Perangkat Pembelajaran SMA Negeri 3 Surakarta sebagai Sekolah RSBI

d. Perangkat Pembelajaran SMA Negeri 3 Surakarta sebagai Sekolah RSBI

Perangkat pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dari perencanaan proses pembelajaran RSBI karena menjadi faktor penentu berhasil tidaknya pelaksanaan proses pembelajaran untuk menghasilkan SDM yang berkualitas sesuai harapan sekolah RSBI. Perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta terdiri atas silabus, RPP, bahan ajar, dan instrument penilaian siswa.

Menurut teori, perangkat pembelajaran di sekolah RSBI terdiri atas silabus, bahan ajar, (RPP) dan instrumen penilaian siswa ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahan ajar meliputi buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet) dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio cassette, dan digital video disc. Silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran lainnya merupakan implementasi dari visi, misi dan kurikulum sekolah RSBI yang diperkaya dengan adopsi dan adaptasi dari kurikulum salah satu negara OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sebagai respondennya dan analisis dokumen yang telah dilakukan, pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan setelah guru-guru mendapatkan In House Training

commit to user

diperkaya dengan kurikulum Cambridge terutama untuk lima mapel yaitu, Fisika, Matematika, Kimia, Biologi, dan bahasa Inggris. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut dalam MGMP sekolah sehingga dihasilkan perangkat pembelajaran yang diharapkan dan dibutuhkan sekolah. Namun ada responden yang menambahkan bahwa sekolah membuat kebijakan untuk lebih menekankan pada pendalaman materi sehingga tingkat pembelajaran kelas RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta ini lebih tinggi.

Perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta ada yang dalam bahasa Inggris dan ada yang dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tidak semua guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta menyisipkan adopsi dan adaptasi kurikulum Cambridge dalam setiap penyusunan perangkat pembelajaran Fisika yang digunakan. Memang sudah ada guru yang menyisipkan materi kurikulum Cambridge ke dalam indikator pembelajaran di silabus dan RPP beliau. Itupun tidak untuk semua RPP pada setiap pertemuan pembelajaran Fisika, hanya beberapa RPP pelajaran Fisika kelas X RSBI saja yang penjabaran indikatornya disisipi indikator dari kurikulum Cambridge. Hal ini dilandaskan atas pemikiran guru-guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta bahwa konsep pembelajaran Fisika di Indonesia umumnya dan yang dilaksanakan oleh guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta sendiri khususnya, tidak kalah dengan pembelajaran Fisika di luar negeri. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa dan materi yang akan dibelajarkan, membuat responden belum secara penuh menyisipkan indikator dari Cambridge ke dalam penyusunan perangkat pembelajaran Fisika dan untuk standar kompetensi dan kompetensi dasar pada silabus dan RPP masih sama dengan kurikulum KTSP.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran khususnya perangkat pembelajaran Fisika yang disusun oleh guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta, masih ada hasil temuan penelitian yang kurang sesuai dengan teori. Ketidaksesuaian ini mengarah ke adanya

commit to user

adaptasi dari kurikulum Cambridge ke perangkat pembelajaran yang digunakan. Ketidaksesuaian ini tidak hanya menjadi nilai minus, akan tetapi juga menjadi nilai plus bahwa guru Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta tidak dengan mudahnya mengadopsi atau mengadaptasi kurikulum Cambridge ke perangkat pembelajaran yang digunakan, melainkan mempertimbangkan secara matang terlebih dahulu apakah materi adopsi kurikulum Cambridge sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kekhawatiran yang selama ini dialami di sekolah RSBI bahwa guru hanya mengadopsi kurikulum Cambridge ke dalam perangkat pembelajaran secara mentah-mentah tanpa melakukan pertimbangan lebih lanjut, sehingga target untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan kualitas peserta didik untuk berprestasi secara nasional dan internasional menjadi terlupakan.