Periode Jahiliyah
A. Periode Jahiliyah
Sebelum kedatangan Islam, atau yang dikenal sebagai masa Jahili yah yang secara literal berarti ‟kebodohan‟, suku-suku di jazirah Arab telah mengenal penggunaan bendera. William
Crampton menyatakan bahwa penggunaan bendera pada bangsa Arab terjadi setelah China memakainya 1 (tahun 12 SM dinasti Chou di China telah mengibarkan bendera berwarna putih). 2 Selanjutnya,
gemar mengembara memperkenalkan bentuk bendera ke Eropa (sebelumnya masyarakat Yunani dan Romawi, sebagaimana bangsa Mesir kuno,
memakai tongkat dengan simbol-simbol tertentu di ujungnya). 3 Masyarakat Arab praislam memakai bendera untuk berbagai keperluan, antara lain, dalam peperangan, penjual arak, penyair wanita, mainan anak-anak, maupun tempat pelacuran. Hal ini tergambar di beberapa syair. Misalnya, Antarah bin Syaad, penyair terkenal kala itu, melantunkan, “Pasukan berharap pada prajuritnya itu, bendera bagai bayangan burung berterbangan.” Sementara, bendera penjual arak, yang disebut al-ghayat,
digambarkan oleh Labid, “Benderanya telah dikibarkan dan arak siap dihidangkan.” Selanjutnya, bendera pelacur dipaparkan oleh Imam al-Alusi. Ulama salaf (kuno) itu menggambarkan, para pelacur memasang bendera di depan pintu rumah bordil untuk
menggaet segerombolan laki-laki yang menginginkan kenikmatan. 4
1 William Crampton, Flag (London: A Dorling Kindersley, 1989), 8. 2 Philip W. Goetz, The New Encyclopaedia Brittanica, Volume 4 (Cichago: The University of Chicago, edisi ke-15, 1988), 811. 3 Crampton, 1989, 8. 4 Abdullah bin Muhammad bin Sa‟d al-Hujaili, al-‘Alamu Nabawiy
as-Syarif wa Tatbiqatihi al-Qadimatu wa al- Ma’ashiratu (Madinah al- Munawarah: Maktabat al- „Ulum wa al-Khikam, 2002), 17-31.
Sebelum Islam, di Mekah terdapat kepegawaian yang bertugas menjaga panji-panji keramat. Departemen yang disebut liwa ini merupakan satu di antara lima institusi penguasa yang memiliki tugas berbeda. Penganugrahan bendera oleh departemen
ini kepada panglima perang merupakan wujud penghargaan. 5 Dalam hitungan Ibnu Aid al-Qurasi, kira-kira terdapat tujuh puluh bendera di kabilah Arab. Ragam bendera itu antara lain tergambar sebagai berikut. Bendera bani Salim berwarna merah; awalnya berwarna putih, namun saat perang Hunain menjadi merah karena darah, maka warna itu ditetapkan secara resmi untuk benderanya. Bendera bani Sukun berwarna merah, berbentuk segi empat, juga terdapat rumbai merah dan putih. Selain itu, bani Sukun memiliki panji yang berwarna putih bergambar bulan sabit biru, panji ini bernama al-Khutamah. Bendera bani Hudailah menggunakan ground putih, di tengahnya terdapat charge bulan sabit merah. Bendera kabilah Hawazin berwarna merah dan hitam. Bendera bani Abbas berwarna merah, bergambar bulan putih; bendera itu memiliki tiga buah rumbai, dua berwarna merah, satu berwarna putih. Bendera kabilah Asad berwarna kuning berbentuk segi empat. Bendera bani Qurah berwarna putih dan biru. Bendera suku Ghassan berwarna merah
5 A. Yani Abeverio, “Penguasa, Oposisi, dan Ekstrimis dalam Khi lafah Islam; Mapping Historis”, dalam A. Maftuh Abegebriel dan A. Yani Abeverio, Negara Tuhan The Thematic Encyclopedia (Yogyakarta: SR-
Ins Publishing, 2004), 48-49.
pada kedua sisinya dan tengahnya berwarna putih. Bendera suku Aus berwarna hijau. Bendera suku Khazraj berwarna merah. Adapun bendera bani Qutaibah berwarna putih, terdapat sebuah rumbai yang juga berwarna putih, dan di tengahnya terdapat
charge raja singa. 6
Ketika Islam datang, menurut al-Hujaili, Nabi Muhammad menghapus seluruh bendera yang bertentangan dengan akidah Islam. 7 Akan tetapi al-Hujaili tidak merinci bendera apa yang tidak lagi boleh digunakan. Mungkin, bendera bani Qutaibah, yang di tengahnya terdapat gambar raja singa, termasuk yang dilarang, karena banyak hadis tentang larangan melukis mahluk hidup. Salah satu hadis yang terkenal disampaikan oleh Ibnu Abbas,
“Jika kamu harus menggambar, maka gambarlah pohon dan apa
yang tidak memiliki jiwa.” 8