Tema-Tema Film Propaganda

C. Tema-Tema Film Propaganda

Usmar Ismail berpendapat bahwa pada masa pendudukan Jepang rakyat Indonesia baru pertama kali menaruh perhatian pada fungsi film sebagai sarana komunikasi sosial. 233 Dengan memanfaatkan fasilitas Multifilm tersebut,

Sendenhan serta Jawa Eiga Kosha mulai membuat film berita yang berjudul “Djawa Baharoe” setiap bulan. Kemudian, Nichiei melanjutkannya dengan “Berita Film di Djawa” setiap dua mingguan. 234 Pada awal tahun 1944, judul film

itu diubah menjadi “Nanpo Hodo Nyusu (Warta Berita Selatan)”. Film berita ini dibuat setiap dua mingguan dalam dua versi, yaitu versi bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, dan menjadi salah satu alat propaganda andalan Sendenhan. Film- film berita yang rata-rata berdurasi sepuluh menit itu dikirim juga ke pulau-pulau lain seperti Sumatra, Celebes (Sulawesi), Bali, Borneo (Kalimantan), dan Nugini. Selain film berita, Nichiei juga membuat film budaya (bunka eiga), film dokumenter, film cerita, dan mengindonesiakan fim Jepang yang diimpor oleh

Eihai 235 . Adapun, bunka eiga adalah ‘film untuk meningkatkan derajat

Jawa Shinbun , 5 November 1944.

233 Usmar Ismail, “Sari soal dalam Film-film Indonesia” dalam Star News (III, no.5. 25 September 1954), hlm. 30. Dikutip kembali dari Salim Said, 1990, Shadowson the Silver Screen: A

Social Hostory of Indonesoan Film . (Terjemahan dari Profil Dunia Film Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers, 1982). Jkarta: The Lontar Fundation, hlm. 34.

234 Jawa Nenkan, hlm.170.

235 Machida, op.cit, hlm. 224-226.

kecerdasan’ 236 dan diwajibkan untuk diputar dalam “Eiga Ho” sejak bulan Januari 1941. 237

Pada masa itu di pulau Jawa tersebar 117 buah bioskop. 238 Semuanya dikelolah oleh peranakan Tionghoa kecuali satu bioskop. Bioskop sudah

didominasi film-film buatan Amerika pada masa itu. 239 Sejak bulan Mei 1943 dimulai pemutaran film buatan Jepang di bioskop-bioskop tersebut. Di samping

itu, Jepang juga mulai menghentikan impor film Barat dan mengganti nama-nama bioskop dengan nama Jepang. 240 Persafi (Persatoean Ahli Film Indonesia) mulai memproduksi film cerita sejak 1 September 1943 di bawah pengawasan Nichiei dan Keimin. 241 Film yang diproduksi harus berdasarkan “semangat ketimuran

sesuai dengan jaman baru.” Ketika itu baru selesai perlengkapan fasilitasnya. Seperti juga yang dialami oleh cabang propaganda yang lain, begitu Jepang masuk film sebagai alat media propaganda juga masuk ke Indonesia. Film- film propaganda yang dimaksud berupa slide tentang tentara Nippon, diputar sebelum pemutaran film cerita. Tujuannya, membuat masyarakat mengetahui betapa besar dan kuat bala tentara Jepang yang menghasilkan kemenangan- kemenangan di dalam peperangan. Dengan begitu, secara psikologis masyarakat Indonesia yang melihat film documenter itu diharapkan terpengaruh. Jepang juga

236 Yukicha Takeda dan Senichi Hisamatsu (ed.), 1957, Kadokawa Kokugo Jiten (Kamus Bahasa Jepang Kadokawa), Tokyo: Kadokawa Shoten, hlm. 665.

237 Sakuramoto, op.cit, hlm. 118.

238 Jawa Nenkan, hlm.118.

239 Machida, op.cit, hlm. 227-229.

240 Ibid., hlm. 230., Hastuti, op.cit., hlm. 40.

241 Jawa Shinbun (no.250. 20 Agustus 1943), hlm. 2., Menurut Jawa Nenkan (hlm. 170), Persafi dibuka pada bulan Oktober 1943.

ingin memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa jepang bersungguh- sungguh dalam melaksanakan ide Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya dengan jalan apa pun, termasuk menyingkirkan penghalang yang dapat menggagalkan tujuannya.

Situasi ini diperumit pula dengan produksi film cerita yang sangat sedikit, kalau tidak bisa dikatakan terhenti sama sekali. Di mana-mana terjadi kekurangan film, sehingga pemutaran film seringkali dilakukan berulang-ulang di satu tempat. Seperti dialami film berjudul Asmara Moerni. Terpaksa diputar secara bergantian di berbagai bioskop di pulau Jawa.

Untuk mengantikan kekurangan film yang sangat sedikit akan didatangkan sejumlah besar film Jepang. Secara resmi ditetapkan sejumlah 52 film Jepang didatangkan dalam setiap tahunnya. Selain itu film Cina dan 6 film dari Negara- negara sekutu Jepang direncanakan akan diimpor. 242

Mengenai film-film yang akan didatangkan ke Indonesia, pemerintah berkedudukan Jepang sangat hati-hati, hanya film-film yang dianggap berguna bagi kepentingan propagandalah yang akan diimpor. Film-film tersebut biasanya isinya jelas-jelas harus berisi ajaran moral dan indoktrinasi politik yang sejalan dengan keinginan pemerintah, dan film-film itu dikategorikan sebagai film kokusaku eiga (film-film kebijakan nasional). Film-film kebijakan nasional itu bila ditinjau dari segi isinya dapat dibagi ke dalam enam kategori sebagai

berikut. 243

1. Film yang isinya menekankan persahabatan antara bangsa jepang dengan bangsa-bangsa Asia serta pengajaran Jepang.

242 Jun’Ichiro Tanaka. 1976. Nihon Eiga Hattatsushi, Vol.3. Tokyo: Chokoron 243 Aiko Kurasawa, 1993, Mobilisasi dan Kontrol: Studi tentang Perubahan Sosial di

Pedesaan Jawa 1942-1945 , Jakarta: Grasindo, hlm.239.

2. Film yang isinya mendorong pemujaan patriotisme dan pengabdian terhadap bangsa.

3. Film yang isinya melukiskan operasi militer dan menekankan kekuatan militer Jepang.

4. Film yang isinya menggambarkan kejahatan bangsa Barat.

5. Film yang isinya menekankan moral berdasarkan nilai-nilai Jepang seperti: pengorbanan diri, kasih saying ibu, penghormatan terhadap orang tua, persahabatan yang tulus, sikap kewanitaan, kerajinan, dan kesetiaan.

6. Film yang isinya menekankan peningkatan produksi dan kampanye perang lainnya.

Sedangkan jenis film yang mendapat keutamaan tinggi ialah film-film yang termasuk ke dalam film dokumenter, film berita, dan film-film kebudayaan. Untuk film jenis documenter telah mulai digarap sejak Jawa Eiga Kosha membuka studionya di Jatinegara pada bulan September 1942 dan usaha itu dilanjutkan oleh Nichiei. Nichiei melaksanakan pemasokan film documenter dan

kebudayaan setiap dua minggu sekali atau sejumlah 24 film dalam setahunnya. 244 Film-film itu biasanya mempunyai masa putar 10-20 menit dan mengandung

tema-tema propaganda. Sedangkan untuk film berita, Jawa Eiga Kosha melakukan penyuntingan sebulan sekali di bawah judul “Djawa baroe” dan tetap diedarkan sampai mencapai nomor kedelapan pada bulan Maret 1943. usaha tersebut kemudian dilanjutkan oleh Nichiei yang memulai suatu seri dua mingguan yang dinamakan Djawa Nyusu (Berita Film Jawa). Produksi film yang dihasilkan Nichiei mencapai produksi yang ke-19 pada bulan Desember 1943, dan mulai awal 1944 film berita

dibuat di bawah judul baru “Nanpo Hodo”. 245 Bila film-film berita itu dianalisis akan tanpak sifatnya yang instruktif

seperti yang tanpak pada unsur-unsur berikut:

244 Jawa Nenkam, hlm.170.

245 Ibid.

1. Film-film berita yang isinya menggambarkan kegiatan-kegiatan organisasi social politik, latihan pemuda, peningkatan produksi, pidato para pemimpin pemerintahan dan militer, kemenangan di medan pertempuran, dan lain-lain. Dalam film-film itu fokusnya ditentukan pada upaya-upaya pengajaran moral dan teknis serta bagaimana menyebarkan pesan-pesan pemerintah.

2. Film-film yang berisi pengajaran moral dan teknis. Topic-topik yang dikemukakan ialah teknik perikanan, penanaman kapas, pembuatan keramik, pemeliharaan kesehatan, dan pengenalan tradisi Jepang.

3. Penggunaan narasi bahasa Indonesia dalam film-film berita itu, lebih menekankan kepada ajakan-ajakan perang.

Jepang mulai memproduksi film cerita di Indonesia akhir tahun 1943. itu pun dalam jumlah minim, hanya sekitar 1-2 film setahun. Ada yang dibuat dengan masa putar panjang Full Length, seperti Berdjoang dan Habis Hoedjan. 246 Ada juga yang dibuat dengan masa putar 30 menit, seperti Mimpikoe, Ke Seberang, Di Menara, Djatoeh, Berkait, Amat Heiho, 247 dan Tonari Kumi. Dikenalkan pula film boneka berjudul pak Kropmo, dengan semboyan Awas Mata-mata Moesoeh,

dibuat oleh Seseo Ono. 248 Film-film cerita itu tidak lepas dari selipan propaganda untuk kepentingan perang Jepang.

Film yang isinya menekankan persahabatan antara bangsa jepang dengan bangsa-bangsa Asia serta pengajaran Jepang:

246 Djawa Baroe 4 (no.4 15.1.2064), hlm. 32.

247 Djawa Baroe 4 (no.13 1.7.2604), hlm.32.

248 Djawa Baroe 2 (no. 23 12.1.2063), hlm. 6-7.

Gambar: Film Kota Berdjoang (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

249 Kota Berdjoang menceritakan bagaimana Jepang akan melindungi dan mengusir penjajah Barat dari kota di Asia. Setiap kota yang dijajah bangsa Barat

akan dilawan oleh prajurit-prajurit Jepang untuk membebaskan Asia dari para penjajah.

Gambar: Film Kati Doki Ondo (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Dari seorang kepala pabrik menjadi penjaga malam. Karena ingin terus bekerja tanpa lelah dengan ikhlas dan ingin terus menyumbangkan tenaga terus- meneru demi kejayaan Asia Timur Raya. Bekerja…bekarja…bekerja…Sorak kemenangan pasti terdengar! Itulah gambaran cerita film Kati Doki Ondo 250 (Sorak Kemenangan) yang juga menggambarkan kekerasan hati dan ketebalan

249 Asia Raya (3 1.2.1944).

250 Djawa Baroe (29.5.1945), hlm.32.

semangat pekerja Nippon dalam jaman peperangan untuk kemenangan Asia dari penjajahan Barat.

Gambar: Film Barisan Mati Dimenara Penjara (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Mempertahankan Negara itulah cita-citanya. Dengan sekuat daya upaya barisan prajurit korea mempertahankan negaranya sekalipun mati adalah taruhannya. Film Barisan-Mati Dimenara Pendjaga juga menggambarkan perasaan cinta seorang prajurit Jepang yang mempunyai kekasih wanita korea. Tetapi kekasihnya pergi gugur dimedan pertempuran. Karena kekasih yang yang ditinggalkannya mempunyai perasaan yang ikhlas, dia merelakan kepergiannya.

Film yang isinya mendorong pemujaan patriotisme dan pengabdian terhadap bangsa.

Gambar: Film Kesoema Noesa (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Lin Tse Chi adalah pendekar pujaan bangsa, mempertahankan derajat bangsa dalam melawan menentang Inggris penindas Asia. Film Kesoema Noesa 251

ini juga melukiskan halus dan tingginya budi bahasa bangsa timur, penuh filsafat hidup dan perjuangan rohani cinta tanah air dengan pengorbanan yang tulus ikhlas.

Gambar: Film Indonesia Raya (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

252 Film documenter dengan judul “Indonesia Raya”, pahamilah sepaham- pahamnya lagu Indonesia Raya, lagu kebangsaan, lagu kemegahan “Indonesia

Raya” penuh gaya dan jaya selalu Indonesia. Nyanyian “Indonesia Raya” tua muda bergelora di angkasa merdu dan suara gemuruh melayang keseluruhan ke penjuru “Indonesia Raya”. Itulah pesan yang ada di film documenter “Indonesia Raya”

Film yang isinya melukiskan operasi militer dan menekankan kekuatan militer Jepang.

251 Asia Raya ( 27.12.1945). 252 Asia Raya (29.1.1945).

Gambar: Film Kanto Penjapoe Oedara (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

253 Film dengan judul Kato Sentokitai (Kato Penjapoe Oedara) menggambarkan pesan Prajurit Pilot-pilot dengan hati yang tabah melawan

musuh-musuhnya di angkasa dengan pesawat. Para pilot berangkat berjuang bersama-sama dengan susah senang dipikul bersama untuk menentang musuh dengan hati yang tenang.

Gambar: Film Pasoekan Pembom Angkatan Laoet (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Serangan musuh sangat hebat tapi semua itu bisa dilawan dengan patriotisme yang kuat juga. Pergulatan antara musuh dengan Pasukan pembom angkatan laut Jepang, Putra Yamato dengan semangatnya membuktikan betapa tinggi semangat perjuangannya untuk menjatuhkan pesawat musuh. Serang

253 Asia Raya (6.3.1945).

serang! Gempur! Sampai musuh bertekuk lutut pekiknya dengan lantang. Isi cerita film Kaigun Bakugekitai 254 (Pasoekan Pembom Angkatan Laoet).

Film yang isinya menggambarkan kejahatan bangsa Barat.

Gambar: Film Shanghai Rikusentai (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Shanghai Rikusentai 255 (Angkatan Loet Barat bagian barat di Shanghai) mengesankan tentang perjuangan prajurit Jepang di jembatan Marco Polo. Tjiang

Kai Sek menentang Nippon, ini semua karena gara-gara Inggris dan Amerika yang hendak mengacaukan Kemakmuran Lingkungan Asia Timur Raya. Shanghai kota jajahan Barat yang Indah permai, menjadi pangkalan penindasan Asia oleh Barat. Angkatan laut berjuang mati-matian, melawan tentara musuh jauh lebih besar. Pertempuran berjalan dengan sengitnya dengan tekat yang kuat angkatan laut rela merebut Shanghai demi mempertahankan keadilan dan kehormatan Asia Timur Raya.

254 Asia Raya (15.2.1944).

255 Asia Raya (8.5.1945).

Gambar: Film Kolone ke 5 (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta) 256 Dai Goreto no Kyohu (Kolone ke 5) menceritakan Seorang perempuan

menjadi tangan kanan Klone Ke Lima berhianat kepada negeri sendiri, tetapi akhirnya insaf akan angkara dan kejahatan Inggris-Amerika. Kepada tanah air wajib berbakti, film ini juga bercerita bagaimana licinnya dan liciknya mata-mata musuh bekerja.

Film yang isinya menekankan moral berdasarkan nilai-nilai Jepang seperti: pengorbanan diri, kasih saying ibu, penghormatan terhadap orang tua, persahabatan yang tulus, sikap kewanitaan, kerajinan, dan kesetiaan.

Gambar: Film Negeri Sakura (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

256 Asia Raya (10.8.1944).

257 Sakura No Kuni (Negeri Sakura) perjuangan batin dua sejoli yang diakhiri dengan pengorbanan. Perkawinan itu bukanlah soal kasih sayang belaka.

Melainkan harus meinta pengorbanannya untuk kekasih dan masyarakat juga.

Gambar: Film Senjoeman negara (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

258 Senjoeman Negara menceritakan Para prajurit jepang berperang untuk mempertahankan dan mengusir para penjajah barat dari Asia Raya. Sekalipun

untuk mempertahankannya tidak mudah, mereka yakin bangsa Asia selalu menunggu kemenangan Asia Raya dengan senyuman.

257 Asia Raya (19.3.1945).

258 Asia Raya (5.7.1944).

Gambar: Film Berdjoeang (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Dalam film Berdjoeang 259 , misalnya, digambarkan seorang pemuda bernama Anang yang dianggap bermoral tinggi karena lebih mengutamakan

meninggalkan kampung halaman dan berperang daripada mengurus keluarga. Di situ diceritakan, Anang lebih suka menunda perkawinannya agar bisa ikut Heiho.

Gambar: Film Ke Seberang (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Kalau Berdjoang melukiskan prajurit tempur, maka Ke Seberang 260 menggambarkan prajurit ekonomi, barisan pemuda yang setia dikirim ke luar

pulau jawa untuk membangun tanah seberang: Kalimantan, Sulawesi, dan lain- lain.

Gambar: Film Gelombang

259 DJawa Baroe (no.3 1.2.1944), hlm.31.

260 Djawa Baroe (no.13 1.7.1944), hlm.32.

(Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Film dengan Judul “Gelombang” 261 melukiskan Indonesia yang dijajah oleh orang-orang Barat, sampai pada perang suci yang digemborkan oleh Jepang

“Fajar bagi Asia”. Film ini juga bercerita bagaimana orang Indonesia hanya menerima apa adanya hanya nyata dan dengan kedatangan Jepang rakyat Indonesia diajarkan nyanyian dan tarian sebagai barang penghibur.

Film yang isinya menekankan peningkatan produksi dan kampanye perang lainnya.

Gambar: Film Malaria (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Semua harus dibasmi itulah semboyan iklan yang ditulis dengan lantang. Film dengan judul Malaria 262 menggambarkan penyakit malaria harus dibasmi dan

dihilangkan dari lingkungan kehidupan masyarakat Asia. Dimana Malaria itu juga diibaratkan Inggris dan Amerika.

261 Djawa Baroe (no.24 15.12.1943), hlm.31.

262 Asia Raya (28.6.1944).

Gambar: Film Bom Penghiboer (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Film yang memperlihatkan dan dibuat untuk menghibur para prajurit Nippon yang tengah bertempur dn selalu menjaga nyawanya dimedan pertempuran. Prajurit harus gembira, harus dapat tertawa sekalipun suara bom selalu ada dimedan pertempuran. Syori no Himade 263 (Bom Penghibur) itulah judulnya. Mari…………..Mari Tertawa. Mari…………..Mari Berjuang itulah semboyannya.

Gambar: Film Djantan (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Film dengan judul Djantan 264 menceritakan bagaimana rela berkorban demi Asia Timur Raya dengan gotong royong membuat terowongan kereta.

263 Asia Raya (21.5.1945).

264 Djawa Baroe (no.2 15.1.1944), hlm.32.

Pekerjaan itu dilakukan bersama-sama bahu-membahu dengan perasaan gembira. Semakin gembira kaum pekerja semakin giatlah bekerja dan semakin cepatlah terowongan itu jadi.

Gambar: Film Neppu (Sumber Koleksi: Mikro Film Perpustakaan Nasional Jakarta)

Dalam menghancurkan Inggris dan Amerika guna kemenangan tanah air dengan gilang-gemilang dibutuhkan persenjataan yang banyak. Pabrik baja sebagai satu sayap didalam industry yang terpenting mempunyai suatu kewajiban

yang berat untuk kepentingan negeri. Film “Neppu” 265 menceritakannya bagaimana para pekerja terbaik Nippon memperkerjakan dengan giat bekerja demi

kekuatan Jepang untuk menghancurkan Barat. Lebih tanpa jelas lagi kesan propagandanya adalah produksi tahun 1945, berjudul Koeli dan Romusha 266 Karya penulis Indonesia, J. Hoetagaloeng, yang mula-mula berbentuk naskah sandiwara, jelas-jelas mengambarkan perbedaan nasib di Zaman Belanda yang sangat merana dan romusha di jaman Jepang yang nasibnya lebih baik. Katanya, romusha bernasib baik karena berjasa mengabdi kepada baik karena berjasa mengabdi kepada Negara.

265 Djawa Baroe (no.15 1.8.1944), hlm.32.

266 Asia Raya (19.3.2605).

Propaganda Jepang juga diperlihatkan melalui film-film yang didatangkan langsung dari Jepang, yang penuh dengan gambaran tentang keunggulan Jepang , seperti Nankai no Hanataba (Bunga dari Selatan), Shogun to Sanbo to Hei (Jenderal dan Prajurit), Singapure Soko Geki (Serangan atas Singapura), Eikoku

Koezoeroeroe no Hi 267 (Saat Inggris Runtuh). Sangat menarik, meski film Jepang terus masuk dan juga diproduksi di

Indonesia, film-film barat tetap boleh beredar. Keadaan itu tampak jelas pada deretan iklan di media massa ketika itu. Bahkan, perbandingan film barat dengan non-barat seimbang. Sebagai gambaran iklan film disurat kabar Asia Raya, terbitan Jakarta. Diketahui, pada tanggal 30 April 1942 saja terdapat 12 bioskop yang memutar film Eropa dan Amerika, 3 bioskop memutar film Indonesia/Melayu, dan 1 bioskop memutar film Cina/Tionghoa. 268