Bendera Kabilah Arab yang Diterima Nabi Muhammad
3. Bendera Kabilah Arab yang Diterima Nabi Muhammad
Selain menggunakan liwa dan rayah, Nabi Muhammad juga menerima bendera kabilah Arab yang telah digunakan sejak masa jahiliyah namun tidak bertentangan dengan syariah Islam. Bendera itu milik suku Aus, suku Khazraj, dan bani Salim. Bendera suku Aus berwarna hijau, bendera suku Khazraj dan bani
salim berwarna merah. 38
Keberadaan bendera kabilah Arab yang berwarna merah ini mungkin yang menyebabkan beberapa penulis menyatakan bahwa bendera Nabi Muhammad berwarna merah. Misalnya, dalam Complete Flags of the World, David Roberts menyatakan bahwa warna merah pada bendera negara Maroko merepresentasikan
warna bendera Nabi Muhammad. 39
Selain itu, ketika membahas bendera Indonesia, Ahmad Mansur Suryanegara menyatakan, “Merah Putih berasal dari
bendera Rasulullah,” 40 Pendapatnya diamini Tata Septayuda Purnama dengan menambahkan keterangan bahwa warna sarung pedang Nabi Muhammad dan sahabatnya, Ali dan Khalid, juga berwarna merah. Untuk memperkuat pernyataan tersebut,
Purnama men gutip hadis Nabi yang disampaikan Sauban, “Dan
38 Al-Hujaili, 2002, 22-23. 39 David Roberts, Complete Flags of the World (London, New York,
Melbourne, Munich, dan Delhi: DK, cetakan ke-7, 2008), 56. 40 Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah (Bandung:
Salamadani, 2009, cetakan ke-2, 2009), xii.
sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai wilayah yang dilipat untukku, aku juga dikaruniai dua perbendaharaan, yaitu
merah dan putih.” 41 Sebenarnya hadis ini berkisah tentang berita akhir zaman, bukan tentang bendera. Sebagian penafsir menyatakan merah berarti Romawi dan putih berarti Persia. 42 Sementara itu, Abidurrohman dalam buku Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam di Masa Silam menampilkan gambar bendera yang salah satu unsur warnanya adalah merah dan dikatakan milik Nabi Muhammad (gb. 2.2.); bendera ini sekarang
tersimpan di Istana Topkapi Turki; 43 gambarnya beredar di dunia maya. Pengkaitan itu meragukan. Bendera tersebut menggunakan jenis kaligrafi atau khat sulus yang cenderung sempurna. Padahal, khat ini diciptakan setelah Nabi Muhammad wafat. Bentuk sulus tidak dapat dilepaskan dari kodifikasi yang dilakukan Ibnu Muqlah, asisten Khalifah Bani Abasiyah yang lahir pada akhir
abad ke-9. 44 Ibrahim As-Syajari yang lebih awal merintis khat sulus juga hidup di masa Bani Abbas. 45 Demikian juga, Qubah al- Muharris yang disebut-sebut menciptakan khat sulus hidup pada
41 Tata Septayuda Purnama, Khazanah Peradaban Islam (Solo: Tinta Medina, 2011),129.
42 Abu Fatiah al-Adnani, Misteri Pasukan Panji Hitam Ashabu Raayati Suud (Surakarta: Granada Gramedia, 2008), 28.
43 Abidurrohman, Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam di Masa Silam (Bandung: Piramid, 2010), 78.
44 D. Sirojuddin AR., Seni Kaligrafi Islam (Jakarta: Multi Kreasi, cetakan ke-4, 1992), 86-93
45 AR., 2007, 70.
masa Khilafah Umayyah. 46 Saat zaman Nabi, langgam khat masih sederhana, sebagaima yang tertera pada surat Nabi Muhammad
untuk Raja Bizantium (gb. 1.8.). 47
Gambar 2.2 Bendera yang diklaim milik Nabi Muhammad, meragukan karena menggunakan khat sulus cukup sempurna (Sumber: www.ordonee.com, 2/5/2012)
Selain itu, data tentang liwa dan rayah dari hadis yang secara maknawi bersifat mutawatir lebih memiliki keabsahan dibandingkan dengan artefak yang diklaim berasal dari Nabi Muhammad. Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang (rawi), dengan demikian mustahil jika mereka sepakat untuk berdusta. Mahmud Thahan menyebutkan, jumlah rawi untuk hadis ini paling sedikit adalah 10 orang pada tiap
46 Yasin Hamid Safadi, Kaligrafi Islam, terj. Abdul Hadi W.M. (Jakarta: Pantja Simpati, 1986), 16.
47 Al-Azami, 2005, 138.
tingkatan. Sifat mutawatir dapat berupa lafaznya maupun maknanya. 48 Kabar tentang liwa dan rayah terekam dalam hadis mutawatir secara maknawi. Dengan demikian, beberapa bendera kabilah Arab yang telah ada sejak masa Jahilah memang ada yang diterima Nabi Muhammad, yaitu bendera suku Aus yang berwarna hijau, dan bendera suku Khazraj maupun bani Salim yang berwarna merah. Akan tetapi, Nabi Muhammad dan para Sahabatnya menggunakan liwa dan rayah.