Analisis Hasil Wawancara Guru Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta

b. Analisis Hasil Wawancara Guru Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta

Analisis hasil wawancara untuk hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan Proses Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta

a) Pemahaman Konsep RSBI

Guru Fisika I menyatakan bahwa RSBI adalah suatu bentuk sekolah nasional yang didirikan berdasarkan tetapan pemerintah Indonesia yang memiliki taraf internasional sehingga setara dengan sekolah-sekolah di negara maju atau negara anggota OECD.

Pendapat yang hampir serupa juga dinyatakan oleh guru Fisika II, bahwa RSBI adalah suatu bentuk sekolah yang didirikan berdasarkan ketetapan pemerintah dimana kualitas pendidikannya setara dengan sekolah-sekolah di negara maju atau negara anggota OECD. Beliau menambahkan bahwa RSBI adalah sebuah sekolah yang memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan siswa yang setara dengan lulusan di tingkat internasional terutama di negara-negara maju. Hal inipun seperti yang disosialisasikan oleh Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional beberapa waktu lalu di tahun 2012 ini. Jadi, memang membutuhkan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dihasilkan siswa-siswi yang juga berkualitas.

Guru Fisika III mengungkapkan bahwa RSBI adalah sekolah yang didirikan berdasarkan ketetapan pemerintah yang nantinya mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing secara global sehingga lulusannya setara di tingkat internasional. Oleh karena itu, kualitas pendidikan sekolah RSBI baik input, proses, dan output-nya setara dengan kualitas pendidikan tingkat Internasional.

b) Perangkat Pembelajaran

commit to user

bahwa dalam penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran Fisika yaitu silabus, RPP, KKM, bahan ajar, dan sumber belajar Fisika kelas X RSBI, awalnya mendapatkan sosialisasi terlebih dahulu dari para ahli yang disebut dengan IHT (In House Training). Dan untuk terakhir ini, adanya sosialisasi tentang RPP berkarakter. Setelah mendapatkan sosialisasi tersebut, dibuatlah silabus dan RPP dalam forum MGMP masing-masing bidang studi yang kemudian dikonsultasikan pada yang ahli. Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala sekolah, baru akhirnya perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Biasanya di awal semester, akan disampaikan rencana pembelajaran selama satu semester di setiap kelas yang diampu.

Ketiga guru Fisika menuturkan bahwa perangkat pembelajaran dalam hal ini silabus dan RPP Fisika yang digunakan, beberapa sudah terdapat sisipan indikator dari Cambridge. Guru Fisika II menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan karena konsep pembelajaran Fisika di Indonesia umumnya dan yang beliau laksanakan sendiri khususnya, tidak kalah dengan pembelajaran Fisika di luar negeri. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa dan materi yang akan dibelajarkan, membuat beliau belum secara penuh menyisipkan indikator dari Cambridge ke dalam perangkat pembelajaran Fisika dan untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar masih sama dengan kurikulum KTSP.

Guru Fisika II juga menambahkan bahwa tidak hanya pengayaan dan perluasan/penambahan pada SNP yang tercermin pada silabus dan RPP saja, penggunaan ICT dan penggunaan bahasa Inggris serta budaya lintas negara juga merupakan faktor “X” yang mencirikan sebuah sekolah RSBI. Pembelajaran Fisika yang beliau laksanakan sudah berbasis ICT dan untuk pembelajaran bilingual sudah diterapkan pada pelaksanaan proses pembelajaran dan pada

commit to user

Pembelajaran bilingual menuntut beliau untuk belajar lebih banyak tentang kosa kata yang berhubungan dengan Fisika dalam bahasa Inggris. Sedangkan untuk budaya lintas bangsa, beliau lebih menekankan pada kejujuran dan kedisplinan serta ketertiban. Untuk kejujuran itu atas dasar beliau sendiri, sedangkan untuk kedisplinan serta ketertiban beliau terinspirasi dari negara Jepang.

c) Karakteristik Siswa

Ketiga guru Fisika mengungkapkan hal yang serupa bahwa semua siswanya adalah siswa-siswa yang pintar. Ketiga guru Fisika yakin sepenuhnya bahwa siswa-siswinya memiliki kemampuan lebih daripada siswa-siswi di sekolah lainnya, karena berhasil lolos seleksi penerimaan siswa baru yang cukup ketat dan tinggi standarnya.

d) Kompetensi Guru Ketiga guru Fisika mengungkapkan bahwa ketiga beliau

memang masih mengikuti peningkatan kualitas guru baik dalam kemampuan berbahasa Inggris maupun dalam bidang ICT. Selain itu ketiga beliau juga masih menjalani program studi S-2 untuk mememnuhi standar program RSBI di sekolah.

Guru Fisika I dan Guru Fisika II menuturkan bahwa pihak sekolah turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas guru di SMA Negeri 3 Surakarta, khususnya bagi beliau, baik untuk kemampuan berbahasa Inggris dengan pelatihan, seminar dan les bahasa Inggris, kemampuan melaksanakan pembelajaran berbasis ICT dengan pelatihan dan khursus IT. Guru Fisika I menambahkan bahwa baru- baru ini sekolah mengadakan pelatihan moodle bagi guru-guru SMA Negeri 3 Surakarta. Pelatihan moodle adalah pelatihan yang diberikan kepada guru-guru di SMA Negeri 3 Surakarta kaitannya dengan pembelajaran berbasis online seperti, meng-apload materi, tugas ataupun tes/ujian di blog masing-masing guru mata pelajaran. Untuk pembelajaran berbasis online ini di SMA Negeri 3 Surakarta memang

commit to user

dilaksanakan. Guru Fisika III menambahkan bahwa sekolah juga mendatangkan dosen bahasa Inggris dari UNS ke sekolah, mendatangkan ahli pengembangan silabus dan RPP, dan mengikutkan guru-gurunya dalam seminar-seminar peningkatan kompetensi guru maupun wawasan tentang RSBI.

e) Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Ketiga guru Fisika menjelaskan bahwa fasilitas pendukung proses pembelajaran Fisika di kelas X RSBI sudah lengkap. Di setiap kelas sudah terfasilitasi dengan komputer, LCD, speaker, AC (Air Conditioner), dan yang terbaru tahun ini adalah pemasangan CCTV di setiap kelas dan kantor guru. Laboratorium Fisika juga dirasa sudah cukup lengkap, perpustakaan selain menyediakan buku-buku referensi yang sudah cukup memadai, juga terdapat beberapa buah komputer yang memiliki koneksi internet. Fasilitas hotspot juga sudah tersedia di seluruh area SMA Negeri 3 Surakarta.

2) Pelaksanaan Proses Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta

a) Teknik Pembelajaran Fisika

Guru Fisika I menjelaskan bahwa beliau cenderung masih menggunakan pendekatan dan metode konvensional dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas RSBI, yaitu menerangkan materi pelajaran baik secara lisan maupun tertulis di whiteboard, tanya jawab dan penugasan. Namun demikian, beliau juga terkadang menggunakan metode kooperatif yang sekiranya sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Hal ini berkaitan dengan jadwal beliau yang mengajar Fisika di kelas X hanya 1 x 45 menit untuk tiap kelas dan hanya mengajar di lima kelas saja untuk kelas X SMA Negeri 3 Surakarta. Karena terbatasnya waktu mengajar dan banyaknya materi yang perlu disampaikan kepada siswa, beliau mempertimbangkan

commit to user

membelajarkan materi Fisika di kelas beliau. Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh guru Fisika II. Guru Fisika II mengungkapkan bahwa beliau sudah menggunakan metode yang bervariasi dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas RSBI, yaitu tidak hanya ceramah interaktif dan penugasan saja, tapi ada kegiatan praktikum, presentasi dan diskusi kelompok, diskusi LKS, dan pembelajaran di lab. multimedia. Hal ini beliau lakukan untuk mengubah image proses pembelajaran Fisika yang selama ini dianggap siswa membosankan menjadi suatu proses pembelajaran yang menyenangkan. Beliau berpandangan bahwa jika siswa sudah termotivasi dan senang di awal pembelajaran Fisika maka untuk selanjutnya akan lebih mudah bagi siswa-siswinya dan beliau sendiri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Fisika di kelas.

Hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh guru Fisika II bahwa, guru Fisika III juga sudah menggunakan metode yang bervariasi dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas RSBI, yaitu ceramah interaktif, diskusi presentasi, mengerjakan dan membahas LKS (dibuat oleh beliau sendiri), dan kegiatan praktikum di lab. Sebenarnya untuk pembelajaran yang beliau laksakan yang mencirikan keinternasionalitasnya yaitu penggunaan bahasa Inggris dalam materi yang disampaikan dan latihan soal Fisika serta berbasis ICT. Namun, untuk model dan metode yang beliau gunakan secara garis besar atas dasar kebutuhan siswa dan disesuaikan dengan materi yang akan dibelajarkan.

b) Media Pembelajaran Fisika Ketiga guru Fisika mengungkapkan hal yang sama bahwa

media pembelajaran yang digunakan antara lain adalah presentasi powerpoint, video atau animasi pembelajaran Fisika lainnya yang berbasis ICT dengan media komputer dan LCD. Guru Fisika I menambahkan bahwa beliau juga menggunakan software-software

commit to user

pengantar berbahasa Inggris. Sedangkan guru Fisika II dan guru Fisika

III menambahkan media pembelajaran alat peraga dan alat praktikum ketika ada kegiatan praktikum di lab. Fisika.

c) Penggunaan Bahasa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Guru Fisika I menjelaskan bahwa dalam melaksanakan

pembelajaran Fisika di kelas, beliau lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Sebenarnya bukan suatu kendala bagi beliau untuk berkomunikasi dan menjelaskan materi Fisika kepada siswa dengan bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Indonesia ini lebih didasarkan atas permintaan siswa yang menginginkan beliau menggunakan bahasa Indonesia saja dalam menjelaskan materi. Selain itu, beliau juga memahami bahwa belajar Fisika tanpa harus menggunakan bahasa Inggris saja sudah sulit bagi siswa. Beliau juga menakutkan akan terjadi miskonsepsi pada siswa ketika siswa salah dalam menerjemahkan penjelasan yang disampaikan beliau dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Inggris lebih beliau tekankan pada media pembelajaran yang digunakan.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh guru Fisika II, bahwa beliau lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran Fisika di kelas. Jujur beliau menyatakan, bahwa menyampaikan materi Fisika dengan bahasa Inggris secara penuh beliau merasa kewalahan, karena beliau menyadari bahwa bahasa Inggris beliau tidak terlalu bagus. Selain itu, penyampaian materi Fisika dengan bahasa Indonesia saja ternyata masih ada sebagian besar siswa yang sulit memahami apalagi dengan pengantar full berbahasa Inggris. Atas dasar tersebut, beliau pun memiliki konsep mengajar tersendiri yang beliau terapkan dalam pembelajaran Fisika di program RSBI. Penanaman konsep kepada siswa, beliau lakukan dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan diselingi

commit to user

Fisika. Guru Fisika III mengungkapkan bahwa sebenarnya beliau menyampaikan materi dengan full English conversation kepada siswa pada semester 1. Namun, hal ini justru mengakibatkan kesulitan dan bahkan miskonsepsi yang dialami siswa dalam memahami materi Fisika. Oleh karena itu, beliau kemudian untuk semester 2 ini hanya menggunakan sekitar 25% bahasa Inggris, karena yang penting sekarang beliau bisa menyampaikan konsep Fisika kepada siswa dan siswa mudah dalam memahaminya. Guru Fisika II dan Guru Fisika III menuturkan hal yang hampir serupa bahwa penggunaan bahasa Inggris untuk menerangkan beberapa istilah penting di materi Fisika. Selain itu untuk instruksi, perintah atau pertanyaan, terkadang menggunakan bahasa Inggris dalam penyampaiannya. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris juga gunakan pada media pembelajaran yang digunakan seperti teks presentasi powerpoint, video atau animasi pembelajaran Fisika berbahasa Inggris, juga media pembelajaran berbasis ICT lainnya yang berbahasa Inggris.

d) Pendayagunaan ICT dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Ketiga guru Fisika menjelaskan bahwa penggunaan ICT

dalam pembalajaran Fisika sudah cukup maksimal. Namun, menanggapi tentang pembelajaran online di SMA Negeri 3 Surakarta, ketiga guru Fisika menuturkan bahwa untuk sejauh ini pembelajaran Fisika secara online masih belum dilaksanakan. Guru Fisika II dan III menambahkan bahwa pembelajaran Fisika secara online hanya sebatas memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan materi Fisika dari internet yang kemudian dirangkum atau dipresentasikan di kelas. Guru Fisika II menjelaskan bahwa selain kendala belum dimilikinya blog pembelajaran Fisika sendiri, pelatihan pembelajaran online sendiri juga baru dilaksanakan sehingga memang masih perlu proses.

commit to user

dilaksanakan untuk pembelajaran Fisika khususnya.

e) Sumber Belajar dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fisika

Ketiga guru Fisika menjelaskan bahwa siswa dibebaskan dalam memilih buku yang akan digunakannya sebagai salah satu sumber belajar Fisika di kelas. Guru Fisika III menambahkan bahwa kebijakan tersebut dilakukan dengan pertimbangan siswa akan lebih aktif dalam mencari buku yang mungkin tidak hanya 1 bahkan 3 atau lebih. Dengan begitu, akan semakin banyak buku referensi Fisika yang dipelajari siswa baik buku yang berbahasa Indonesia, bilingual, maupun buku yang berbahasa Inggris.

Guru Fisika I dan II juga menyatakan hal yang hampir sama bahwa dengan kebijakan tersebut diharapkan terjadi interaksi belajar antar siswa karena adanya perbedaan sumber belajar yang dimiliki masing-masing siswa. Di kelas, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang kurang paham dari buku yang dipelajarinya ataupun soal-soal di dalamnya yang mungkin tidak terdapat di buku teman yang lain sehingga siswa lain juga dapat mempelajarinya. Ketiga guru Fisika juga menyarankan kepada siswa-siswinya untuk mencari referensi atau buku Fisika lain dan juga belajar di perpustakaan serta mencari informasi dari internet guna menambah referensi belajar mereka dan dalam menyelesaikan tugas Fisika yang beliau berikan

Ketiga guru Fisika juga menggunakan berbagai macam buku dari buku Fisika yang berbahasa Indonesia (buku terjemahan), buku Fisika bilingual, dan buku-buku Fisika dengan teks full English sebagai pedoman dalam mengajar Fisika di kelas.

f) Respon Siswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran Fisika

Ketiga guru Fisika mengungkapkan hal yang serupa bahwa ketiganya menyadari jika tidak semua siswanya menyukai Fisika. Ada yang suka, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak suka

commit to user

masih menempuh penjurusan yaitu IPA dan IPS, jadi minat siswa terhadap jurusan apa yang akan dipilih nantinya pun menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi respon siswa terhadap pembelajaran Fisika di kelas. Ketiga guru Fisika mengutarakan bahwa terdapat variasi respon siswa selama pembelajaran Fisika di kelas, ada yang aktif dan ada yang pasif. Akan tetapi, menurut ketiga guru Fisika, rata- rata siswanya sudah mengikuti pelajaran Fisika dengan respon yang baik. Guru Fisika III menambahkan bahwa beliau biasanya menyuruh siswa untuk menulis kritik saran mengenai pembelajaran yang berlangsung hari itu. Krtik saran ini tidak dinilai, jadi siswa diminta menulis sejujur-jujurnya. Beliau pun dapat melihat respon siswa dari kritik saran tersebut.

g) Penilaian Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Fisika

Guru Fisika I menjelaskan bahwa penilaian hasil pembelajaran Fisika siswa dilakukan hanya pada aspek kognitif dan afektif saja. Aspek psikomotorik siswa belum dapat dinilai oleh beliau karena selain keterbatasan waktu mengajar yaitu 1x45 menit saja juga materi yang beliau ajarkan kepada siswa cukup sulit untuk dapat dipraktekkan di lab. Fisika. Sedangkan guru Fisika II dan guru Fisika

III melakukan penilaian terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Meskipun kedua beliau mengakui bahwa aspek psikomotorik ini tidak dapat diperoleh untuk setiap materi karena hanya beberapa materi saja yang dapat dipraktekkan di lab. Fisika.

Ketiga guru Fisika melakukan penilaian terhadap aspek kognitif siswa melalui nilai tugas, nilai ulangan harian, ulangan mid semester, dan ulangan semesteran di mana jika masih ada siswa yang belum tuntas, maka harus mengikuti ulangan remidi. Aspek afektif diperoleh ketiga guru Fisika dari absensi siswa di kelas dan respon siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas. Guru Fisika II dan guru Fisika III juga melakukan penilaian afektif terhadap sikap siswa dalam

commit to user

Fisika III menambahkan bahwa bentuk penilaian hasil belajar Fisika pada RPP dan silabus masih seperti pada kurikulum KTSP, sehingga menurut kedua guru yang lebih mencirikan keinternasionalitasan pada penilaian hasil belajar Fisika yang digunakan adalah penggunaan 25% soal-soal ujian menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan menurut guru Fisika I soal berbahasa Inggris pada naskah soal ujian hanya sekitar 20%.

Guru Fisika I dan guru Fisika II mengharapkan siswa- siswinya memiliki ketrampilan tidak hanya dalam menyelesaikan soal baik soal berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris, tapi juga pemahaman konsep Fisika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan guru Fisika III mengharapkan siswanya mampu memahami, menganalisis, serta menjawab soal baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris dengan tepat. Selain itu, ketrampilan dalam melakukan percobaan di lab, ketrampilan untuk mampu berkolaborasi dan bertanggung jawab dalam kegiatan diskusi kelompok dan berkomunikasi dalam melakukan presentasi akan menjadi pengalaman bagi siswa dan menjadi bekal nantinya.

3) Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Proses Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta

Guru Fisika I dan guru Fisika II menjelaskan bahwa kendala yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran di kelas X RSBI adalah lebih kepada sulitnya mengubah pola pikir siswa-siswinya yang masih terbawa pola pikir ketika mereka masih di SMP. Penanaman konsep Fisika untuk murid kelas X memang diakui cukup menyulitkan apalagi untuk soal-soal yang bersifat abstrak dan analisis, beliau harus benar- benar menjelaskan dari awal dan terperinci kembali.

Kendala lain yang dihadapi guru Fisika II dan guru Fisika III adalah ketika beliau dihadapkan pada kenyataan dimana nilai hasil ujian siswa-siswinya belum sesuai yang beliau harapkan. Meskipun beliau akui

commit to user

di Surakarta, namun ketika di kelas, siswa-siswinya tampak sudah bisa dan paham dengan materi yang disampaikan dan nilai tugasnya pun juga bagus. Melihat kenyataan bahwa nilai siswa belum sebaik yang diharapkan meskipun ada juga yang bagus, menjadi tanda tanya besar apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi.

Guru Fisika III juga mengalami kendala dalam hal kemampuan bahasa Inggris. Guru Fisika III mengakui harus banyak belajar lagi karena akan mengalami kesulitan jika harus membelajarkan materi Fisika dengan full English conversation.