Pelaksanaan Program R-SMA-BI

3) Pelaksanaan Program R-SMA-BI

Pelaksanaan program R-SMA-BI untuk menjadi SBI diperlukan paling tidak 3 tahap dan paling sedikit diperlukan waktu 6 tahun. Tahapan untuk menjadi adalah sebagai berikut;

a) Tahap Pengembangan (3 tahun pertama)

Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan ke-3 sekolah didampingi oleh tenaga dari lembaga professional independent dan/atau lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyiapan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana (Depdiknas, 2009:62).

Pada tahap pengembangan ini, pelaksanaan program rintisan SMA bertaraf internasional meliputi sebelas komponen. Kesebelas komponen tersebut merupakan kriteria jaminan mutu dari penyelenggaraan R-SMA-BI. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa investasi untuk menyelenggarakan R-SMA-BI untuk menjadi SBI nantinya akan melebihi sekolah konvensional. Seluruh kriteria jaminan mutu harus memenuhi indikator kinerja kunci minimal dan indikator kinerja kunci tambahan. ”Indikator kinerja kunci minimal yaitu hal-hal yang harus dilakukan sebagai kewajiban untuk memenuhi tuntutan mutu nasional sebagaimana yang dimuat dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) ” (Somantrie, 2007:20). Sedangkan indikator kinerja kunci tambahan yaitu, ”Hal-hal yang harus dilakukan sebagai kewajiban untuk memenuhi tuntutan mutu

commit to user

adalah sebagai berikut : (1) Akreditasi

Mutu Rintisan SMA Berstandar Internasional (R-SMA- BI) harus dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik. “Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dan/atau satuan pendidikan itu sendiri ” (Somantrie, 2007:21). Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja minimal (dalam SNP), yaitu mendapatkan kelayakan program pendidikan dengan sertifikat predikat A dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) Sekolah dan Madrasah (Somantrie, 2007:21). M endapatkan “predikat A” pada setiap periode akreditasi nenunjukkan bahwa R-SMA-BI selalu mencapai keunggulan kinerja yang sangat baik dan pengakuan terhadap kemampuan sekolah untuk menjamin mutu pendidikan seoptimal mungkin. Disamping itu , untuk faktor “X” yaitu indikator kinerja tambahan, ditandai dengan pencapaian hasil akreditasi yang baik dari salah satu sekolah unggul negara OECD atau negara maju lainnya yang memilki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

(2) Pengembangan Kurikulum Mutu setiap R-SMA-BI harus dijamin dengan keberhasilan dalam melaksanakan kurikulum secara tuntas.

Kurikulum merupakan pedoman dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (Somantrie, 2007:21). Keberhasilan tersebut dapat terlihat dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal seperti yang diungkapkan oleh Somantrie (2007:21), yaitu (1) menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (2) menerapkan sistem satuan kredit semester, (3) memenuhi Standar Isi, dan (4) memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

commit to user

(buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet) dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio cassette, dan digital video disc), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penilaian siswa (Depdiknas, 2007a:10). Standar Isi (SI) meliputi ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (BSNP, 2006:4). Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menur ut BSNP (2006:4), ”SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan

sebagaimana

yang

ditetapkan dengan

Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006” .

Selain itu, keberhasilan kurikulum menurut Soemantri (2207:22-23) juga dapat ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan yaitu sebagai berikut:

(1) sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat mengakses transkripnya masing-masing; (2) muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran sekolah unggul dari salah satu negara OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan (3) menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.

(3) Proses Pembelajaran Kualitas atau mutu setiap R-SMA-BI harus dijamin

dengan keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar memiliki

commit to user

kreativitas, kemandirian berdasarkan bakat, minat, dan perkembangan fisik maupun psikologisnya secara optimal.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Proses. Sedangkan untuk pencapaian indikator kinerja kunci tambahan yaitu sebagai berikut:

(1) proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneurial, jiwa patriot, dan jiwa innovator; (2) diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari Negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; (3) menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran untuk mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia (Somantrie, 2007:22).

Berdasarkan indikator kinerja kunci minimal dan tambahan, dapat diartikan bahawa pembelajaran di program R- SMA-BI dituntut kreatif di mana guru dan siswa merupakan dua pihak yang dituntut untuk menunujukkan kreatifitasnya.

Guru kreatif dalam merancang seluruh kegiatan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian dengan berbasis ICT dan bilingual, sedangkan siswa memiliki kreatifitas dalam menemukan fakta, konsep, referensi lain dan mampu memecahkan masalah dalam bahasa Inggris. Namun, selain bilingual dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, proses pembelajaran di R-SMA-BI juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti bahasa Spanyol,

commit to user

ICT, menurut Smaldino, Russell, Heinich, dan Molenda (2005:9): For over hundred years, teachers have used various

types of audio and visual aids to help them teach. Recently, teachers have expanded their repertoire of materials and procedures to include the new technologies for learning. The newer learning technologics (products) include the use of computers, compact discs, digital videodiscs (DVDs), satellite communications, and the Internet.

Dapat diartikan bahwa sebenarnya selama lebih dari seratus tahun, guru telah menggunakan berbagai jenis alat bantu audio dan visual untuk membantu mereka mengajar. Baru-baru ini, guru telah memperluas alat/bahan dan prosedur untuk memasukkan teknologi baru untuk belajar. Teknologi pembelajaran (produk) baru termasuk penggunaan komputer, CD, digital videodiscs (DVD), komunikasi satelit, dan internet. Oleh karena itu, pembelajaran online memang sudah seharusnya dapat diterapkan pada proses pembelajaran di R-SMA-BI.

Proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui rincian tahapan sebagai berikut : (a) Pendampingan Tahun I

Pada tahun pertama, sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, yaitu mampu mencapai 20% baik untuk pelaksanaan pembelajaran yang telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional, pembelajaran mata pelajaran yang dilakukan secara bilingual, pelaksanaan pembelajaran bilingual yang telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik serta lingkungan sekolah, pembelajaran bilingual yang telah menggunakan media

commit to user

pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered), dan pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem-based instruction). Selain itu, dilakukan pula pendampingan (In- house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu (Depdiknas, 2009:66-67)

(b) Pendampingan Tahun II

Pada tahun kedua ini, sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional yaitu mampu mencapai 50% baik untuk pelaksanaan pembelajaran yang telah mengacu pada standar proses, pembelajaran yang dilakukan secara bilingual, pelaksanaan pembelajaran bilingual yang telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik serta lingkungan sekolah, pembelajaran bilingual yang telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis TIK, pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered), dan pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem- based learning). Sedangkan untuk intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dapat dilakukan dengan proporsi sekali dalam seminggu. (Depdiknas, 2009:67-68)

(c) Pendampingan Tahun III

Pada tahun ketiga, sekolah diharapkan telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional yaitu

commit to user

mengacu pada standar proses, pembelajaran yang dilakukan secara bilingual, pelaksanaan pembelajaran bilingual yang telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik serta lingkungan sekolah, pembelajaran bilingual yang telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis TIK, pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered), dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problem- based learning).

Untuk

pendampingan (In-house training)/IHT oleh tenaga ahli (dosen) dapat dilakukan dengan proporsi sekali dalam sebulan. (Depdiknas, 2009:68)

Proses pembelajaran di sekolah berstandar internasional termasuk di R-SMA-BI diharapkan:

All components of school (Principal, teachers, students, all support officers) must communicate in English well everyday. School must creating English environment in teaching and learning process, in meetings, and in daily conversation (Hariyanto, 2009:3).

Dapat diartikan bahwa semua komponen sekolah (Kepala Sekolah, guru, siswa, semua petugas dukungan) harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik sehari-hari. Sekolah harus menciptakan lingkungan bahasa Inggris di proses belajar mengajar, dalam rapat, dan dalam percakapan sehari-hari.

“The announcement, the name-board of school and room, the handout and worksheet of mathematic and science

subjects must written in English ” (Hariyanto, 2009:3). Pengumuman, nama dari dewan sekolah dan ruang, handout dan lembar kerja mata pelajaran matematika dan sains harus ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu, “The moving class has many

commit to user

2009:3). Dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran di School with International Standard (SIS) termasuk di R-SMA-BI dapat didukung juga dengan adanya moving class.

(4) Peningkatan Mutu Penilaian Keberhasilan dengan menunjukkan kinerja pendidikan

yang optimal melalui penilaian merupakan salah satu penjaminan mutu dari R-SMA-BI. Penilaian dilaksanakan untuk mengendalikan kualitas atau mutu pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik di R-SMA-BI dilakukan oleh setiap guru untuk mengamati dan mengawasi proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar para peserta didik secara berkesinambungan. Keberhasilan dalam hal penilaian ditandai dengan pencapaian indikator kinerja minimal, yaitu memenuhi Standar Penilaian (SP) (Somantrie, 2007:23). Sedangkan untuk pencapaian indikator kinerja tambahan, yaitu “Memperkaya penilaian kinerja pendidikan dengan model

penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan ” (Somantrie, 2007:23).

Sekolah perlu mengembangkan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif, termasuk penilaian portofolio. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui ujian sekolah, ujian nasional dan ujian internasional yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Sementara ujian internasional bersifat pilihan, karena memerlukan dukungan dana

commit to user

memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian internasional untuk mendapatkan ijasah/sertifikat internasional.

(5) Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan Mutu setiap R-SMA-BI harus memiliki jaminan yang menunjukkan bahwa lulusan SMA RSBI memiliki kualitas yang

tinggi. Keberhasilan tersebut dapat ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu, keberhasilan tersebut juga dapat ditandai dengan pencapaian kinerja kunci tambahan, yaitu mampu “menempatkan” lulusannya di perguruan tinggi luar negeri seperti China, Malaysia, Singapore, Australia, Jerman, dan Amerika. “Sebagian sekolah “menempatkan” lulusannya pada perguruan tinggi “papan atas” di dalam negeri, baik negeri maupun swasta ” (Mariati, 2007:583). Umumnya sekolah-sekolah yang berhasil memasukkan siswanya di perguruan tinggi tersebut, tak sedikit yang menjalin kerjasama secara langsung dengan perguruan tinggi tersebut.

(6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Mutu untuk R-SMA-BI harus juga dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya. “Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas professional dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan ” (Somantrie, 2007:23). Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan pencapaian indikator kinerja minimal, yaitu memenuhi Standar Pendidik (SP). Keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: “(1) semua guru mampu memfasilitasi proses pembelajaran berbasis TIK; (2) guru mata pelajaran kelompok matematika dan sains, serta inti

commit to user

(Somantrie, 2007:23); (3) minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi

A.

Dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah harus mengembangkan program peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru untuk mendapatkan gelar S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A. Selain itu, meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan bahasa Inggris dan kompetensi guru pada bidang TIK terutama untuk guru kelompok sains dan matematika

Peningkatan mutu SDM juga melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang dilakukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan. Dalam tulisan jurnal Wati (2011:81), dijelaskan bahwa:

Ultimately, high quality professional development serves to develop educators‟ knowledge, attitudes, skills,

aspirations, and behaviours so that they may, in turn, apply what was learned to enhance classroom practice in the hopes of improving student learning (Guskey, 2000).

Dapat diartikan bahwa pada akhirnya, pengembangan profesional berkualitas tinggi berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, aspirasi, dan perilaku pendidik sehingga mereka dapat mengubah, menerapkan apa yang telah dipelajari untuk meningkatkan praktek kelas dengan harapan untuk meningkatkan belajar siswa.

Tidak hanya para guru dan karyawan, kepala sekolah juga harus mempunyai visi internasional, memiliki kompetensi

commit to user

kuat untuk mengembanngkan sekolah dengan keunggulan kompetitif dan komparatif bertaraf internasional. Untuk mendukung kelancaran tugas tersebut, kepala sekolah harus berpendidikan minimal S2 dan mampu berbahasa Inggris secara aktif.

Kepala Sekolah sebagai tenaga kependidikan juga merupakan sebuah jaminan bagi mutu R-SMA-BI. Kepala sekolah dituntut untuk mampu menunjukkan kinerja optimal sesuai dengan tugas profesionalnya, yaitu sebagai pemimpin manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif (Somantrie, 2007:23). Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Kepala Sekolah, sedangkan untuk indikator kinerja kunci tambahan yaitu sebagai berikut:

(1) Kepala Sekolah berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; (2) Kepala Sekolah mampu berbahasa Inggris secara aktif; dan (3) Kepala Sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki

kompetensi

manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurial yang kuat (Somantrie, 2007:24)

(7) Sarana dan Prasarana Pendidikan Mutu R-SMA-BI juga dijamin dengan keharusan sebuah

sekolah R-SMA-BI memiliki dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung efektivitas proses pembelajaran sehingga terciptanya proses pembelajaran yang tertib, nyaman, dan berkelanjutan. Keberhasilan mutu tersebut ditandai dengan ketercapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu , ”Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana” (Somantrie, 2007:24). Sedangkan untuk ketercapaian indikator kinerja kunci

commit to user

unggul di salah satu anggota negara OECD atau negara maju lain, antara lain: (a) Pengembangan Sumber Belajar dan Perpustakaan

“Perpustakaan memegang peranan penting dalam sekolah, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan buku-buku

pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan internasional, koran, majalah, serta perangkat audio visual ” (Depdiknas, 2007a:11). Perpustakaan sebagai salah satu sarana yang dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kreativitas baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, perpustakaan seharusnya sudah dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekolah untuk mendapatkan berbagai informasi yang disediakan di dunia maya. Perpustakaan diharapkan sudah menerapkan sistem komputerisasi/digital dalam mencari katalog buku, memiliki ruang yang nyaman dan dilengkapi AC yang memadai (Depdiknas, 2007a:11).

(b) Pengembangan Laboratorium Fisika, Kimia, dan Biologi ”Setiap sekolah harus memiliki minimal satu laboratorium Fisika, satu laboratorium Kimia dan satu laboratorium Biologi yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan praktikum yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran ” (Depdiknas, 2007a:11). Laboratorium tersebut perlu didayagunakan secara maksimal dengan dukungan TIK serta memenuhi standar.

(c) Pengembangan Laboratorium Bahasa

Pembelajaran bahasa memiliki empat ketrampilan dasar yaitu , “Mendengar atau menyimak, berbicara, membaca

commit to user

asing idealnya dilakukan oleh native speaker yang dapat direkam di dalam audio cassette, CD, VCD atau media rekam lain, sehingga dapat disimak dengan fasilitas laboratorium bahasa.

(d) Pengembangan Laboratorium Multimedia

“Laboratorium multimedia adalah fungsional laboratorium (tempat praktikum) yang mampu memfasilitasi beberapa aktivitas praktikum sekolah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi ” (Depdiknas, 2007a:12). Laboratorium multimedia diharapkan memiliki seperangkat komputer berikut perangkat audio visual yang saling terintregasi, dilengkapi dengan program aplikasi yang sesuai, dan dapat dimanfaatkan untuk melayani seluruh rumpun mata pelajaran di sekolah. Depdiknas (2007a:12) menjelaskan bahwa:

Fungsi pokok laboratorium multimedia adalah untuk melayani kegiatan interaksi guru dan siswa, penayangan video pembelajaran, latihan mata pelajaran interaktif (online), simulasi kasus berbasis multimedia,

operasional

eAudio Book,

operasionalisasi

eBook,

dan menyediakan

ensiklopedi digital.

(e) Pengembangan Laboratorium Komputer

“Laboratorium

komputer

digunakan untuk pembelajaran Teknologi Information dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technology (ICT) ” (Depdiknas, 2007a:12). Laboratorium komputer diharapkan memiliki seperangkat computer dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, printer, scanner, akses internet, LAN, server, LCD projector, CD-DVD pembelajaran, soundsystem, dan kelengkapan multimedia lainnya, serta memiliki ruang yang nyaman dan ber-AC.

commit to user

(f) Pengembangan Laboratorium IPS

“Pengembangan laboratorium IPS juga perlu dilakukan terutama laboratorium geografi, workshop untuk

keperluan praktek ekonomi ” (Depdiknas, 2007a:12). Laboratorium IPS sebaiknya juga dilengkapai dengan fasilitas ICT seperti seperangkat komputer, LCD proyektor, dan soundsystem untuk pembelajaran. Ruang nyaman dan fasilitas AC pun menjadi standar dari laboratorium di sekolah RSBI.

(g) Pengembangan TRRC (Teacher Resource and Reference

Centre)

“TRCC merupakan pusat kegiatan untuk pengembangan diri guru secara individual dan kelompok

melalui diskusi atau latihan dan workshop dalam bentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ” (Depdiknas, 2007a:12). Ruang TRRC dapat digunakan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti, searching bahan ajar terkini, ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru sampai dengan pengenalan perangkat pembelajaran berbasis ICT. Melihat pentingnya ruang TRRC sebagai pusat penelitian disiplin ilmu ilmiah dan sosial yang dilakukan oleh guru, maka ruang TRCC perlu dilengkapi fasilitas seperti buku referensi guru, ICT, Learning Resource Centre (LRC) dan perangkat pengembangan produk inovasi pembelajaran.

(h) Pengembangan Sarana Lainnya

Perkembangan sarana dan prasarana lainnya seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang BK, ruang kelas, ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, koperasi, ruang ibadah, ruangan kesenian, gudang, lapangan upacara, lapangan olahraga WC, kantin, tersedia dalam

commit to user

serta terawat dengan baik. (i) Pengelolaan

Pengelolaan RSBI menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas. Penjaminan mutu R-SMA-BI juga pada pengelolaan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu , “Memenuhi Standar Pengelolaan (Somantrie, 2007:24). Selain itu, keberhasilan tersebut juga menurut Somantrie (2007:24) ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan, yaitu sebagai berikut:

(1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya ISO 14000; (2) Merupakan sekolah multikultural; (3) M enjalin hubungan “sister school” dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri; (4) Bebas narkoba dan rokok; (5) Bebas kekerasan (bullying); (6) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah; (6) Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga ”.

Untuk mendukung keberhasilan pengelolaan di sekolah R-SMA-BI, sekolah perlu menciptakan lngkungan sekolah yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersian, kerapihan, keamanan, keindahan dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana dan keuangan harus dilakukan secara tertib, rapi, efisien dan efektif.

(8) Pembiayaan Penjaminan mutu R-SMA-BI juga melalui aspek pembiayaan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya investasi,

biaya operasional, dan biaya personal. Keberhasilan tersebut

commit to user

minimal, yaitu memenuhi Standar Pembiayaan (Somantrie, 2007:25). Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan ketercapaian indikator kinerja kunci tambahan yaitu,

“Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kunci Tambahan ” (Somantrie, 2007:25).

Sumber pembiayaan program RSBI berasal dari orang tua siswa (Komite Sekolah), Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Dana dari komite sekolah, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi lebih difokuskan untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Sedangkan dana dari Pemerintah Pusat lebih difokuskan untuk pemenuhan penjaminan mutu pendidikan. (Depdiknas, 2007a:13)

(9) Kesiswaan Mutu R-SMA-BI juga dijamin dengan standar siswa yang mengikuti program R-SMA-BI serta pembinaan yang

dilakukan pihak sekolah terhadap peserta didiknya. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja minimal, yaitu memenuhi Standar Siswa. Keberhasilan juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja tambahan yaitu sebagai berikut: (a) Penerimaan Siswa Baru

Proses penerimaan siswa baru harus transparan dan dilakukan seleksi secara ketat dengan menerapkan tahapan yaitu seleksi administrasi (meliputi nilai rapor SMP kelas VII s.d. IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris rata-rata minimal 7,5; penghargaan prestasi akademik; sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris); achievement test, meliputi tes Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dengan skor minimal 7

commit to user

Reading, Listening, Writing, dan Speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang 0-10; lulus tes psikologi (Psychotest), meliputi minat, bakat (Aptitute Test) dan kepribadian (Personality Test); wawancara dengan siswa dan orang tua siswa, dimana wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengetahui tingkat minat siswa untuk masuk program rintisan SMA bertaraf internasional dan wawancara dengan orang tua dimaksudkan untuk mengetahui minat dan dukungan orang tua. (Depdiknas, 2009: 82)

Penerimaan siswa baru harus memberikan kesempatan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah atau tidak mampu tetapi berprestasi minimal 10% dari jumlah siswa

(b) Pembinaan Siswa

“Pembinaan

siswa

dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara maksimal, baik potensi akademik maupun non akademik ” (Depdiknas, 2007a: 14). Pola pembinaannya dilakukan melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstrukur, tugas mandiri tidak terstruktur dan pengembangan diri melalui layanan konseling dan ekstrakulikuler.

(10) Sosialisasi Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional “Kegiatan sosialisasi program R-SMA-BI dilakukan agar program yang direncanakan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan (stakeholders) ” (Depdiknas, 2007a:15). Sosialisasi ini dilaksanakan dengan mengikutsertakan kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, OSIS , komite sekolah, pengawas sekolah, Dinas Pendidikan, LPMP, Pemerintah Daerah, Komisi

Bidang Pendidikan DPRD, dan Dewan Pendidikan. Materi dari kegiatan sosialisasi meliputi latar belakang, tujuan, manfaat, arah

commit to user

dengan keberhasilan dan keberlanjutan program rintisan SMA bertaraf internasional (Depdiknas, 2007:15).

b) Tahap Pemberdayaan (2 tahun; Tahun ke-4 an 5)

Pada tahap pemberdayaan yaitu tehun ke -4 dan ke-5 adalah sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap pendampingan, oleh karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.

c) Tahap Mandiri (Tahun ke-6).

Pada tahap mandiri yaitu pada tahun ke-6, sekolah sudah berubah predikatnya dari rintisan bertaraf internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan catatan semua profil atau kriteria SBI yang ditetapkan pemerintah diharapkan telah tercapai. Sedangkan apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu sekolah RSBI akan terkena passing-out dan diturunkan statusnya kembali menjadi Sekolah Standar nasional (SSN).