI DIY juga menyelubungi podium dengan liwa dan rayah (gb. 4.29).

198 Suryanegara, 2010, 57.

Gambar 2.90

Podium berselubung bendera dengan kalimat sahadat

di Masjid Kwitang Jakarta, 24 April 1943

(Suryanegara, 2010, 57)

Liwa dan terutama rayah kerap menginsiprasi organisasi- organisasi itu untuk menjadikannya sebagai desain visual. Hal ini dijumpai pada emblem berbentuk rayah dengan gambar pedang (gb. 2.91) dan gambar senjata otomatis AK47 (gb. 2.92) produksi Mujahidin. Badge seperti ini dijual bebas dan mudah didapati di pameran buku Islam Yogyakarta. Selain itu, rayah juga sering dibubuhkan di topi, sebagaimana yang pakai panglima Khathab (gb. 2.93). Khathab adalah pejuang Afganistan yang kemudian ikut berjuang di Chechnya. 199

199 As-Suri, 2010, 96.

Gambar 2.91 Gambar 2.92

Emblem rayah dari Mujahidin, Emblem rayah dari Mujahidin, dengan gambar pedang

dengan gambar AK47

(Foto: Deni Junaedi, 2011)

(Foto: Deni Junaedi, 2011)

Gambar 2.93 Derivasi rayah pada topi Panglima Khathab (As-Suri, 2010: 96)

Pemakai turunan atau derivasi (derivate) liwa atau rayah, seperti stiker atau badge, tidak selalu dapat dipastikan sebagai bagian dari organisasi tersebut. Fenomena yang terjadi di jalan Cokroaminoto Yogyakarta dapat dijadikan sebagai amsal. Ketika itu, seorang wanita pengendara motor memakai helm yang Pemakai turunan atau derivasi (derivate) liwa atau rayah, seperti stiker atau badge, tidak selalu dapat dipastikan sebagai bagian dari organisasi tersebut. Fenomena yang terjadi di jalan Cokroaminoto Yogyakarta dapat dijadikan sebagai amsal. Ketika itu, seorang wanita pengendara motor memakai helm yang

adalah bagiannya, maka kemungkinan besar akan mengenakan kerudung dan baju panjang yang menutup seluruh auratnya (gb. 2.94).

Gambar 2.94 Derivasi liwa dalam bentuk stiker di helm seorang wanita tanpa kerudung (Foto: Deni Junaedi, 2010)

ii. Liwa dan Rayah di Hizbut Tahrir Kesadaran penggunaan liwa dan rayah di HT dimulai sejak awal, paling tidak sejak partai ini didirikan di Yerusalem Palestina pada tahun 1953 oleh Taqiyuddin an-Nabhani. Hal ini terindikasi dalam buku resmi HT karya an-Nabhani yang diterbitkan pada tahun itu, Nizamul Islam (peraturan hidup dalam Islam). Di sana, alumni al-Azhar itu, 200 mencantumkan penggunaan liwa dan rayah dalam Rancangan Undang-Undang Dasar (Dustur) Negara Islam, tepatnya di Bab Angkatan Bersenjata Pasal 60, “Dalam angkatan bersenjata ditentukan keberadaan liwa dan rayah .” 201 Selanjutnya, pada buku yang ditulis belakangan, ad-Daulah al- Islamiyah (Negara Islam), an-Nabhani mengadakan perubahan letak pasal itu menjadi Pasal 64. 202 Lebih rinci, Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an- Nabhani, demikian nama panjangnya, membahas liwa dan rayah di buku Asy-Syakhshiyah al-Islamiyah (kepribadian Islam). 203

Ihsan Samarah, Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin an- Nabhani, terj. Muhammad Shiddiq al-Jawi (Bogor: Al-Azhhar Press, 2002), 5.

Taqiyuddin an-Nabhani, Nizamul al-Islam, (Hizbut Tahrir, 2001), 102. 202 An-Nabhani, 2009, 310.

Taqiyuddin an-Nabhani, Kepribadian Islam, terj. Agung Wijayanto, et al. (Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, cetakan ke-5, 2003), 310-314.

Ketika mendirikan HT, an-Nabhani didampingi oleh Dawud Hamdan, Ghanim Abduh, Adil an-Nablusi, dan Munir Syaqir. 204 Rencananya, HT didaftarkan secara resmi, namun pemerintah Yordania, yang kala itu membawahi Palestina, menolaknya. 205

Cita-cita HT untuk menegakkan Khilafah membuat partai ini di sepanjang sejarahnya dimusuhi penguasa. 206 Akan tetapi, hal itu tidak menghambat penyebarannya. Setelah meluas ke Tepi Barat dan Yordania, HT masuk ke ke Suriah, Libanon, Mesir, Irak, dan negeri-negeri Arab lainnya. Selanjutnya, menyebar ke Jerman, Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. 207

Namun demikian, perjalanan HT tidak mulus. Di Uzbekistan, anggota Hizb, demikian HT biasa disebut, dimasukkan ke bak air mendidih. Lalu, pemerintah Suriah membunuh lebih dari 300 anggota HT. Sementara, Kaddafi terang-terangan menggantung anggota HT di beberapa universitas saat siang bolong. Selain itu, Saddam Husein membunuh ratusan anggota HT selama tahun 1990-an. Demikian pula, Musharraf menganiaya

204 Abu Za’rur, Seputar Gerakan Islam, terj. Yahya Abdurrahman (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), 205; dan Joko Prasetyo, “Ulama Sufi yang Taat Syariat”, Media Umat, (Edisi 50, 7-20 Januari 2011), 22.

205 Abu Za’rur, 2009, 205.

Muhsin, 2007, 110. 207 Abu Za’rur, 2009, 206.

100 orang. 208 Kendati mengalami serangan fisik, HT tidak pernah mengubah metode perjuangannya yang dilakukan secara damai.

Dalam penyebaran gagasannya, HT mencetak puluhan buku resmi yang ditulis dalam bahasa setempat di samping bahasa Arab sebagai bahasa Asli. Kitab-kitab itu harus dipelajari anggotanya. Sebagaimana telah disinggung di muka, sebagian isi buku itu membicarakan liwa dan rayah. Maka, tidak aneh jika di seluruh kepengurusan HT menggunakan bendera yang sama. Pengibaran liwa dan rayah, antara lain, dapat dilihat di Libanon sebagai tempat kantor pusat HT (gb. 2.95), di Palestina (gb. 2.96), di Mesir (gb. 2.97), di Banglades (gb. 2.98), di Pakistan (gb. 2.99), di Inggris (gb. 2.100), maupun di Australia (gb. 2.101).

Gambar 2.95 Gambar 2.96

Rayah dikibarkan HT di Beirut Liwa dan rayah di HT Palestina Libanon tanggal 4 Maret 2011

(Tabloid Media Umat, edisi 23, 21

(Majalah al- Wa’ie, No.128, Th.XI,

Oktober – 3 November 2011, 28) 1-30 April 2011, 62)

Redaksi Al- Wa’ie, “Tahap Akhir Menuju Khilafah”, Media Politik dan Dakwah Al- Wa’ie, (No. 125 Tahun XI, 1-31 Januari 2011), 62.

Gambar 2.97 Gambar 2.98

Rayah di HT Mesir,

Liwa di HT Banglades, tanggal 18 November 2011

tanggal 23 Oktober 2009 (Tabloid Media Umat, edisi 23, 56-19 (Tabloid Media Umat, edisi 23, 56-19

November 2009, 28) November 2009, 28)

Gambar 2.99 Gambar 2.100

Liwa dan rayah di HT Pakistan,

Liwa dan rayah di HT Inggris, tanggal 17 April 2010

tanggal 26 Februari 2011

(Tabloid Media Umat, edisi 58, 6-

(Tabloid Media Umat, edisi 58, 6-9 9 Mei 2010, 29)

Mei 2010, 29)

Gambar 2.101 Liwa dan rayah di HT Australia, tanggal 4 Juli 2010 (Tabloit Media Umat, edisi 40, 16 Juli – 5 Agustus 2010, 28)

Ketika masuk ke Indonesia pada tahun 1982, HTI tidak langsung dapat mengibarkan liwa dan rayah. Saat itu Soeharto, selaku presiden Indonesia era Orde Baru, memperlakukan secara represif semua organisasi yang tidak sejalan dengan pemerintahan. 209 Perjuangan HTI secara terbuka baru bergeliat saat Reformasi di awal tahun 2000. 210 Bahkan HTI didaftarkan secara resmi sebagai ormas (organisasi massa) di Depdagri Ditjen Kesbang (Kesatuan Bansa). 211

Di era Reformasi, HTI mulai mengibarkan liwa dan rayah secara terbuka. Periode ini ditandai dengan Konferensi Khilafah Islamiyah di Jakarta tahun 2000, 212 HTI DIY terlibat di dalamnya. Selanjutnya, tahun 2007 HT berhasil menggelar Konferensi Khilafah Internasional (KKI) yang diikuti 100.000 peserta, dan dihadiri lebih dari 60 negara. 213 Kala itu liwa dan rayah dikibarkan aktivis HTI, baik di tempat duduk (gb. 2.102) maupun di tengah lapangan (gb. 2.103), bahkan ada yang naik ke atap Stadion Gelora Bung Karno.

209 Wawancara dengan Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, tanggal 31 Oktober 2010.

210 Zulkarnain, 2009, 48. 211 Muhsin, 2007, 110. 212 Muhsin, 2007, 110. 213 Redaksi, 2011, 63.

Gambar 2.102 Pengibar liwa dan rayah oleh peserta KKI, di Stadion GBK tanggal 12 Agustus 2007 (Foto: Hermanto, 2007)

Gambar 2.103 Aksi pengibar liwa dan rayah saat KKI (Foto: Hermanto, 2007)

Kedatangan HT ke Indonesia dibawa oleh Abdurrahman al- Baghdadi. Ia mempelajari pemikiran HT sejak di Libanon, negeri kelahirannya. Sebelum ke Indonesia, al-Baghdadi tinggal di Australia. Ia diundang oleh pengasuh pesantren Al-Ghazali Bogor, Abdullah bin Nuh, agar mengajar di pesantrennya. Di pesantren itu al-Baghdadi banyak berinteraksi dengan aktivis masjid al- Ghifari Institut Pertanian Bogor (IPB). Maka, tsaqofah atau pemikiran HT dapat menyebar di kampus itu. Selain al-Baghdadi, HT juga disebarkan oleh Mustafa, putra Abdullah bin Nuh. 214

Dari Bogor HTI menyebar ke berbagai propinsi di Indonesia. Di masing-masing kota, para aktivis HTI juga mengibarkan liwa dan rayah. Hal ini, antara lain, dapat dilihat di Jakarta sebagai pusat HTI (gb. 2.104), Aceh (gb. 2.105), Medan (gb. 2.106), Bangka Belitung (gb. 2.107), Jawa Barat (gb. 2.108), Makasar (gb. 2.109), Sulawesi Tenggara (gb. 2.110), Kalimantan Selatan (gb. 2.111), Papua (gb. 2.112), maupun DIY.

resmi kepada masyarakat, HTI memiliki juru bicara yang langsung ditunjuk oleh amir HT. Juru bicara HTI diamanatkan kepada Muhammad Ismail Yusanto. Lelaki kelahiran Cilacap tahun 1962 ini awalnya lahir di tengah kultur NU. Selain berdakwah sebagai kegiatan utamanya,

Untuk menyampaikan

pernyataan

214 Muhsin, 2007, 166.

alumni geologi UGM Yogyakarta ini juga mengajar di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 215

Gambar 2.104

Aksi pengibaran liwa oleh sabab HTI di Jakarta,

saat Konjab 1432 H tanggal 29 Juni 2011

(Media Umat, edisi 62, 2010, 17)

Gambar 2.105

Gambar 2.106

Liwa dan rayah di HTI Liwa dan rayah di HTI Medan Meulabuh Aceh, saat Pawai

dalam aksi tanggal 22 Januari 2011 Muharram tahun 2010

(Media Umat, edisi 52, 2010, 17)

(Al- Wa’ie, No.125, 2011, cover belakang)

215 Roziqin, 2009, 262.

Gambar 2.108 Liwa dan rayah di HTI Bangka

Gambar 2.107

Liwa dan rayah di HTI Jabar, Belitung, saat Konjab 1432 H,

saat Konjab 1432 H,

29 Juni 2011 (Al- Wa’ie, No.131, 2011, 60)

19 Juni 2011

(Al- Wa’ie, No.131, 2011, 72)

Gambar 2.110 Liwa dan rayah di HTI Makasar

Gambar 2.109

Liwa dan rayah di HTI Sulawesi saat aksi 23 Januari 2011

Tenggara, saat Konjab 1432 H,

(Media Umat, edisi 52, 2010, 17) 12 Juni 2011

(Al- Wa’ie, No.131, 2011, 48)

Gambar 2.111

Liwa yang terdiri dari enam bagian dan rayah di HTI Kalimantan Selatan, saat Konjab 1432 H, 12 Juni 2011

(Al- Wa’ie, No.131, 2011, 46)

Gambar 2.112

Liwa di HTI Papua di Jayapura, saat Konjab 1432 H, 12 Juni 2011

(Media Umat, edisi 62, 2010, 18)

Gagasan HT masuk ke Yogtakarta melalui organisasi mahasiswa berjuluk Santer atau Santri Terbang yang dikomando Rasyid Supriyadi pada tahun 1988. Nama Santer digunakan mengingat anggota kelompok ini mesti pulang-pergi dari Yogyakarta ke berbagai pesantren yang ada di Magelang, Purworejo, maupun Tegalrejo. Para mahasiswa itu memanfaatkan waktu libur kuliah untuk nyantri. Anggota Santer terdiri dari berbagi mahasiswa perguruan tinggi, seperti UGM, UPN, dan IKIP Yogyakrta (sekarang UNY). Latar belakang mereka juga beragam, ada yang berasal dari lingkungan NU, Muhammadiyah, Persis, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), maupun Pelajar Islam Indonesia (PII). 216

216 Muhsin, 2007, 117-123.

Kepengurusan HTI DIY terbentuk tahun 1992. Dari 20 anggota Santer, 12 orang yang aktif mengikuti kajian mengajukan diri untuk bergabung dengan HTI. Di antaranya adalah Rasyid Supriyadi (kini Ketua DPD I HTI DIY), Andang (kini dosen UGM), Abu Alya (kini dosen UNY), Aris Nasuha (kini dosen UNY), Dwi Condro Triyono (kini dosen STIE Hamfara), dan Abu Hanif (guru SMK Pembangunan). 217

Selanjutnya, dengan kerja keras anggotanya HTI DIY dapat tersebar di berbagai kampus Yogyakarta, seperti UGM, UPN, UII, UNY, UMY, UIN, STEI Hamfara, ISI Yogyakarta, dan lainnya. Kini anggota parpol ini tidak sekedar dari kalangan dosen atau mahasiswa, namun juga berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mulai pelajar SMA, pegawai negeri, karyawan, pengusaha, seniman, sampai ibu rumah tangga.

Dari berbagi rekaman gambar terlihat, liwa dan rayah yang digunakan HT di manapun, baik di Indonesia maupun luar negeri, secara visual relatif sama. Umumnya perbedaan hanya ada pada komposisi huruf dalam lafaz kalimat sahadat. Namun demikian, saat unjuk rasa menolak uji materi UU Penistaan Agama di depan gedung Mahkamah Agung tahun 2010, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HTI mengibarkan liwa dan rayah dengan tambahan tulisan, yaitu DPP HTI (gb. 2.113).

217 Muhsin, 2007, 119.

Gambar 2.113

Tulisan DPP HTI di liwa dan rayah saat unjuk rasa menolak uji materi UU Penistaan Agama, di Jakarta

(Tabloid Media Umat, edisi 29, 2010, 2)

Selain liwa dan rayah, visual yang menonjol di HT adalah penggunaan warna oranye. Tidak ada buku HT yang membicarakan masalah ini, dan penggunaan warna ini bukan suatu kewajiban dalam Islam. Menurut Andika Dwijatmiko, desainer visual HTI, warna oranye, hitam, putih, dan abu-abu, adalah corporate color, yaitu berfungsi untuk mempermudah membuat segala macam atribut promosi. Dengan demikian warna tersebut dijadikan sebagai warna khas organisasi, atau sebagai identifikasi. Andika menambahkan, warna oranye bersifat dinamis Selain liwa dan rayah, visual yang menonjol di HT adalah penggunaan warna oranye. Tidak ada buku HT yang membicarakan masalah ini, dan penggunaan warna ini bukan suatu kewajiban dalam Islam. Menurut Andika Dwijatmiko, desainer visual HTI, warna oranye, hitam, putih, dan abu-abu, adalah corporate color, yaitu berfungsi untuk mempermudah membuat segala macam atribut promosi. Dengan demikian warna tersebut dijadikan sebagai warna khas organisasi, atau sebagai identifikasi. Andika menambahkan, warna oranye bersifat dinamis