Pemahaman Warga Sekolah tentang Program RSBI

b. Pemahaman Warga Sekolah tentang Program RSBI

Sekolah RSBI yang bertujuan untuk menghasilkan output yang berkualitas sesuai yang diharapkan semua pihak, tentunya tidak lepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Guru dan siswa akan mengimplementasikan konsep RSBI yang mereka pahami dalam setiap proses pembelajaran. Pemahaman guru dan siswa tentang program RSBI menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan sesuai tidaknya proses pembelajaran yang berlangsung dengan pedoman RSBI. Oleh karena itu, perlu diketahui juga pemahaman guru dan siswa tentang program RSBI dalam proses pembelajaran kelas X SMA Negeri 3 Surakarta.

Menurut teori, Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (SMA- BI) didefinisikan sebagai SMA nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan standar pendidikan lainnya (baik standar pendidikan yang berasal dari dalam maupun luar negeri) yang mempunyai reputasi secara internasional. Oleh karena itu, SMA-BI dapat dirumuskan sebagai SNP + X. SNP meliputi delapan standar yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

commit to user

pada R-SMA-BI berupa penyesuaian, penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman atau penambahan terhadap SNP; ICT (Information Communication Technology); Bahasa Asing (Inggris, Cina, Jepang, Arab, Perancis, Jerman, dsb.); dan budaya lintas bangsa.

Pemahaman konsep RSBI yang diperoleh dari hasil wawancara baik dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum, Penanggung Jawab RSBI, guru Fisika, dan siswa kelas X SMA Negeri 3 Surakarta, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa RSBI merupakan sebuah sekolah yang memenuhi SNP dan memiliki faktor tambahan, yaitu faktor “X” agar mampu menghasilkan lulusan yang setara dengan lulusan di tingkat internasional terutama di negara-negara maju. Berdasarkan hasil wawancara, tersirat bahwa faktor “X” yang dimaksud adalah adanya bentuk

kerjasama dengan pihak eksternal (luar negeri) yang dilakukan untuk memenuhi standar keinternasionalan SMA Negeri 3 Surakarta, penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dan penerapan pembelajaran berbasis ICT di kelas serta memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang lebih tinggi dari Sekolah Standar Nasional (SSN).

Berdasarkan pemahaman konsep RSBI yang disampaikan oleh masing-masing responden, dapat dikatakan bahwa responden cukup memahami beberapa garis besar konsep RSBI. Hal ini dikarenakan, masih ada hal-hal yang kurang sesuai dengan teori dari konsep RSBI yang sebenarnya. Hal yang kurang sesuai lebih kepada pemahaman responden mengenai pembelajaran bilingual yang seharusnya terjadi di kelas RSBI sekaligus adanya budaya lintas bangsa yang masih belum diketahui dan dipahami benar oleh sebagian responden.

Di balik ketidaksesuaian yang terjadi, ada beberapa hal yang cukup melegakan, bahwa sebagian besar guru dalam mengartikan RSBI sudah mengutarakan tujuan RSBI yang mampu menghasilkan siswa yang dapat bersaing secara global. Sangat penting dipahami dan dipegang teguh oleh seorang guru, bahwa tujuan RSBI merupakan landasan untuk

commit to user

Kekhawatiran bahwa guru tidak hanya akan menekankan pada pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris dan berbasis ICT tidak terbukti adanya. Guru ternyata senantiasa masih memperhatikan mutu pembelajaran demi menghasilkan output yang berkompeten baik secara nasional maupun internasional sesuai yang diharapkan program RSBI.

Selain itu, diharapkan siswa bersedia mendukung dan berpartsipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas RSBI sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya sendiri untuk memiliki kompetensi serta daya saing kuat secara nasional maupun internasional.