Pengalaman Estetis pada Sabab HTI DIY
C. Pengalaman Estetis pada Sabab HTI DIY
Pengalaman estetis yang dirasakan aktivis atau sabab HTI DIY ketika melihat penggunaan liwa dan rayah berupa efek emosional. Namun demikian, bendera itu tidak hanya menyebabkan efek emosional, tetapi juga efek energetis dan efek logikal. Efek energetis, meskipun bukan bentuk pengalaman estetis, merupakan aspek penambah pengalaman estetis, dan juga aspek yang terlihat dari pengalaman estetis. Demikian pula, pengalaman estetis terkait dan terjadi secara bersama dengan efek logikal.
1. Efek Emosional sebagai Pengalaman Estetis
Efek emosional merupakan perasaan yang timbul pada sabab HTI DIY saat menyaksikan pengibaran liwa dan rayah. Efek tersebut berupa perasaan haru. Keterharuan, atau yang terkait dengannya seperti rasa ingin menangis, diakui oleh sabab HTI DIY . “Saya merasa terharu,” kata Rasyid Supriyadi, Ketua DPD I HTI DIY, setelah menyaksikan pengibaran liwa dan rayah pada acara Konjab 1432 H
tanggal 19 Juni 2011. 37
Pentas pengibaran liwa dan rayah yang berlangsung di JEC itu juga menimbulkan perasaan haru bagi seorang daris. Pelajar HTI DIY itu mengaku hampir tidak dapat menahan tangis , “Saya tidak berani
37 Wawancara dengan Rasyid Supriyadi, DPD I HTI DIY, tanggal 19 37 Wawancara dengan Rasyid Supriyadi, DPD I HTI DIY, tanggal 19
yang akan menangis saat menyaksikan pengibaran liwa dan rayah. ” 39 Konteks penggunaan liwa dan rayah ikut menentukan kemunculan pengalaman estetis pada diri sabab HTI DIY. Pada Konferensi itu, pengibaran bendera dikondisikan dalam situasi khusus. Ketika itu, pentas pengibaran bendera hitam dan putih yang dilakukan oleh belasan pemuda itu seakan menjadi puncak acara konferensi, dilakuakn di tengah-tengah acara, setelah dan sebelum beberapa sambutan. Selain itu, musik dengan tempo cepat ikut mengiringi pertunjukan itu.
Konteks yang menyertai liwa dan rayah di Konjab 1432 H terasa pengaruhnya jika dibandingkan dengan yang dipasang di jalan. Bendera yang digunakan dalam pementasan lebih mampu memompa pengalaman estetis. Akan tetapi, bukan berarti bendera yang dipasang di jalan tidak mampu membangkitkan pengalaman estetis. Seorang
peserta Konjab 1432 H yang berasal dari luar DIY mengaku, “Saya
38 Wawancara dengan P, seorang daris HTI DIY, pada tanggal 11 September 2011.
39 Wawancara dengan petugas komunikasi pers pada acara Konjab 39 Wawancara dengan petugas komunikasi pers pada acara Konjab
menyatakan, “Saya lebih merasa bersemangat ketika melihat pengibaran liwa dan rayah di masirah ketimbang di Konjab 1432 H,
apalagi di masirah saya dapat memegang sendiri bendera itu. ” 41 Meskipun demikian, ada juga yang merasa sebaliknya, sabab yang lain
menyatakan, “Perasaan semangat saya lebih terasa ketika melihat pengibaran liwa dan rayah di Konjab 1432 H ketimbang dalam
masirah. ” 42 Perbedaan pengalaman ini terjadi karena efek emosional bersifat subjektif. Bahkan, terdapat sabab HTI DIY yang merasa biasa-biasa saja ketika menyaksikan pengibaran liwa dan rayah. Dulu, ketika melihat lautan liwa dan rayah di Stadion GBK dalam acara Konferensi Khilafah Internasional tahun 2007, pria itu memang merasa tergetar. Akan tetapi, setelah berkali-kali melihat pengibaran liwa dan rayah ia
merasa biasa. 43 Perasaan istimewa memang dapat menjadi biasa
40 Wawancara dengan DM., peserta Konjab 1432 H, tanggal 18 Juni 2011.
41 Wawancara dengan R., daris Muslimah HTI DIY, tanggal 30 Desember 2011.
42 Wawancara dengan TW., daris HTI DIY, tanggal 20 April 2012.
setelah terjadi berulang kali. Ini sesuai dengan teori Herman Heinrich Gossen yang dirumuskan dalam Hukum Gossen I, “Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang, dan pada suatu saat akan mencapai titik
kepuasan. ” 44 Meskipun demikian, ada juga seorang daris yang tetap merasa bersemangat saat melihat pengibaran liwa dan rayah kendati
telah berulang kali mengalamaninya. 45
Derivat liwa dan rayah, misalnya, dalam bentuk gambar tempel, dapat juga membangkitkan pengalaman estetis pada sebagian sabab HTI DIY. Hal itu diakui seorang daris Muslimah HTI DIY, “Sticker liwa atau
rayah mampu
membangkitkan
semangat perjuangan sebagaimana bendera itu sendiri.” 46 Sekali lagi, perasaan itu juga tidak
sama antara satu sabab dengan sabab lainnya. Seorang daris HTI DIY yang lain menyatakan, “Tentu saja liwa dan rayah yang lebih dapat
membangkitkan semangat ketimbang sticker bendera itu.” 47 Pemasangan derivat liwa dan rayah yang berupa hiasan tidak selalu tekait dengan niatan untuk membangkitkan perasaan bersemangat. Seorang anggota HTI DIY yang di rumahnya memasang hiasan liwa dan rayah ber ukuran kecil menyatakan, “Bendera itu adalah hadiah ketika saya mengisi kajian. Saya memasangnya karena
44 Supriyanto dan Ali Muhson, Ekonomi (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), 26.
45 Wawancara dengan TW., daris HTI DIY, tanggal 20 April 2012.
46 Wawancara dengan R., daris Muslimah HTI DIY, tanggal 30 Desember 2011.
bentuknya indah, bukan karena untuk membangkitkan semangat perjuangan. Bagi saya semangat tidak dibangkitkan melalui benda.” 48 Baginya, semangat hidup dibangkitkan oleh pemahaman-pemahaman. Namun demikian, pernyataannya bahwa derivat liwa dan rayah bentuknya indah menunjukkan bahwa objek itu tetap membangkitkan pengalaman estetis, yaitu pengalaman akan keindahan.
Keterharuan yang diraskan sabab HTI DIY merupakan campuran antara perasaan senang, bangga, semangat, kagum, terpesona, dan sekaligus merasa berhadapan dengan sesuatu yang besar. Perasaan seperti itu, meskipun tidak sepenuhnya, terkait dengan kondisi sublim (sublime). Sublim, yang digagas Edmund Burke pada abad ke-18, merupakan pengalaman tentang astonishment. Astonishment adalah gerakan jiwa yang tertahan, dan dengan sedikit unsur rasa mencekam
(horror). 49 Baik Burke maupan Kant memberikan contoh sublim dengan pengalaman ketika berhadapan dengan keagungan alam, misalnya, gunung yang tinggi atau padang pasir yang luas. 50 Konsep Khilafah, sebagai negara super power yang dicita-citakan HT, dan liwa dan rayah yang menjadi simbol penegakan Khilafah, menjadikan bendera itu berefek bagi sabab HTI DIY sebagaimana berhadapan dengan sesuatu yang besar. Keterpesonaan pada sesuatu
48 Wawancara dengan MS., anggota HTI DIY, tanggal 4 Maret 2012. 49 Edmund Burke, A Philosophical Enquiry into the Origin Of Our Ideas
of the Sublime and Beautiful (London: R. and J. Dodsley, 1764), 95. 50 Donal W. Crawford, “Kant”, dalam Berys Gault dan Dominic Mclver
Lopes, The Routledge Companian to Aesthetics (London dan New York: Lopes, The Routledge Companian to Aesthetics (London dan New York:
2. Efek Energetis sebagai Penyerta Pengalaman Estetis
Pengibaran liwa dan rayah juga mampu membangkitkan efek energetis pada sabab HTI DIY. Efek energetik merupakan reaksi fisik saat menyaksikannya. Efek ini terlihat pada beberapa aktivis HTI DIY yang dengan bersemangat mengangkat kepalan tangan sambil
berteriak, “Allahu Akbar!” Efek energetis, antara lain, tampak saat Konjab 1432 H tanggal 19 Juni 2011 atau aksi “Menolak Liberalisasi Migas ” tanggal 21 Januari 2011. Dalam aksi ini, ketika orator meminta liwa dan rayah dikibarkan, peserta aksi meloncat-loncat penuh semangat sambil meneriakkan takbir.
Acungan kepalan tangan maupun teriakan takbir tersebut menyertai pengalaman estetis. Efek energetis bukan pengalaman estetis, tapi faktor yang menyebabakan pengalaman estetis akan lebih terasa. Pengalaman estetis dalam bentuk keterharuan atau sublim terefleksikan lewat gerakan-gerakan fisik.
Tidak semua peserta Konjab 1432 H mengacungkan kepalan tangan sambil meneriakkan takbir. Bahkan, beberapa tokoh penting HT tidak melakukannya, misalnya, Ismail Yusanto sebagai Juru Bicara
HTI, Rasyid Supriyadi sebagai Ketua DPD HTI DIY, atau Hasan Konakata selaku pejuang Khilafah dari Jepang yang juga Guru Besar Teologi Universitas Doshisha.
Karena efek energetis merupakan penyerta efek emosional, sabab HTI DIY yang tidak melakukan acungan tangan saat pengibaran liwa dan raya tidak dapat dikatakan tidak mengalamai pengalaman estetis. Pengalaman estetis tetap dapat terjadi tanpa efek energetis yang kasat mata. Meskipun demikian, efek energetis yang tidak langsung terlihat, seperti air mata yang keluar atau otot yang menegang tetap dimungkinkan terjadi. Sebaliknya, sabab HTI DIY yang terlihat mengalamai efek energetis saat pengibaran bendera tersebut hampir dapat dipastikan sedang mengalami pengalaman estetis, kecuali jika gerakan yang dilakukan hanyalah pura-pura.
Gambar 4.40
Efek energetik berupa kepalan tangan dan pekikan takbir, dalam Konjab 1432 H tanggal 19 Juni 2011
(Foto: Deni Junaedi 2011)
3. Efek Logikal sebagai Pendorong Pengalaman Estetis
Efek logikal merupakan efek berupa pemikiran yang muncul pada sabab HTI DIY ketika mencermati penggunaan liwa dan rayah. Kemunculan efek ini terkait dengan pemahaman sabab HTI DIY yang diperoleh melalui forum halqoh. Karena pemahaman yang diperoleh relatif sama, efek logikal yang muncul pada sabab HTI DIY juga sama, yaitu keterkaitan antara liwa dan rayah dengan negara Khilafah.
Efek logikal bukan termasuk pengalaman estetis, tapi tanpa unsur logikal pengalaman estetis tidak akan muncul. Jika tidak ada pemahaman bahwa liwa dan rayah adalah bendera Islam dalam negara Khilafah, maka pengalaman estetis dalam bentuk keharuan, semangat, atau sublim tidak akan muncul dalam benak sabab HTI DIY.
Sebagaimana telah dibahas dalam konteks budaya, pemahaman HTI DIY terhadap liwa dan rayah dibangun mulai dari keimanan hingga ke penerapan dalam negara Khilafah. Keimanan pada keberadaan Pencipta, kemukjizatan al-Quran, dan kerasulan Muhammad diperoleh menggunakan argumentasi akal; dan keimanan pada hal gaib lainnya dinukil dari al-Quran maupun hadis mutawatir. Keimanan itu melandasai pelaksanaan semua hukum Islam baik dalam aspek hubungan manusia dengan dirinya, dengan Allah, maupun dengan sesama manusia. Aspek hubungan manusia dengan manusia ini meliputi kehidupan bernegara, yaitu negara Khilafah. Negara Khilafah yang dicita-citakan HT inilah yang menggunakan liwa dan rayah. Dengan demikian dapat dipahami, efek logikal yang ada Sebagaimana telah dibahas dalam konteks budaya, pemahaman HTI DIY terhadap liwa dan rayah dibangun mulai dari keimanan hingga ke penerapan dalam negara Khilafah. Keimanan pada keberadaan Pencipta, kemukjizatan al-Quran, dan kerasulan Muhammad diperoleh menggunakan argumentasi akal; dan keimanan pada hal gaib lainnya dinukil dari al-Quran maupun hadis mutawatir. Keimanan itu melandasai pelaksanaan semua hukum Islam baik dalam aspek hubungan manusia dengan dirinya, dengan Allah, maupun dengan sesama manusia. Aspek hubungan manusia dengan manusia ini meliputi kehidupan bernegara, yaitu negara Khilafah. Negara Khilafah yang dicita-citakan HT inilah yang menggunakan liwa dan rayah. Dengan demikian dapat dipahami, efek logikal yang ada
Di sisi lain, wajar jika seseorang di luar HTI DIY, atau HT, yang tidak memiliki pemahaman yang sama tentang liwa dan rayah akan mendapat pengalaman estetik yang berbeda ketika melihat bendera itu. Misalnya, seseorang yang melalui media massa selalu melihat penggunaan bendera itu oleh pejuang Muslim bersenjata atau yang biasa disebut teroris, akan mengkaitkan bendera itu dengan tindak kekerasan. Hasilnya, ia akan merasakan efek emosional atau pengalaman estetis berupa kengerian, sekalipun yang menggunakan adalah HT yang tidak menggunakan metode kekerasan.