Kegiatan Penutup

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan dimana guru :

a) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan

konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik

e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya (BSNP, 2007:17-18)

commit to user

Penilaian hasil pembelajaran dapat dinyatakan sebagai usaha mengukur pencapaian tujuan kegiatan belajar yang mencerminkan perubahan tingkah laku, kecakapan dan status siswa dalam menelaah pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa digunakan suatu alat penilaian, yaitu berupa tes buatan guru bidang studi masing-masing. Tes yang dibuat oleh guru terutama untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian kompetensi siswa, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya (BSNP, 2007:18).

Penilaian proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh setiap guru haruslah yang dapat mengukur baik dari kognitif, afektif, maupun psikomotorik dari siswa. Dalam pembelajaran RSBI, penilaian hasil pembelajaran seharusnya dilakukan secara konsisten, sistematik, dan ter- program serta seharusnya dapat dilakukan dengan multi teknik, yaitu tidak hanya tes tertulis atau tes lisan saja, tapi juga dapat berupa unjuk kerja, proyek, portofolio, praktek, dan jenis penilaian lain yang dapat digunakan untuk menilai seluruh kompetensi siswa. Sebaiknya, guru melaksanakan penilaian hasil pembelajaran dengan menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran (BSNP, 2007:18).

Selain itu penilaian proses pembelajaran di RSBI seharusnya sudah berbasis ICT. Untuk menjadi sekolah internasional, kegiatan evaluasi pun harus mampu menunjukkan keinternasionalannya. Penilaian pembelajaran berbasis ICT dapat dilakukan dengan adanya penggunaan powerpoint, CD interaktif, video maupun animasi pembelajaran di kelas, pemberian tugas kepada siswa dengan bahan materi dari media internet, pengumpulan tugas melalui email. Selain itu, guru dan siswa seharusnya memiliki blog pembelajaran tersendiri melalui internet yaitu berupa e- learning. Dengan e-learning, guru dapat memberikan materi bahkan

commit to user

dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga dihasilkannya siswa yang memiliki kompetensi lebih yaitu dalam hal ICT.

e. Proses Pembelajaran R-SMA-BI

Proses pembelajaran pada program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI) harus memenuhi SNP + X, sehingga diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkepribadian Indonesia tetapi memiliki kemampuan dan daya saing baik dalam taraf nasional maupun internasional. Rintisan SMA bertaraf internasional tidak boleh kehilangan jati diri sebagai sekolah nasional, sebaliknya rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu duduk setara dengan sekolah di negara-negara angota OECD dan/atau negara-negara maju lainnya.

Lulusan sekolah bertaraf internasional diharapkan mempunyai kompetensi yang mampu menjawab tantangan global dan cakap berkomunikasi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sekolah berlabel bertaraf internasional mampu mendukung pemerintah dalam menyiapkan “Manusia-manusia Indonesia yang kemampuannya

berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan kead ilan sosial” (Haryana, 2007:168). Penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf internasional mampu mendukung lulusannya untuk dapat melanjutkan sekolah ke luar negeri, membuka peluang untuk go international dengan mudah, dengan harapan mampu menunujukkan prestasinya di tingkat dunia. Bagi guru SMA, dengan adanya program R-SMA-BI diharapkan dapat menjadi suatu motivasi untuk belajar dan bereksperimen dengan kurikulum negara lain (Mariati, 2007:592).

Untuk menghasilkan lulusan sesuai harapan, maka pengembangan proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional dapat berpedoman pada lima prinsip pembelajaran yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005, yang menyebutkan bahwa, “Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

commit to user

aktif serta memberikan ruang yang cukup tinggi bagi prakarsa dan kreativitas, sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ” (Depdiknas, 2007a:23). Kelima prinsip tersebut dapat dikembangkan sebagai upaya untuk menghasilkan proses pembelajaran yang bercirikan internasional

Menurut Haryana (2007:160-161), ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut :

1) Pro perubahan, yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar,

dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan- kemungkinan baru, a joy of discovery

2) Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful learning, cooperative learning;

quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional

3) Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua

mata pelajaran

4) Proses pembelajaran menggunakan bahasa inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi

5) Proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju

lainnya.

Sementara menurut Depdiknas (2008:29-30), proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu membekali siswa dengan ketrampilan-ketrampilan sebagai berikut :

1) Mengorganisasi belajar. Yang termasuk dalam keterampilan ini adalah peserta didik mampu mengelola waktunya dengan baik,

menggunakan buku agenda, locker, dan sebagainya.

2) Berkolaborasi. Keterampilan berkolaborasi antara lain: berperan

dan bertanggung jawab dalam kerja kelompok.

3) Berkomunikasi.

Keterampilan

berkomunikasi yang dimaksudkan antara lain: kemampuan mengkomunikasikan data atau diagram yang diberikan, dan melakukan presentasi.

4) Meneliti. Salah satu keterampilan penting dalam penelitian adalah ketrampilan menerapkan metode ilmiah, misalnya

merumuskan masalah, menyusun hipotesa, menyusun desain percobaan, melakukan pengamatan, mengumpulkan data,

commit to user

laporan.

5) Belajar untuk berpikir dengan sudut pandang yang lain, misalnya: dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada,

kekuatan dan kelemahan yang ada, perasaan, alternatif yang ada, dan sebagainya.

6) Melakukan evaluasi diri maupun kelompok terhadap

kegiatan/tugas/ proyek yang dilakukan.

Di samping itu, proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional juga harus mampu membekali peserta didik tentang kesadaran terhadap peran dan tanggung jawab mereka sebagai masyarakat, serta tanggap terhadap masalah pribadi, sosial dan global. Namun demikian, proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui program pendampingan sebelum akhirnya menjadi SMA bertaraf internasional.